Menikahi Ayah Gebetanku

Menikahi Ayah Gebetanku

last updateLast Updated : 2025-06-05
By:  Tarunika HerbrasUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
27views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Shani yang sedang patah hati karena Daroll, si gebetan yang telah memiliki kekasih, malah jadi terlibat dengan Gideon yang ternyata adalah CEO perusahaan tempat ia bekerja sekaligus ayah dari Daroll. Ia menggoda Gideon karena pengaruh alkohol dan berakhir menghabiskan malam bersama dengan lelaki tersebut. Begitu Shani terbangun dari tidurnya, ia yang terkejut akhirnya kabur dan membuat Gideon murka hingga Gideon memaksa Shani untuk menikah kontrak demi menyelamatkan harga diri Gideon.

View More

Chapter 1

BAB 1: Tanggung jawab

Langit mulai mengeluarkan cahayanya. Namun mata Shani masih terpejam dan tubuhnya terbungkus selimut tebal. Ia menggeliat sejenak sebelum akhirnya mulai membuka matanya. Pemandangan langit-langit kamar, nakas samping kasur dan televisi besar itu sedikit berbeda dari miliknya. Shani memicingkan mata seraya memproses apa yang baru saja ia lihat.

Saat mulai tersadar, Shani langsung meloncat. Kaget bukan main saat mengetahui dirinya sedang berada di tempat asing.

“Aku dimana?” Shani panik, berusaha mengembalikan nyawanya yang sebelumnya sempat keluar dari raganya. Ia semakin kaget ketika mendapati tubuhnya tidak dibalut pakaian satu pun. Shani langsung melilit tubuhnya dengan selimut.

Kepalanya terasa sangat pusing, Shani menjambak rambutnya sendiri sambil mencoba mengingat kembali apa yang ia lakukan semalam. Perlahan, secercah ingatan mulai berangsur kembali.

Ingatan terkait kepergiannya ke bar untuk melampiaskan patah hatinya karena Daroll, gebetannya, ternyata sudah memiliki kekasih. Shani juga mengingat dengan sangat jelas kejadian kemarin malam saat dia menggoda seorang lelaki yang umurnya berbeda jauh darinya. Lelaki dengan perawakan yang cukup mirip dengan gebetannya. Akibat godaannya, mereka akhirnya bersenggama dan tanpa sadar jadi menghabiskan malam bersama hingga pagi hari.      

Setelah mulai mengingat, Shani mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, matanya tiba-tiba tertuju pada area yang Shani yakini adalah kamar mandi. Ia dengan perlahan mendekat untuk memastikan kebenaran dari ingatannya.

Benar saja, terlihat punggung seorang lelaki di dalam sana sedang menikmati pancuran air dari shower. Seketika Shani langsung beringsut mundur sambil membekap mulutnya, tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. Shani dan lelaki itu benar-benar menghabiskan waktu bersama.

Alkohol sialan. Ucapnya dalam hati.

Ia merasa sedikit frustasi. Namun satu hal yang Shani yakini harus ia lakukan saat ini, yaitu kabur.

“Ya. Benar. Aku harus kabur sekarang.” Shani bergumam pelan sambil mengendap untuk mencari bajunya.

Setelah berpakaian. Shani segera melipir kabur dari sana. Untungnya saat ini hotel masih sepi. Shani lebih lega karena tak ada yang melihatnya dengan kondisi yang menyedihkan seperti saat ini.

Shani akhirnya tiba di apartemen kumuh yang selama ini ia tinggali. Ia melangkah memasuki lorong apartemen sambil menghela napas lega karena sudah kembali ke tempat yang seharusnya.

Tiba-tiba saja pintu apartemen di sebelahnya terbuka, menampakkan wajah Aland yang terlihat sangat cemas sambil tak mengalihkan pandangannya pada layar ponsel di tangannya.

“S-shani?” Aland langsung berjalan cepat menghampiri Shani yang baru saja memegang gagang pintu apartemennya.

“Kamu kemana semalam? Tiba-tiba saja menghilang. Bahkan kamu meninggalkan semua barang-barangmu.” Lanjut Aland.

Aland adalah sahabatnya sekaligus pemilik bar yang Shani datangi semalam. Shani ingat, sebelum ia menggoda lelaki semalam, Aland sempat meninggalkannya dan meminta dia untuk tidak melakukan hal aneh-aneh. Nahas, ketika Aland kembali, Shani malah sudah sibuk bergumul dengan lelaki yang ia goda. Maka tidak mengherankan jika Aland menjadi sangat panik sekarang.

Shani terdiam sejenak lalu tersenyum simpul, “Sekarang aku sudah hampir terlambat bekerja. Aland. Nanti aku akan menceritakan semuanya.” Balas Shani kemudian masuk ke dalam apartemennya

***

Walau dunia kiamat, Shani harus tetap bekerja. Begitulah kenyataan yang harus di hadapi oleh Shani.

“Shani.” Pak Harris, manajer divisi memanggilnya, saat Shani baru saja menginjakkan kakinya di ruang divisi.

“Iya, Pak Harris. Ada apa?”

“Setelah menaruh tas, segera datang ke ruangan CEO, ya.” Ucap Pak Harris sebelum berlalu meninggalkan Shani.

Shani mengernyitkan alisnya sedikit, merasa bingung dengan perintah Pak Harris. Pasalnya, ia tak pernah diminta untuk menemui CEO. Tapi, ia hanya mengangguk pelan lalu buru-buru mendatangi mejanya, menaruh tas, dan bergegas keluar ruangan untuk mendatangi ruangan CEO.  

Ia berlari kecil di sepanjang lorong yang menghubungkan antar divisi. Melewati beberapa petugas kebersihan yang sedang membersihkan lantai kantor, dan ada pula yang sedang mengelap kaca, ia tak lupa menyapa dengan senyuman hangatnya.

Ditengah-tengah itu. Shani juga berpapasan dengan Daroll.

“Selamat pagi, Daroll.” Shani menyapa dengan nada yang dibuat selembut mungkin. Berusaha menahan perasaan sakit yang kembali muncul ketika bertemu Daroll.

Namun, Daroll melengos begitu saja. Tak menyapa balik. Tatapannya pun datar saja, tidak seperti biasanya. Dahi Shani sampai mengkerut dibuatnya, sedikit kebingungan. Walaupun mereka berada di divisi yang berbeda, tetapi Daroll sering kali mengajak Shani mengobrol atau hanya sekedar menyapanya saat mereka berpapasan.

Apakah dia sedang tidak enak badan? Atau dia sedang tidak mood? Shani bertanya dalam hatinya. Lalu kembali melangkahkan kakinya.

Tadinya, Shani menyapa sekaligus ingin bertanya pada Daroll mengenai letak ruangan CEO. Karena, walaupun dia sudah bekerja lebih dari dua tahun lamanya. Shani belum pernah bertemu dengan CEO perusahaan tempat ia bekerja, bahkan Shani pun tak tau bagaimana wujud CEOnya itu.

Setelah beberapa kali bertanya pada patugas kebersihan dan karyawan lain, akhirnya Shani tiba di ruangan CEO.                  

“Ini, kan?” Shani bergumam pelan. Dia melirik ke papan nama CEOnya yang terpampang di depan pintu. tertulis Gideon Bentley disana.

Shani melirik jam di tangan kirinya sekilas, sekarang masih pukul sembilan pagi tetapi seperti sudah waktunya istirahat makan siang saja. Bahkan, meja di depan ruangan yang Shani yakini adalah untuk sekretaris CEO juga kosong.

Shani menelan ludah sambil mengetuk pelan pintu yang terbuat dari kayu jati itu.

“Selamat pagi, Bapak. Saya Shani Catherine Irene dari divisi pemasaran. Saya izin masuk.” Shani berkata dengan penuh hati-hati.

“Ya.” Saut seseorang.

Shani pun menarik gagang pintu agar ia bisa masuki ruangan itu, jantungnya berdegup cukup cepat. Entah mengapa rasanya saat ini Shani seperti sudah melakukan sesuatu yang buruk hingga ia dipanggil oleh CEOnya.

Saat baru memasuki ruangan, langkah Shani terhenti. Matanya membulat.

“B-bapak…” Shani tergegu. Tubuhnya menegang seketika saat mengetahui bahwa CEOnya adalah orang yang ia goda saat di bar tadi malam.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status