Home / Fantasi / Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa / 379. Pertarungan Valkyrie

Share

379. Pertarungan Valkyrie

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2025-07-02 22:42:10
Langit di atas jalanan spiritual itu tak lagi biru. Warna-warna kelabu bercampur merah darah membentuk pusaran mengerikan yang terus berputar, menyerap serpihan realitas dan menggantungkan mereka di antara dunia.

Retakan dimensi buatan Cedric Lancaster masih menganga di belakang, mengembuskan aroma kematian yang menusuk hidung. Dari dalamnya, siluet-siluet berjubah hitam terus bermunculan—para pemburu spiritual dari Sekte Angin Neraka, wajah mereka tersembunyi, tapi niat membunuh mereka terasa begitu jelas dan dingin.

Dan di hadapan mereka berdiri satu sosok perempuan.

Valkyrie.

Rambut peraknya berkibar seperti bendera perang. Tubuhnya mematung di atas permukaan batu spiritual yang hangus, Arashi no Hime terhunus di tangan, bilahnya memantulkan cahaya hijau-biru dari langit yang pecah. Angin berputar liar di sekitarnya, seperti raksasa tak kasatmata yang siap menuruti setiap gerakan tuannya.

"Sudah cukup," gumam Valkyrie, napasnya tenang, meski sekelilingnya bergemuruh oleh tekanan mus
Zhu Phi

Bab Bonus Gems : 2/3. Semakin banyak gems maka semakin banyak bab bonus rilis :)

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   465. Ketahuan

    Balkon itu sunyi, terselimuti bayangan malam yang menggantung seperti kabut tak kasatmata. Di atas pagar batu pualam yang dingin, satu-satunya sumber cahaya hanyalah lentera spiritual yang menggantung redup, menyebarkan cahaya biru pucat yang berkedip samar tertiup angin. Cahaya itu memantulkan siluet dua sosok yang berdiri saling berhadapan: Cindy, dengan gaun hitam berenda yang mengikuti gerak tubuhnya seperti bayangan, dan Kael, pria dengan mata setajam senja terakhir sebelum badai.Cindy mendekat perlahan. Suara langkahnya nyaris tak terdengar, hanya desis lembut gaunnya yang bersentuhan dengan lantai batu. Jemarinya yang ramping terulur, menyentuh sisi wajah Kael—lembut namun penuh penilaian, seperti seorang pelukis yang baru saja menyentuh kanvas pertama kalinya.“Kau tampan,” bisiknya sambil mengamati wajahnya dari dekat. “Tapi... terlalu sempurna untuk sekadar bangsawan biasa.”Kael tak bergeming. Hanya seulas senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya. Suaranya rendah, mengan

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   464. Tidak Buta

    Ruangan dansa itu dibanjiri cahaya keemasan. Lampu gantung kristal menggantung megah di langit-langit tinggi, memantulkan sinar yang menari-nari di dinding marmer dan permadani merah tua. Aroma manis anggur tua dan parfum mahal bercampur dalam udara, membuat suasana malam itu tampak seperti adegan dari buku dongeng. Namun di balik gaun mewah dan senyuman palsu para tamu bangsawan, ada ketegangan yang bergetar diam-diam.Di balik sebuah pilar besar berukir naga emas, Claudia mendekatkan bibirnya ke telinga Ravena, suaranya nyaris tak terdengar meski di tengah hiruk-pikuk musik dan gelak tawa.“Kita harus membuatnya tergoda. Bukan curiga,” bisiknya, tajam namun halus.Ravena yang mengenakan gaun pelayan abu-abu tua, mengangguk pelan. Ia mengambil nampan berisi dua gelas anggur tua yang mengilap seperti darah dalam cahaya lilin. Matanya mengarah lurus pada target mereka—Cindy—gadis yang duduk anggun di dekat jendela besar, dikelilingi cahaya rembulan dan aroma mawar putih.Langkah Ravena

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   463. Munculnya Cindy Aleta

    Suara Claudia terdengar pelan di telinga mereka—halus, seperti hembusan napas yang menyusup melalui batu komunikasi.“Target terlihat. Gaun hitam bertabur opal. Rambut sanggul separuh. Cindy,” bisiknya.Dari lantai dansa yang dipenuhi tawa dan suara gesekan sepatu di atas ubin kristal, Kael menoleh perlahan. Dan di sana—berdiri anggun seperti ratu racun yang turun dari menara zamrud—Cindy Aleta.Auranya seperti asap manis yang beracun. Gaun hitamnya menyerap cahaya sekitarnya dan memantulkannya kembali dalam kelap-kelip halus dari batu opal di sepanjang dadanya. Rambutnya disanggul separuh ke atas, beberapa helai tergerai membingkai wajah ovalnya yang nyaris tak tersentuh usia. Senyumnya lembut, bahkan menawan. Tapi ada sesuatu dalam sorot matanya—tajam, waspada, seperti ular berbisa yang sedang menyusun serangan dari balik semak belukar.Langkah-langkah Kael nyaris tak terdengar di atas lantai marmer yang mengilap, hanya sesekali bergema pelan saat sepatu kulit hitamnya menyentuh per

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   462. Mulai Beraksi

    Suasana sejenak hening. Di luar jendela kaca setinggi dua meter, kembang api magitek meledak perlahan di langit—merah, ungu, lalu perak—namun tak seorang pun di ruangan itu menoleh.Kael, yang sejak tadi diam, akhirnya bersandar di kursi berlengan dan menyilangkan kedua tangan. Sorot matanya gelap, tapi tak kehilangan sinar kepercayaan diri.“Aku bisa memancing Cindy keluar,” katanya ringan, seperti membahas rencana makan malam. “Menurut catatan terakhir, dia masih punya satu kelemahan klasik... pria tampan yang tahu dia tampan.”Claudia menoleh dengan senyum mengejek.“Dan kau cocok jadi keduanya,” ujarnya sambil melirik Kael dari ujung rambut sampai ujung sepatu.Kael membalas dengan anggukan tipis. “Tepatnya... pria tampan, sombong, dan tidak takut mati.”Helena menghela napas, tapi tak membantah.Ravena berhenti memutar belatinya dan meletakkannya perlahan di atas meja, suara logam yang menyentuh permukaan marmer terdengar seperti palu ketukan hakim.“Baik,” katanya. “Kalau rencana

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   461. Menyusun Rencana

    Gerbang besar Centralpolis, terbuat dari logam hitam yang dilapisi lapisan pelindung alkimia, berderit pelan saat dua penjaga mendekat. Salah satunya—berbadan kekar dan mengenakan pelindung dada bersimbol Ular Berkepala Dua—menatap mereka dengan mata penuh curiga.Namun, sorot matanya berubah seketika saat Kael menyerahkan gulungan dokumen. Mata penjaga itu menyapu lambang perak di bahu jubah Kael dan segel keluarga bangsawan yang tampak begitu asli. Jari-jarinya sempat bergetar saat melihat stempel keemasan yang nyaris mustahil untuk dipalsukan—hasil karya Claudia semalam, diproses dengan tinta khusus yang hanya bisa bereaksi pada cahaya bulan tiruan.Setelah beberapa detik yang terasa seperti satu jam dalam hening, penjaga itu mengangguk.“Selamat datang di Centralpolis, Tuan Casterian,” ucapnya dengan nada penuh hormat. “Festival Malam Alkimia dan Racun baru saja dimulai. Kalian… datang tepat waktu.”Ia memberi isyarat, dan gerbang raksasa itu mulai terbuka perlahan, mengeluarkan su

  • Pewaris Ilmu Iblis dan Dewa   460. Penyamaran Sempurna

    Centralpolis—sebuah kota yang berdetak bukan oleh detik jam, melainkan oleh irama ambisi, racun, dan sihir alkimia. Bangunan-bangunan menjulang tinggi seperti tusukan duri hitam yang mengoyak langit senja, seolah menyembunyikan matahari di balik kepulan kabut beracun yang menggantung di udara. Cahaya yang jatuh di kota ini tak pernah benar-benar murni—selalu redup, berkilau aneh seolah melewati tabir kaca kotor yang penuh rahasia.Suara langkah kaki di jalanan berbatu bercampur dengan derai tawa yang palsu, denting gelas kristal dari kedai-kedai mewah, dan desis rahasia yang dijual dalam bisikan. Di sudut-sudut gelap lorong, pertukaran informasi bisa menjadi lebih berbahaya—dan lebih berharga—daripada sekantong emas spiritual.Di kota inilah Cindy Aleta tinggal—atau lebih tepatnya, bersembunyi. Ia bukan lagi pewaris resmi keluarga Solaris dengan nama Keyla Solaris, dinasti alkemis racun yang dahulu disegani sekaligus ditakuti. Kini, ia menyamar sebagai wanita biasa... rambutnya yang du

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status