Share

Intermezo2

Author: Susi_miu
last update Last Updated: 2025-02-25 12:59:01

Secara naluriah Moreau mengembuskan napas kasar. Sebaiknya, dia merasa bebas melakukan apa pun, termasuk menjatuhkan perhatian benar – benar terlalu dekat pada wajah tampan itu. Sial, betapa kebutuhan tentang keinginan mendengar teriakan dari suara serak dan dalam ayah sambungnya semakin menggila.

Moreau menyipitkan mata sembari mempelajari segala sesuatu yang menjadi kemungkinan besar di antara mereka. Tiba – tiba pemikiran liar menerobos bebas di balik kilatan tatapannya. Ada satu ledakan besar. Kebetulan saat ini, Abihirt sungguh tidak begitu memperhatikan prospek di sekitar, selain kebutuhan mengulik ponsel sendiri.

Moreau tidak tahu apa yang sedang pria itu lakukan. Mungkin hanya sekadar memeriksa email masuk, atau Barbara mengirimkan pesan – pesan hangat yang tidak pernah ingin benaknya ketahui, tetapi itu bagus ... dia bisa melakukan rencana untuk mendengar teriakan Abihirt sekarang.

Mula – mula Moreau mulai membiarkan ujung jemari bergerak seperti kebutuhan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjanjian Terlarang   Hadiah Lagi

    “Mommy ....” Kelegaan langsung menyergap di rongga dada Moreau ketika Lore akhirnya bersuara. Dia segera mendekat, memberi sapuan ringan di puncak kepala gadis kecilnya. Namun, di satu sisi yang sama; harus menyaksikan bagaimana perhatian Lore perlahan teralihkan. Mata kelabu di sana seperti mencari keberadaan satu orang. “Di mana Daddy, Mommy?” Lore akan selalu mencari Abihirt. Ini tidak akan menjadi berita baru. Moreau tersenyum tipis. Berusaha tidak tersulut saat mengingat pria itu. Hanya tidak ingin menunjukkan setiap bentuk dampak lain terhadap Abihirt di hadapan anak – anak. Sudah cukup melihat Arias ketakutan ketika dia menampar wajah pria itu. “Paman Abi sedang sibuk bekerja, Sayang. Dia mungkin tidak akan datang. Sekarang katakan, apa yang kau rasakan? Apa perutmu masih sakit?” Melakukan peralihan kepada Lore adalah jalan pintas. Moreau tidak sanggup jika anak – anak akan terus mencari ayah mereka. Setelah beberapa peristiwa tak terduga, dia

  • Perjanjian Terlarang   Dia Juga Tak Bisa

    “Hai, Abi. Apa yang membawamu ke sini?” Tidak ada sejarah di mana pria itu mau singgah, sebentar saja, di kediamannya. Menesis seperti mendapat kejutan besar ketika seseorang mengetuk pintu dari luar dan kemudian tubuh jangkung Abihirt sudah menjulang tinggi. Tatapan pria itu tidak berubah. Selalu tajam, dingin, membekukan. Menesis tak bohong bahwa ada kekhawatiran tak terduga di benaknya saat Abihirt memutuskan untuk selangkah lebih maju. Rasanya, terlalu tiba – tiba saat dia harus beranjak mundur ke belakang, sementara Abihirt masih dengan kebutuhan yang sama menyingkirkan sisa jarak di antara mereka. Tinggal sendirian di apartemen—yang hanya sesekali didatangi oleh satu pria terdekatnya, itu membuat situasi semakin kacau. Menesis nyaris tidak bisa memikirkan cara sekadar menghindari sikap Abihirt saat ini. Tidak ada petunjuk pasti mengenai apa yang sedang pria itu pikirkan. Siapa pun yang mengenal Abihirt tahu bahwa pria di hadapannya sulit dibaca. Men

  • Perjanjian Terlarang   Obat Pencahar

    Sekarang Moreau lebih menyadari bahwa pakaian Abihirt tampak sedikit lembab dengan beberapa bercak cokelat masih tersisa. Meski pria itu segera duduk di samping Arias. Tidak ada percakapan. Kemarahan masih meledak – ledak pada bagian terdalam di benak Moreau, tetapi di satu sisi lainnya dia menyadari bagaimana Abihirt diliputi kekhawatiran yang besar. Pria itu bahkan mengusap wajah kasar dan membiarkan kedua tangan bertahan di sana, seolah sedang merenungi beberapa kejadian. Moreau tidak berusaha peduli. Dia sudah melarang Abihirt membawa anak – anak pergi, celakalah pria itu merasa becus melakukan sesuatu, padahal tidak. “Mommy, jangan memarahi Daddy lagi. Daddy tidak salah. Daddy sudah melarang kami pergi bersama Tante Menesis, tapi kami tidak mendengarkannya." Sebelah alis Moreau terangkat tinggi menggarisbawahi kata – kata Arias. Siapa Menesis? Dia secara naluriah menatap Abihirt tajam, pria itu melakukan hal yang sama; melirik wajahnya terlalu lamat, kemudian

  • Perjanjian Terlarang   Marah

    Kening Moreau bertaut dalam mendapati pemandangan di hadapannya. Sempat mengira Abihirt-lah yang mengetuk pintu rumah dan membawa anak – anak pulang, tetapi dia mendeteksi ada sesuatu yang salah ketika—sudah lama sekali—dan sekarang menatap wajah Roki lebih daripada jelas. Ekspresi pria itu tampak takut; ragu, tetapi juga terdapat keterkejutan yang kentara. Sesuatu dalam diri Moreau mendadak diingatkan saat – saat di mana dia merasakan firasat buruk. “Bagaimana kau bisa ada di sini?” Bahkan bisa mendengar sendiri betapa suaranya sayup – sayup terdengar gemetar. “Abi mengirimkan alamat rumah-mu kepadaku.” Sebelah alis Moreau terangkat tinggi. Sedikit memahami bahwa Abihirt tidak akan melakukan hal tersebut tanpa alasan jelas. “Dia ada di mana sekarang?” dan memutuskan untuk kembali bertanya. Roki sempat meringis sambil menggaruk tengok yang tak gatal. “Rumah sakit.” Barangkali pria itu sudah bisa menebak reaksi seperti apa yang akan dia t

  • Perjanjian Terlarang   Firasat Buruk

    “Ada apa denganmu?” Sejak tadi, Caroline tidak melewatkan kesempatan sekadar mengawasi gerak gerik Moreau yang terlihat ganjil. Mondar mandir dengan jari – jari tangan saling meremas. Dia bahkan bisa menyaksikan bagaimana ekspresi kekhawatiran tampak begitu kentara di sana. “Moreau,” panggil Caroline sekali lagi. Dia menelan ludah sesaat mendapati Moreau menoleh cepat ke arahnya. “Aku tidak tahu. Hanya memikirkan anak – anak. Firasatku mengatakan sesuatu yang buruk.” Ntahlah, Caroline mengerti jika naluri seorang ibu selalu satu langkah lebih maju. Dia hanya berusaha yakin bahwa Abihirt akan melakukan yang terbaik kepada anak – anak. “Kau mungkin takut karena mereka pergi bersama Tuan Abi,” dia menambahkan. “Aku sudah mengizinkn mereka pergi. Seharusnya bukan itu yang kupikirkan. Ada sesuatu yang tidak beres, kurasa.” Moreau yakin, dia tidak pernah salah mengenai urusan seperti ini. Selama anak – anak bersamanya, selalu ada rasa aman, t

  • Perjanjian Terlarang   Bujukan Untuk Pergi

    “More.” Satu ungkapan menarik perhatian Menesis. Dia kembali menatap wajah Lore. “More?” dan menggulang dengan cara bertanya. Nama yang aneh. Menesis harus berpikir lamat. Perlu nama belakang untuk informasi lebih lengkap, tetapi bisakah dia menaruh seluruh kepercayaan kepada gadis kecil ini? Begitu banyak pertimbangan. Namun, mungkin saja tidak perlu terburu – buru untuk mengetahui semua secara gamblang. Paling tidak, Menesis tahu bahwa ada hubungan tidak pasti. Jika terjadi sesuatu kepada—salah satu bocah kembar ini—dia sedang memikirkannya. Kemungkinan besar Abihirt akan menjadi satu – satunya orang yang sangat disalahkan. Nyatanya, dia memiliki potensi tak terduga untuk membuat ikatan yang telah renggang supaya menghadapi masalah lebih krusial. Kebetulan, sebagai seorang model, dia perlu melakukan diet besar – besaran, tetapi ketika pengkhianatan dalam dirinya terlalu sulit untuk dikendalikan; makan apa saja yang dia mau, maka satu – satunya hal per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status