Beberapa bulan setelah kematian mamanya, Olivia tidak bisa tinggal diam hanya berada di kotanya tanpa penghasilan. Beberapa kali dia melamar pekerjaan di kotanya, tapi hasilnya belum maksimal apalagi dia masih punya cicilan rumah yang harus ditanggung.Saat berbelanja, dia mendapat selebaran tentang penyalur tenaga kerja yang membuka lowongam untuk sebuah perusahaan ekspor impor. Tanpa pikir panjang dia melamar melalui tenaga penyalur tersebut.Beberapa hari dia menunggu panggilan dari lamarannya tersebut tetapi sampai hari ke-5 belum juga mendapatkan informasi apapun. Olivia mulai putus asa dan menyerah dengan lamaran tersebut. Dia kembali bekerja serabutan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga untuk membayar cicilan rumah.Minggu kedua setelah melamar, Olivia mendapat telepon bahwa dia harus melakukan tes dan interview karena menjadi kandidat karyawan di perusahaan ekspor impor tersebut.Setelah melakukan tes dan interview Olivia dinyatakan diterima, tapi dia harus pindah k
Entah kenapa tiba-tiba Austin merasa berada di sebuah gedung kosong, telinganya mendengar teriakan seorang wanita. Dia berlari menuju ke sumber suara tersebut dan melihat seorang wanita sedang dikejar oleh bayangan hitam dengan muka terlihat tidak jelas .Austin berusaha menolong wanita tersebut dengan ikut berlari untuk menggapainya, namun wanita itu berlari dengan membabi buta, tanpa melihat jalan yang dilalui. Fokusnya hanya berlari secepat mungkin menghindar dari bayangan hitam yang mengejarnya.Tanpa sengaja wanita itu jatuh dan terpelosok ke dalam bangunan setengah jadi dan rapuh. Tubuhnya bergelantung di lantai tertinggi gedung itu.Austin menambah kecepatan larinya lalu menangkap tangan wanita tersebut, tetapi terlambat wanita itu terlepas dan jatuh ke dasar gedung. Austin berteriak saat melihat tubuh wanita itu melayang dan jatuh ke dasar gedung, “OLIVIA ...!”Gabriella terbangun tengah malam mendengar Austin bergumam tidak jelas dalam tidurnya, pria itu bergerak menendang se
“Fernando, hentikan! Kamu bisa membunuhnya.” Joselie yang tidak mau pergi dari ruangan tersebut melepaskan diri dari dekapan putranya lalu berlari mendapatkan suaminya, tetapi tegurannya diabaikan oleh Fernando.Tomshon langsung menarik dan memegang tubuh Fernando untuk menahan pria itu.“Lepaskan aku, Tom! Biarkan aku membunuhnya!” geram Fernando diliputi amarah.Tangis Joselie semakin keras mendengar perkataan suaminya. Nicholas langsung menarik dan memeluk Mamanya kembali.Untuk beberapa saat, Joselie menangis di pelukan putranya. Setelah keadaan agak tenang, Nicholas membawa Mamanya menjauh dan pergi ke kamar. Tomshon pun menarik tubuh Fernando dan membawanya pergi dari ruangan tersebut.Saat Tomshon dan Fernando melewati ruang keluarga, Gabriella terkejut karena melihat tangan Fernando berlumuran darah. Susan yang melihatnya langsung berlari mendekati suaminya.“Apa yang terjadi dengan Fernando?” tanya Susan khawatir.“Fernando baik-baik saja. Panggil pengawal dan suruh Gabriella
Pagi harinya dengan muka lelah, Austin dan Gabriella sampai di depan rumah yang sangat besar. Melihat rumah tersebut, Gabriella hanya terdiam dengan mulut ternganga.“Benarkah ini kediaman Pierre?” tanyanya pada suaminya.“Ya, ini adalah kediaman Pierre,” jawab Austin, menyakinkan Gabriella.“Rasanya seperti sedang berada di sebuah istana modern. Aku tidak menyangka ada rumah sebesar ini.” Gabriella masih terkagum dengan rumah di depannya.“Ayo kita masuk!” ajak Austin yang kemudian diikuti oleh Gabriella di belakang.Mereka melangkah memasuki teras rumah keluarga Pierre. Dengan sedikit ragu, Austin mengetuk pintu besar rumah tersebut.Tidak lama kemudian terlihat seorang pelayan membuka pintu. Setelah Austin memperkenalkan diri, pelayan itu berkata, “Tuan Fernando telah menunggu Anda, silakan masuk. Barang-barangnya biarkan di sini saja, nanti saya yang akan mengurusnya.”Austin dan Gabriella mengikuti langkah pelayan tersebut yang membawa mereka ke sebuah ruangan. “Tuan, Nyonya, Tua
Hari berikutnya, Austin dan Gabriella mulai mencari keberadaan Olivia. Mereka pergi menuju ke alamat yang diberikan Grace. Dengan jantung berdebar, Austin berdiri di rumah berwarna putih dengan taman yang cantik yang berada di depan rumah tersebut.“Apakah kamu sudah siap menemuinya?” tanya Gabriella.“Apakah aku mempunyai pilihan? Siap tidak siap, aku harus menemuinya sekarang, agar urusan kita cepat selesai. Semakin kita menundanya, maka beban yang harus aku tanggung semakin berat.”Gabriella mengangguk mengiyakan apa yang suaminya katakan.Austin mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali, tapi rumah tersebut tampak sepi. Dia memutuskan untuk mengetuk terakhir kalinya, jika belum ada juga yang membukakan pintu untuknya, maka besok dia akan datang kembali.Tepat saat Austin menurunkan tangan, pintu di depannya terbuka. Seorang gadis cantik terlihat di balik pintu sambil menatap Gabriella dan Austin dengan heran.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya gadis itu.“Apakah benar ini rumah ke
“Mandilah dahulu, aku akan memesan makanan untuk kita,” kata Austin pada Gabriella setelah mendapatkan kamar.“Baiklah aku akan mandi terlebih dahulu,” Gabriella mengiyakan perkataan suaminya.Dia masuk ke kamar mandi dan melepas semua pakaian, mengatur suhu air sehingga menjadi hangat. Saat air hangat itu membasahi tubuhnya, semua rasa lelahnya terasa menguap dan tubuhnya terasa segar kembali.Gabriella terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.“Astaga Austin, kamu mengagetkanku. Jantungku serasa mau copot,” tegur Gabriella.Bukannya meminta maaf, Austin malah sibuk mengendus tengkuk Gabriella. Dengan sigap, dia membalikkan tubuh istrinya sehingga berhadapan dengan dirinya.Mata Gabriella terbelalak saat tahu jika Austin tidak memakai apapun seperti dirinya. Dia yakin setelah ini mandinya pasti akan terganggu.Austin mendorong tubuh Gabriella dan menghimpitnya ke tembok kamar mandi. Dengan cepat dia melumat bibir istrinya.Gabriella menyambut lumatan bibir Aus