Maaf bestikuu, kemarin aku tidak update bab ke 13 karena ke dokter.Baca terus ceritaku ya. Terima kasih bagi yang sudah membaca ceritaku, komentarnya please, biar aku tambah semangat menulis meskipun pinggangku terasa sakit karena duduk terus.
“Mbak Merri, nak Dante sampaikan tidak bisa hadir pada pembatisan Gabriel Elnathan Den Braspati.”Merri yang sedang menyusui Gabriel melirik suster Lita yang langsung duduk di samping Merri. Wajah suster Lita menunjukkan ada sesuatu yang ingin disampaikan, keraguan nampak di wajahnya.“Apakah tante Lita mau menjadi ibu baptis El?” tanya Merri, menatap lurus ke wajah suster Lita.Wajah suster Lita langsung berubah,”Itu yang saya inginkan, tapi takut mbak Merri sudah punya pilihan lain.”“Tante Lita cocok menjadi pendamping spiritual El. Saya rencana akan bekerja kembali sebagai desainer, pasti El setiap saat bersama tante , membimbing, menasehati dan mengarahkan El khususnya dalam kehidupan spiritualnya.” Ujar Merri.“Mbak Merri mau kerja kembali di butik Bridal Christie milik pak Marco?” Tanya suster Lita.“Iya, pak Marco minta saya kembali bekerja di sana.”“Terima kasih mbak mempercayakan saya sebagai ibu baptis nak El.”Ujar suster Lita langsung bangkit menyampaikan kabar gembira
Merri menatap nanar Dragnar yang baru saja bicara penuh semangat, “Baby Dragnar? Mengapa ada namaku?” bahkan tangannya terulur ingin menyentuh baby Dragnar.“Jangan sentuh anakku! Melihatmu anakku akan lebih kencang nangisnya!” Ucap Merri sinis.“Merri, mengapa kau panggil baby Dragnar?”Tanya Dragnar dengan serius.Merri berusaha menyembunyikan wajah baby Dragnar dari pandangan Dragnar yang terus menatap bayi dalam gendongan Merri, isak tangisnya sudah tidak sekencang semula, tangisan seperti guuu baby Dragnar bergerak gelisah dalam gendongan Merri, menggeliat di sertai menendang-nendang.“Sssst ..nak.. tenang. Mami nanti akan mengusir orang yang mengganggu kenyamanan hidup kita. “Merri mengajak baby Dragnar berbicara , menenangkan baby Dragnar yang ingin melihat siapa laki-laki yang terus berbicara dengan maminya.“Anakku tidak nyaman kamu ada di kamar pribadi kami. Kamu orang asing yang tiba-tiba muncul di kehidupan kami, sebaiknya kalian pergi dari sini.”Dragnar menelan ludahnya, t
Merri menatap pria yang tidak berdaya , gelisah bersimpuh di depan ibu Anna.Hati Merri larut, kalut terselip rasa sendu melihat penampilan pria yang penampilannya tidak karuan plus kikuk .Sebenarnya di relung hati Merri yang terdalam masih tersimpan sedikit ruang bernapaskan cinta terbalut goresan-goresan luka.Bertemu lagi dengan pria itu membuka kembali luka itu. “Maafkan saya mama Anna. Saya menyesali diri saya , saya mohon dibukakan pintu maaf buat saya.” “Hum..permintaan maaf mudah terucapkan, tapi kesalahan …mmm… kamu tidak mampu melindungi isterimu yang diusir dalam keadaan pingsan serta mengeluarkan darah . Syukur suster Lita cepat melihat ada darah mengalir di paha Merri .Kalau terlambat, saya tidak tahu apa yang terjadi. Tahukah kamu bahwa waktu dipulangkan dalam kondisi demikian sangat melukai hati saya sebagai ibunya. Apakah dengan permintaan maafmu hati yang terlalu terluka bisa disembuhkan?” Ucap ibu Anna. “Merri…” Merri hendak membuka mulut saat terdengar suara Ryan y
“Apakah mama tidak salah dengar tamu yang tidak diundang dan membuatmu terlihat lelah adalah Dragnar dan Ryan?” tanya ibu Anna.“Telinga mama tidak salah.”Jawab MerriIbu Anna mengatupkan bibirnya, tidak mampu berkata-kata, kenangan lama yang Merri usahakan hilang pasti akan kembali terbayang begitu melihat Dragnar dan Ryan.“Apa yang diinginkan anaknya? Oh… Tuhan.. tidak!” Ibu Anna menatap Merri minta penjelasan apakah yang dipikirkan ibu Anna benar adanya.“Dia.. terlihat buruk, ketampanan yang dimilikinya tidak nampak. Wajahnya ditumbuhi bulu-bulu liar, kurus, tidak ada kekuatan pada tubuhnya padahal dahulu dia mampu menggendongku melalui tangga rumahnya jika aku ngambek.”Bisik Merri.“Mer..?Apa yang kau katakan? Mama tanya apakah dia menginginkan anaknya?”“Tidak tahu Ma..Merri bingung, kasihan, sedih melihat penampakannya yang berbeda, berantakan..”Merri larut dalam kesedihan, hilang perasaan yang semula muncul ketika tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Dragnar di motel ber
“Merri.”Merri menggigit bibirnya, matanya kembali terpejam. Selama ini dia berusaha menghilangkan wajah dan mata itu dari benaknya, ternyata pria yang dicintainya dan juga dibencinya sudah ada di depannya,menatapnya.“Merri,” panggil pria itu lagi berdiri dalam jarak yang cukup dekat hingga Merri bisa melihat tatapan sesal berbalut rindu dari sepasang mata berhiaskan lingkaran hitam.Merri berusaha tenang dan terlihat normal di depan sekuriti dan staf motel, “Selamat siang pak, apa yang bisa saya bantu? Kamar kami sudah penuh karena ada tamu….”Akhirnya Merri bisa mengeluarkan kalimat dengan nada sopan dari bibirnya.“Merri…Aku Drangnar.”Merri menatap sosok kurus di depannya, “Maaf, saya tidak mengenal anda..”“Merri, maafkan saya..”Merri akan membalikkan badannya , tiba-tiba sosok kurus yang menakutkan itu…Bruk …. menjatuhkan diri di kaki Merri, berlutut .Para sekuriti dan staf motel langsung terkejut melihat pemandangan seorang pria berlutut di depan bos mereka yang hanya men
Ibu Anna menanti kedatangan suster Lita dan dokter Dante. Kemarin suster Lita menelponnya mengatakan bahwa dia akan kembali ke Surabaya, sudah kangen sama baby Dragnar. Terdengar pintu mobil dibanting, sambil menggendong baby Dragnar, ibu Anna mengintip dari balik tirai ,dilihatnya suster Lita sibuk mengangkat kopernya segera membuka pintu ruang tamu. Melihat baby Dragnar dalam gendongan ibu Anna suster Lita langsung meletakkan kopernya mendorong kedalam ruang tamu, bergegas menuju ke washtafel , mencuci tangan dan cuci muka mengambil tisu langsung mengambil baby Dragnar dari gendongan ibu Anna. “Dik Lita kok sendirian, mana dokter Dante?” “Nak Dante tidak ke Surabaya dia ada kepentingan lain….mmm… sedang dalam perjalanan ke Agats.” “Ke Agats? Jauh banget. Apakah ada pasien yang harus dibedahnya di sana?”Tanya ibu Anna. “Mbak, nanti saja saya ceritakan kalau mbak Merri ada, sekalian deh ceritanya ,ngakk usah bolak balik cerita.Bisa sedih hatiku.” Ibu Anna menatap suster Lita deng