Bab Bonus Gems : 1/3. Saatnya pembalasan dendam terhadap Alastair Nyxen, pemimpin Sekte Dewa Iblis...
Langit perlahan meredup. Angin berhembus tenang. Retakan dimensi mulai menghilang, menyisakan tanah hangus dan bau darah.Dan Kevin… Kevin tetap berdiri, sepi di tengah ladang kematian, dengan tatapan yang tak lagi mencerminkan seorang anak muda, tapi sosok yang telah melampaui batas-batas manusia.Langkah-langkah ringan menghentak tanah yang kini penuh luka. Valkyrie melangkah perlahan menuju Kevin, melewati sisa tubuh para pemburu spiritual yang telah hancur oleh amukan pedangnya. Jubah putih keperakannya kini tercabik dan tercemar darah pekat, sebagian masih menetes dari ujung lengan dan sepatu botnya.Namun matanya—mata seorang pejuang—masih setajam pedang yang ia bawa. Tidak ada gentar. Tidak ada keraguan. Hanya kesadaran bahwa mereka masih hidup. Untuk saat ini.Kevin menatap ke arahnya, senjatanya sudah disarungkan, namun aura spiritualnya belum sepenuhnya reda. Listrik halus masih menyelimuti ujung jarinya, dan nyala naga dalam matanya belum padam.Valkyrie berhenti di hadapan
Kabut spiritual yang tebal menyelimuti reruntuhan tempat pertarungan berlangsung. Udara terasa berat, bergetar oleh energi destruktif yang baru saja mereda. Petir dan api telah saling mencakar langit. Tanah telah menganga, dipenuhi luka bekas tebasan dan ledakan.Tubuh Cedric Lancaster kini tak secepat sebelumnya. Napasnya memburu, setiap langkahnya seolah mencungkil luka baru dari dalam tubuhnya sendiri. Jubahnya tercabik, penuh bercak darah hitam yang menggumpal. Matanya yang tadinya dingin dan licik kini mulai dihantui panik.Ia menatap kabut di belakangnya.“Sial… aku harus segera keluar dari sini...,” desisnya, lalu menggenggam jimat dimensi yang tergantung di lehernya.“Void Step!”Dalam sekejap, sosoknya mengabur—membaur dengan kabut spiritual, menghilang seolah tak pernah ada. Suasana kembali sunyi. Angin bertiup, menggiring debu dan darah di antara bebatuan retak.Namun, Kevin Drakenis tidak bergerak.Ia tetap berdiri di tengah medan perang, tatapannya tajam menyapu kabut. Ta
Langit di atas jalanan spiritual itu tak lagi biru. Warna-warna kelabu bercampur merah darah membentuk pusaran mengerikan yang terus berputar, menyerap serpihan realitas dan menggantungkan mereka di antara dunia.Retakan dimensi buatan Cedric Lancaster masih menganga di belakang, mengembuskan aroma kematian yang menusuk hidung. Dari dalamnya, siluet-siluet berjubah hitam terus bermunculan—para pemburu spiritual dari Sekte Angin Neraka, wajah mereka tersembunyi, tapi niat membunuh mereka terasa begitu jelas dan dingin.Dan di hadapan mereka berdiri satu sosok perempuan.Valkyrie.Rambut peraknya berkibar seperti bendera perang. Tubuhnya mematung di atas permukaan batu spiritual yang hangus, Arashi no Hime terhunus di tangan, bilahnya memantulkan cahaya hijau-biru dari langit yang pecah. Angin berputar liar di sekitarnya, seperti raksasa tak kasatmata yang siap menuruti setiap gerakan tuannya."Sudah cukup," gumam Valkyrie, napasnya tenang, meski sekelilingnya bergemuruh oleh tekanan mu
Tubuh Kevin Drakenis berlumuran darah, sebagian bukan miliknya, sebagian lagi entah milik siapa. Tapi tatapan matanya tetap tajam, tak tergoyahkan. Aura di sekitarnya berkobar—energi merah dan hitam berpadu dalam pusaran yang mengancam meledak kapan saja."Sudah cukup bicara," desis Kevin, suaranya dalam, seperti berasal dari dalam jurang kematian.Ia menggenggam pedang spiritualnya erat-erat. Ujungnya masih berkilat, meski sudah menebas puluhan roh dan tubuh manusia dalam satu gerakan.Lalu, dengan satu hentakan kaki ke tanah, dia melepaskan jurus dari True Demon Flame Form-Tubuh Iblis Api Sempurna.“Infernal Dragon Spiral!”Seketika, raungan naga membelah udara. Dari pusaran energi di atas kepalanya, seekor naga raksasa yang terbuat dari api neraka melesat turun, berputar seperti spiral maut yang siap membakar segalanya. Nafas api sang naga menyapu tanah, memutar bagaikan tornado panas yang menyengat tulang dan membakar udara itu sendiri.Ledakan api menyapu puluhan meter ke depan, m
Langit tak lagi sekadar langit—ia tampak seperti retakan realitas yang siap runtuh kapan saja. Awan berwarna kelabu tua menebal seperti gumpalan racun, dan guruh bergemuruh di kejauhan, bukan sebagai pertanda hujan, tetapi seakan menyanyikan kidung akhir zaman. Kilatan cahaya menari di balik celah langit yang terbuka, memancarkan aura surgawi dan kematian sekaligus.Di tengah lapangan spiritual yang dikelilingi reruntuhan altar dan pilar qi yang patah, Kevin melangkah perlahan. Setiap injakan kakinya menimbulkan riak energi di tanah, seperti dunia sendiri merespons kehadirannya. Di tangan kanannya menggenggam Pedang Dewa Ilahi yang berpendar api keemasan, sedangkan tangan kirinya bersiap dengan Arcana Eagle, pistol spiritual dengan laras berkilau yang memadatkan elemen-elemen kematian dalam peluru spiritual yang mematikan.Di seberangnya, berdiri Cedric the Soul Harvester—sang pemburu kepala cultivator. Tubuhnya tinggi dan ramping, namun memancarkan aura kelam yang menjalar seperti rac
Asap spiritual mengepul dari tanah yang baru saja dihantam ledakan kecil. Angin di sekitar mereka menjadi kental—bukan angin biasa, melainkan desiran halus energi spiritual yang menandakan bahwa sesuatu yang lebih besar sedang mendekat. Kevin dan Valkyrie berdiri berdampingan, tubuh mereka tegang, mata saling memberi isyarat bahwa waktu untuk menyerang telah tiba.Namun sebelum keduanya sempat bergerak…Bayangan itu melompat.The Shadow, sosok gelap yang menyatu dengan kelamnya medan, bergerak secepat kilatan petir. Dari pinggangnya, ia mencabut sebuah manik hitam kecil, sebesar kelereng, yang memancarkan aura dingin dan menyesakkan. Jari-jarinya menggenggam erat artefak itu seolah sedang mencabut sumbat kejahatan dari dunia ini.Tanpa ragu, ia menghancurkannya di udara.Krakkk! Manik itu meledak menjadi serpihan cahaya obsidian, lalu… sekejap kemudian, dunia sekitar mereka berubah.Percikan cahaya memancar liar, menari seperti pecahan kaca bercahaya yang menyembur ke segala arah. Led