Share

Langit Berengsek

Author: Nona Ekha
last update Last Updated: 2023-09-10 19:39:19

Leta menangis sejadi-jadinya di bawah guyuran air shower. Wanita itu merasa jijik dengan tubuhnya sendiri.

Beberapa kali dia menggosok bagian tubuhnya yang usai dicumbu oleh Langit. Beberapa kali digosok bukannya menghilang tapi yang ada tubuhnya malah semakin sakit. Kulit tubuhnya tampak kemerahan bahkan ada juga yang sudah terluka. Namun, semua itu tak sebanding dengan rasa sakit hatinya.

Leta masih ingat betul bagaimana Langit terus saja mencacinya ketika pria itu berada di atas tubuhnya.

"Kau memang wanita menjijikkan, Leta. Kau sungguh wanita murahan. Lihatlah dirimu, bahkan ketika aku menidurimu, kamu sama sekali tak berkutik, kamu hanya pasrah. Dulu, ketika kita masih pacaran aku sangat menyesal karena selalu mendengar kata-katamu untuk tidak menyentuhmu. Tapi kali ini aku sangat bersyukur karena ternyata akulah pria pertama yang menidurimu, hahahaha."

"Arrgghhhh!" Leta berteriak kencang ketika bayangan Langit terus saja menghantuinya.

Ucapan kasar Langit terus terngiang di telinganya membuat wanita itu terus menutupi kedua telinganya. Dia berharap jika bayang-bayang Langit segera pergi dari pikirannya, sayangnya tak bisa.

Tok ... tok ... tok ...

Leta terkesiap, dia buru-buru mematikan air keran itu.

"Kenapa kamu lama sekali di dalam, huh?!" bentak Langit.

Leta sama sekali tak menyahut, dia berusaha menelan suara tangisnya dengan cara membungkam mulutnya menggunakan tangan.

"Leta, kamu dengar aku tidak, cepat buka pintunya!" Lagi-lagi suara Langit meninggi.

Karena tak ada tanggapan dari Leta, Langit pun langsung membuka pintu itu dengan kasar.

Pria itu tersenyum sinis ketika melihat Leta masih tak memakai pakaian, tubuh wanita itu hanya memakai handuk saja. Langit mencoba mendekati Leta, membuat wanita itu memundurkan langkahnya.

"Kamu mau apa?" tanya Leta waspada.

"Menurutmu?"

"A--aku mau pulang." Leta tampak begitu ketakutan karena melihat tatapan Langit yang begitu menakutkan.

"Pulang saja."

"Aku ingin memakai pakaianku."

Leta baru ingat kalau pakaian yang tadi ia kenakan sudah tak terbentuk lagi, semua itu karena ulah Langit. Pria itu merobeknya tanpa belas kasih. Entah apa maksud pria itu.

Leta sangat berharap jika Langit berbaik hati meminjamkan pakaian untuknya, sayang seribu sayang, itu hanya harapan Leta saja, pria itu nyatanya hanya diam acuh tak acuh.

Tak ada tanggapan dari Langit, Leta pun memberanikan diri melangkah ke arah pintu.

Leta berteriak karena tiba-tiba Langit menarik tangannya dengan kasar.

"Lepas! Aku mau pulang!"

"Jangan harap!"

Langit membopong tubuh Leta lalu tubuh wanita itu dibanting dengan keras di atas ranjang, jelas saja itu membuat Leta terpekik.

"Sakit, Langit," rintih wanita itu.

"Sakit? Ini nggak seberapa dari pada rasa sakitku, sialan!" bentak pria itu.

"Ampun, Langit," kata Leta lemah.

"Rasakan ini!"

"Arrgghhhh! Sakit, Langit. Tolong!' teriak wanita itu.

"Berteriaklah sekeras mungkin. Kali ini tidak akan ada yang menolongmu, wanita sialan!"

***

"Astaga, Leta! Apa yang sudah terjadi? Kenapa kamu berantakan seperti ini?" Sisi tampak terkejut karena melihat kondisi Leta yang tampak tak karuan.

"Izinin aku nginep di sini dulu ya, Si. Aku malu kalau pulang ke rumah sementara penampilanku berantakan seperti ini," lirih wanita itu.

"Ya udah, ayo masuk. Astaga!"

Sisi menarik tangan Leta agar segera masuk ke dalam rumahnya. Dia langsung membawa Leta ke dalam kamarnya.

"Sekarang kamu pakai baju aku dulu. Nah, cepat pakai. Ada banyak pertanyaan dariku, dan aku menunggu jawaban darimu."

"Terima kasih, Sisi."

"Haish! Cepat ganti baju, aku tunggu di luar." Sisi pun meninggalkan Leta seorang diri.

Kini hanya ada Leta di kamar itu, dia menatap pakaian yang diberikan oleh Sisi itu dengan tatapan sedih. Tak lama setelah itu, Leta pun mengganti pakaiannya, kini baju yang ia pakai terlihat lebih layak daripada sebelumnya.

Leta pun segera menemui Sisi. Dia tersenyum tipis karena ternyata temannya telah menunggunya di meja dapur.

"Terima kasih dan aku minta maaf untuk hari ini karena sudah merepotkanmu," ungkap Leta.

Sisi memutar bola matanya malas. "Nih makan dulu, bicara juga butuh tenaga, kan?"

"Eeee .... tapi ...."

Leta tak melanjutkan ucapannya karena melihat tatapan horor dari Sisi. Dia pun langsung duduk di depan temannya itu.

"Oke, aku makan sekarang."

***

"Jadi ... apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Sisi penasaran.

Leta mencengkeram gelas yang saat ini dia pegang dengan erat, sebenarnya dia belum siap jika harus menceritakan semuanya pada Sisi. Namun, dia juga tak enak hati karena Sisi terus saja mendesaknya.

"Ini karena ulahku sendiri," jawab Leta ragu.

"Emangnya kamu habis berbuat apa? Kenapa datang-datang penampilanmu berantakan? mata kamu juga bengkak, pasti habis nangis, kan? Nggak mungkin kamu habis digigit tawon," celetuk Sisi, membuat Leta tanpa sadar tertawa namun hanya sebentar.

"Tadi malam aku habis ketemu sama Langit." Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Leta memberanikan diri mengatakan yang sebenarnya.

Mata Sisi melebar. "Habis ketemu sama Langit? Jangan bilang kalau kalian tadi malam--"

"Aku tahu kalau Langit sangat kecewa denganku, makanya dia begitu dendam denganku."

"Jadi tadi malam kamu habis disiksa sama dia?" tanya Sisi dengan mata melotot.

"Ini tak sebanding dengan apa yang aku lakukan padanya."

"Nggak, ini nggak boleh dibiarin. Kita harus segera laporkan dia ke polisi. Kalau dibiarin terus nanti malah membahayakan nyawa kamu, Let."

"Langit nggak akan bertindak sejauh itu, Si."

Sisi tertawa terbahak-bahak, jenis tawa yang tengah mengolok Leta.

"Kondisimu dalam bahaya, tapi kamu masih peduli sama dia? Kecintaan banget kamu sama dia?" sarkas Sisi.

"Bukan gitu, maksud aku--"

"Halah! Udahlah! Intinya kamu kecintaan sama dia!"

"Terserah kalau kamu anggap aku seperti itu. Tapi menurutku dia sedang membalas apa yang telah aku perbuat terhadapnya. Aku yakin dia pasti akan berhenti dengan sendirinya."

"Intinya kalian sama-sama salah. Kalau kamu masih cinta sama dia, terus kenapa kamu malah nikah sama bapaknya sih, Let. Benar-benar nggak habis pikir deh aku sama kamu," decak Sisi.

"Ya, aku mengakui kalau aku ini salah. Tapi ... aku rasa Tuhan nggak adil deh sama aku, kenapa dia selalu kasih aku kesedihan terus sih," keluh Leta.

Sisi menatap Leta sinis. "Kamu yang bodoh, kenapa jadi salahkan Tuhan? Emang aneh kamu ini."

"Aku ...." Leta tak melanjutkan ucapannya karena tiba-tiba saja ponselnya berbunyi.

'Aduh, ibu nelpon lagi, aku harus cari alasan apa ya?' batin wanita itu.

"Pasti Langit ya? Sini biar aku aja yang ngomong," sahut Sisi.

"Bukan, ini ibuku."

"Oh, aku kira Langit berengsek itu. Padahal kalau dia yang nelepon, aku akan berikan dia kata-kata mutiara biar dia kena mental."

Leta meringis pelan.

'Bukan kena mental, yang ada dia akan menghukumku lebih berat dari sebelumnya.'

"Ya, halo, Bu. Ada apa?"

"Ada apa gimana? Kenapa sampai jam segini kamu belum pulang?" omel Tika dari ujung sana.

"Aku ... lagi di rumah Langit," bohong Leta.

"Nggak usah bohongin Ibu, Leta. Sekarang cepat pulang, Langit dari tadi nungguin kamu, dia begitu cemas karena kamu belum pulang."

Leta terkesiap. "Apa, Bu? La-Langit ada di situ?"

Tubuh Leta mendadak menjadi berkeringat hanya karena ibunya menyebut nama Langit.

'Untuk apa Langit ke rumah? Rencana apa lagi yang akan dia lakukan?'

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku   Aku Akan Tetap Menunggumu (END)

    "Apa yang kamu lakukan?!"Langit menatap David berang, lalu pandangannya beralih ke arah Mahendra dan Leta.Dia bernapas lega karena melihat Leta tampak baik-baik saja, meskipun menggigil ketakutan. Dengan cepat Langit mendekati Leta, mendekap tubuh wanita itu dengan erat serta menghujani beberapa kecupan, lalu tali yang mengikat tangan wanita itu dilepas serta benda yang ada di mulut juga dilepas."Kamu nggak apa-apa?" tanya Langit khawatir.Leta menggeleng. Kenyataannya keadaannya memang tidak baik-baik saja. Langit pun menuntun Leta ke sofa untuk duduk."Astaga! Dia sudah mati. Kenapa kamu melakukan hal sekeji ini?!" pekik Axel. Dia yang lebih dulu menghampiri Mahendra usai tumbang.Pekikan Axel jelas saja membuat Langit dan Leta tersentak, kecuali David.Ya, ternyata sebelum Mahendra berniat menembak Leta, David yang lebih dulu memulainya. Entah dari mana pria itu datang, yang pasti salah satu dari mereka tidak ada yang menyadari kedatangan David."Orang seperti itu memang harus d

  • Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku   Kamu Menyia-nyiakan Kesempatan itu!

    "Saya akan segera menyusul Anda, saat ini saya sedang dalam perjalanan," ujar David yang panggilannya langsung diangkat oleh Langit."Sebenarnya apa yang sedang kamu rencanakan, David? Apa yang kamu sembunyikan dariku?" tanya Langit to the poin."Saya tidak menyembunyikan apapun dari Anda, Pak. Saya berani bersumpah. Kalau perlakuan saya tadi membuat Anda curiga, saya mohon maaf. Tadi sebenarnya saya ingin menghubungi pihak polisi, saya menyuruh Anda pergi duluan agar mereka terkecoh, Pak. Maaf kalau sudah membuat salah paham," jelas David panjang lebar."Kau sedang tidak membohongiku, kan?""Tidak, Pak. Saya berani bersumpah. Bahkan saya selalu mengingat kata-kata saya untuk Anda, saya akan selalu mengabdikan seluruh kehidupan saya pada Anda."Langit mendengkus keras. "Aku tidak suka omong kosong. Nggak usah bicara seperti itu, kamu berhak menentukan hidupmu sendiri. Aku sudah sampai, aku akhiri dulu panggilannya.""Pak, tunggu. Saya harap Anda harus hati-hati, mereka itu licik. Saya

  • Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku   Aku Butuh Barang Saat ini!

    "Hai, Langit."Langit tersentak ketika mendengar suara laki-laki. Dia kembali melihat ke layar ponselnya untuk memastikan jika tadi dia tidak salah melihat. Setahunya nomor Leta yang menghubunginya."Siapa kau? Kenapa bisa ponsel istriku ada di kamu? Jangan macam-macam!""Hahaha, bagaimana kalau satu macam? Istrimu sangat cantik, rugi rasanya kalau tidak macam-macam.""Berengsek! Siapa kau sebenarnya?!" umpat Langit. "Berikan ponselnya pada istriku, cepat!""Hahaha, kenapa kamu tampak begitu ketakutan, Langit? Di mana sifat angkuhmu seperti biasanya itu?""Jangan main-main denganku kalau kamu nggak mau terjadi sesuatu di kehidupanmu, sialan! Cepat berikan ponselnya pada istriku!""Nggak! Aku mau nunggu kamu sengsara dulu baru aku bakal balikin, bahkan istrimu juga bakal aku balikin sekalian ke kamu. Tapi tunggu aku puas dulu ya, hahaha. Sampai jumpa, Langit. Ingat, jangan macam-macam kalau ingin istri kamu selamat!" ancam pria itu, tak lama kemudian panggilan itu terputus."Sialan! Ap

  • Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku   Aku Melakukannya dengan Otak, Bukan Otot

    "Jadi di sini tempat tinggal Langit sekarang?""Rumahnya banyak. Tapi aku yakin dia bakal tinggal di sini, karena ini adalah rumah utamanya."Axel manggut-manggut ketika mendengar penjelasan Mahendra."Dengar-dengar dia udah nikah. Nggak tahu sama wanita yang kamu maksud atau bukan," ucap Axel seraya mengembuskan asap rokok dari bibirnya."Oh ya?" Mahendra tersenyum sinis. "Jelas saja dengan wanita yang sama, karena dia sangat cinta mati dengan wanita itu."Axel tak menyahut, dia hanya mengedikkan bahunya acuh."Aku beritahu kamu sesuatu, sebenarnya wanita yang saat ini menjadi istrinya Langit pernah menjadi istriku."Mulut Axel menganga lebar. "Maksudnya dia jatuh cinta dengan mama tirinya begitu? Wah, ini benar-benar skandal luar biasa."Axel berdecak berkali-kali, sungguh heran dengan sebuah fakta yang baru dia ketahui."Bukan. Mereka sebenarnya sudah saling jatuh cinta dari dulu. Mereka dulu sepasang kekasih namun secara paksa aku renggut kebahagiaan mereka dengan menikahi wanita

  • Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku   Tolong Ngerti, Please

    "Bagaimana bisa?" Sentak Langit."Saya juga tidak tahu, Pak. Saya yakin ini ada campur tangan orang-orang yang tidak menyukai Anda."Langit menghela napas gusar. Mendengar kabar bahwa Mahendra sudah keluar dari penjara satu bulan lalu jelas membuatnya terkejut. Masalahnya yang jadi pertanyaan siapa yang menjamin pria itu? "Sudah kamu telusuri?"Langit yakin sebelum David menceritakan semuanya pasti pria itu akan menelusuri sampai ke akar-akarnya."Ini baru dugaan, ada pria bernama Axel yang membantunya. Setahu saya Axel ini pernah menawarkan Anda kerjasama, akan tetapi Anda menolaknya karena menurut Anda kurang menguntungkan, meskipun Anda waktu itu menolaknya secara halus tetap saja mungkin dia merasa tersinggung."Langit kembali menghela napas. "Axel? Kamu tahu sendiri kenapa alasan aku menolak tawaran pria itu. Dia kerja asal saja, tidak mementingkan keselamatan konsumen, itu yang membuatku menolaknya. Kalau memang dia yang menyelamatkan tua bangka itu biarkan saja. Aku ingin lih

  • Terjebak Skandal Panas dengan Putra Suamiku   Tapi, Kan, Aku Maunya Kamu

    "Jaga Leta ya, Langit."Langit mengangguk. "Ibu tenang saja, pasti aku akan selalu jaga Leta. Saat ini dia adalah prioritas utamaku.""Cuma saat ini aja?" tanya Satria dengan pandangan menyipit. "Atau sampai Leta melahirkan baru kamu kembali mengacuhkannya?""Selamanya." Langit melirik pria itu dengan sinis, ada saja tingkahnya yang membuatnya jengkel."Oh, siapa tahu, kan? Bisa aja--""Bang!" tegur Leta. "Apaan sih, nggak usah sinis gitu kenapa sama suami aku. Nanti kalau Abang punya istri, aku sinisin balik emangnya Abang terima?" Satria tersenyum kecut. "Bercanda aja kok, gitu aja--""Bercanda boleh aja, tapi lihat kondisi juga. Nggak mungkin, kan, Abang nggak bisa bedain yang mana waktunya serius sama yang mana waktunya bercanda?" Leta kembali menyela ucapan Satria."Iya, iya." Satria pasrah saja.Pria itu harus bisa menjaga perasaan adiknya karena selama Leta hamil, dia itu gampang sensitif."Udah, udah. Kalian ini kenapa sih ribut terus, nggak enak kalau didengar sama tetangga,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status