"Mas Allarick barusan datang ya mbak? apa kalian rujuk lagi?" Nalisa yang baru saja pulang dari rumah teman nya yang membantu nya untuk mempersiapkan skripsi nya yang sudah hampir selesai. Nalisa Hampir menyelesaikan pendidikan S1 psikologi nya, dan di perkirakan tahun ini dia akan bisa wisuda, Dan walaupun Nalisa bilang dia ingin langsung mencari pekerjaan, tapi Namiya berharap adik nya yang cerdas itu bisa lanjut S2 dulu, biar bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Walaupun mommy Noura sudah menawarkan pekerjaan sebagai tim HRD di kantor nya untuk Nalisa, tapi gadis itu bilang ingin mencoba mencari pekerjaan dengan usaha nya sendiri terlebih dahulu. Tapi jika memanggil tidak ada kesempatan untuk nya, dia bersedia mengambil salah satu pilihan yang di tawarkan oleh Namiya dan mommy Noura, entah itu melanjutkan S2 atau bekerja di perusahaan ekspor impor milik mertua sang kakak. "rujuk??? ya nggak lah... mbak nggak mungkin bisa melakukan hal seperti itu lagi, lagi pula kondisi
Setelah mengobrol lebih dari satu jam bersama sang ayah Arunika akhirnya tertidur juga di dalam pelukan hangat sang ayah, sesuatu yang sudah dia rindukan selama bertahun tahun. dia memeluk erat tubuhku tubuh Allarick seakan enggan melepaskan pelukan, seakan jika dia mengendor kan pelukan ayah nya akan hilang dan berakhir menjadi mimpi semata. Allarick membiarkan Arunika mendekapnya seerat itu karena dia pun merasa sangat merindukanmu dekapan sang anak yang hilang selama empat tahun. Baru setelah Allarick merasakan Arunika tertidur semakin lelap dan pelukan nya mengendur, dia melepaskan pelukan sang putri dan kembali duduk. sebelum dia berlalu meninggalkan kamar Arunika dia mengecup ubun ubun sang anak berkali kali, seakan ingin meluapkan kerinduan yang terpendam sekian lama. Dengan enggan Allarick berdiri, dan keluarga dari kamar, masih ada satu urusan lagi yang menunggu nya di luar kamar. istri muda nya.... Namiya.... banyak yang harus mereka bahas dan Allarick tidak
"ting tong... tong tong..." suara bell pintu terdengar dari luar. Namiya bergegas mencuci tangan nya yang belepotan tepung untuk membuka kan pintu. Saat sampai di depan pintu Namiya melihat pintu sudah di buka kan oleh Arunika, ternyata gadis yang sedang menonton TV di ruang tengah itu Sudah membuka kan pintu terlebih dahulu. "Om cari siapa?" samar samar Namiya mendengar Arunika bertanya pada tamu yang berdiri di depan pintu. Namiya mempercepat langkah nya, tapi saat dia melihat siapa yang berdiri di depan pintu langkah Namiya terhenti, tubuh nya membeku dan terpaku. Langkah nya semakin berat untuk mendekati sosok pria tampan yang sudah berjongkok di hadapan Arunika dengan mata berkaca kaca. "mas..." lirih suara Namiya tercekat di tenggorokan tak mampu terucap. seluruh rasa bergejolak di dalam dada nya, cinta dan rindu yang mati matian dia kubur selama empat tahun terakhir berakhir sirna dan kini rasa itu kembali ke permukaan dan menjadi berkali kali lipat. apa lagi s
"bagi bos... ini hasil penyelidikan yang bos minta hari itu" Rudy yang melihat Arthur masuk ke dalam restoran langsung menyerahkan sebuah amplop kuning besar pada sang bos "lumayan cepat juga kerja teman kamu Rud, baru satu mingguan dia sudah menyerahkan laporan nya, nanti aku transfer ya untuk biaya nya" ucap Arthur sambil menerima amplop tersebut lalu berjalan masuk ke dalam kantor pribadi nya yang berada di sisi kanan kitchen. Dengan tidak sabar Arthur membuka amplop dengan cara merobek sisi atas amplop dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang seperti nya fotocopy an. "ternyata benar dia sudah menikah, dan memiliki satu orang putri" ucap Arthur sambil menatap lembaran kertas tersebut. "ternyata dia menantu nya buk Noura, bukan anak angkat nya, seperti yang dia katakan hari itu, tapi bukan nya anak buk Noura cuma satu satu nya, dan dia sudah meninggal" "apa Namiya menjadi istri simpanan? atau istri kedua? bagaimana sekarang apa dia masih bersama anak buk Noura?" ucap A
"minum dulu teh nya mom" ucap Namiya sambil menghidangkan teh hijau jepang dalam cangkir khas jepang yang dia bawa dari jepang satu set sebagai hadiah perpisahan dari kakak ipar nya Masayu sehari sebelumnya kepulangan nya kembali ke Indonesia. "makasih nak, mommy memang merindukan teh hijau Jepang, hhmmm wangi sekali, pintar juga kamu bisa bikin teh sewangi ini" ucap mommy Noura "Masayu one-sama yang mengajarkan aku budaya teh ini, walaupun belum sehebat dia tapi aku pikir rasa nya sudah cukup lumayan mom" ucap Namiya sambil duduk di sisi sang mertua. kedua nya duduk di halaman belakang di terangi cahaya temaram dengan menatap air kolam renang yang terlihat tenang tanpa riak. Namiya bersyukur Arunika sibuk dengan Barbie house baru nya di temani kedua Tante nya Nalisa dan Nafisa jadi dia bisa berbicara berdua dengan sang mertua dengan tenang. "mommy mau ngobrol apa sama aku?" tanya Namiya sambil sedikit memutar tubuh nya menatap sang mertua yang menatap lurus ke depan dengan
Arthur masuk ke dalam restoran bintang tiga milik nya yang berada di tengah kota berlantai tiga dengan dekorasi dan interior yang sangat elegant. restoran itu adalah restoran fine dining favorit para eksekutif muda dan Arthur adalah pemilik sekaligus eksekutif chef di restoran tersebut. "pagi chef..." baru selangkah Arthur memasuki restoran nya seorang gadis sudah menyambut kedatangan nya dengan senyuman merekah menghiasi bibir. "pagi Renata, di mana Rudy?" tanya Arthur sambil menatap berkeliling, Renata adalah istri sahabatnya Rudy yang merupakan sous chef di restoran tersebut sekaligus orang kepercayaan nya. dan Renata adalah kepala waiters yang membawahi staf pelayan restoran. kedua suami istri itu adalah orang pertama yang membantu Arthur saat mulai membangun restoran tersebut, dan Rudy juga orang yang paling sibuk jika pikirkan Arthur terbagi di antara perusahaan dan restoran nya. "mas Rudy ada di kitchen chef, lagi persiapan untuk jamuan meeting perusahaan nanti malam"