Chapter: Bagian 37"Kalian? Kok bisa ada di pesta ini?" Anindya menghampiri keluarga mantan suaminya itu dengan mengarahkan jari telunjukknya ke depan. 'Jangan sampai ketiga orang ini berbuat onar dan merusak pesta, batin Anindya cemas. "Ka....Kami tentu saja diundang oleh Nyonya Martha sendiri," sahut Adrian sedikit gelagapan saat mantan istrinya itu tiba-tiba menghampiri tempat mereka. Dadanya berdegup lebih kencang. Anindya manggut-manggut. Ia bisa memahami jika ibu mertuanya mengundang Adrian juga. Memang perusahaan Adrian pun juga bergerak di bidang bisnis property. Jadi, tak salah jika mereka masih saling terhubung. "Sayang." Zevan menyusul Anindya. Ia memeluk pinggang Anindya di depan Adrian. Mata Adrian langsung tertuju pada tangan Zevan yang melingkar di pinggang mantan istrinya, membuat hati Adrian menjadi panas. Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya sendiri dengan erat. "Mereka?" Zevan menatap ketiga orang di depannya itu sambil mengingat-ingat sesuatu. Wajah mereka tentu saja
Dernière mise à jour: 2025-11-12
Chapter: Bagian 36"Aku jadi penasaran siapa yang menjadi menantu Nyonya Martha ini? Mungkinkah dia juga berasal dari keluarga terpandang dan juga kaya? Hm...sepertinya memang sudah seharusnya mereka mengambil menantu yang se-level," ujar Viona yang ikut mendampingi Adrian datang ke pesta pernikahan yang diadakan rekan sesama bisnis mereka. "Kamu sabar dulu sayang. Jangankan menantunya, aku sendiri saja belum pernah bertemu dengan putra tunggal dari Nyonya Martha. Aku dengar, setelah ini dia akan menggantikan ibunya memimpin perusahaan," balas Adrian."Benarkah?" Bu Sarita dan Viona langsung menatap Adrian serius. "Secepat itu? Bukankah dia masih muda? Belum berpengalaman, apalagi harus memimpin perusahaan sebesar itu," imbuh Bu Sarita. "Bukankah keputusan Nyonya Martha ini terlalu tergesa-gesa? Menjadikan anak kemarin sore yang belum memiliki pengalaman untuk memimpin perusahaan itu sangat beresiko sekali. Nyonya Martha benar-benar nekat.""Dia tidak sendirian Bu. Ada Mahendra yang membantunya. Mahen
Dernière mise à jour: 2025-11-06
Chapter: Bagian 35 "Nindy!" Sebuah suara terdengar menggema saat pintu kamar untuk make up terbuka. Anindya dan tim make up kompak menoleh kearah sumber suara. Kalila langsung menghambur dan memeluk Anindya yang belum selesai di make up. "Akhirnya kamu melepas masa jandamu juga. Sama berondong ganteng lagi. Aah....senengnya!" "Kenapa telat sih?" Anindya berpura-pura memasang wajah kesal. Bibirnya mengerucut , mengabaikan kalkmat yang dilontarkan sahabatnya itu. "Hehehe....maaf ya. Pagi tadi agak pusing, trus mual-mual gitu. Rasanya nggak enak banget," jawab Kalila seraya mengelus perutnya. "Kenapa, maag kamu kambuh lagi kah?" Wajah Anindya berubah khawatir. "Udah ke dokter belum?" "Udah nggak usah khawatir, aku nggak pa-pa kok," sahut Kalila menenangkan. Ia menepuk-nepuk pundak Anindya yang masih mengkhawatirkannya. "Nggak pa-pa gimana sih? Kalo maagmu kambuh lagi trus parah kayak waktu itu gimana?" Anindya masih teringat sahabatnya itu pernah dirawat intensif karena penyakit maagnya yang k
Dernière mise à jour: 2025-10-11
Chapter: Bagian 34 "Undangan darimana ini Ma?" Tanya Adrian selepas pulang kerja dan menemukan sebuah undangan pernikahan diatas meja ruang tamu. "Undangan?" Bu Sarita yang muncul dari dapur dengan membawa segelas es jeruk mengulang pertanyaan tak mengerti. "Undangan apa?" Adrian menunjukkan undangan itu pada sang Mama. "Undangan ini? Sepertinya undangan pernikahan." Bu Sarita menggedikkan kedua bahunya. "Entahlah. Mama juga baru pulang dari arisan. Mungkin Bibik tahu undangan itu datang darimana. Coba Mama tanya Bibik." Bu Sarita meletakkan es jeruk di tangannya dan kembali ke belakang memanggil asisten rumah tangganya. Sementara itu, Adrian melonggarkan dasi, melepas jas yang dipakainya seharian lalu merebahkan diri diatas sofa. Bu Sarita datang bersama dengan asisten rumah tangga yang berjalan di belakangnya. "Coba Bibik bilang, itu undangan darimana?" Tanya Bu Sarita. "Oh...undangan itu ya. Tadi ada seorang pengantar datang ke rumah mengantarkan undangan pesta pernikahan. Saya semp
Dernière mise à jour: 2025-09-23
Chapter: Bagian 33"Maaf jika sebelumnya sikapku kurang baik padamu, Nindy. Kamu pasti paham seorang ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Apalagi soal pasangan hidup. Saya hanya tak ingin sampai Zevan salah dalam memilih pendamping." Nyonya Martha memulai percakapan malam itu. "Kita belum pernah bertemu dan saling mengenal. Aku sengaja mencari informasi soal dirimu. Ini bukan masalah statusmu sekarang. Aku bahkan tak peduli apakah kamu masih perawan atau sudah pernah menikah. Aku hanya ingin memastikan bahwa Zevan memilih wanita yang bisa diajak bekerjasama dan saling mendukung satu sama lain," lanjut nyonya Martha. "Tapi, apa Nyonya belum tahu jika saya memiliki kekurangan lain yang mungkin tak bisa Anda terima," ujar Anindya berhati-hati. "Mengingat Zevan adalah anak tunggal dalam keluarga ini. Tentu saja dia menjadi harapan untuk meneruskan keturunan keluarga, sedangkan saya kemungkinan tak bisa memenuhi keinginan tersebut."Wajah Anindya tertunduk sambil meremas tangannya. Mungkin Ze
Dernière mise à jour: 2025-09-18
Chapter: Bagian 32"Apa Kak?! Mata Haikal membulat sempurna. "Si anak tengil itu benar-benar akan melamarmu?" Anindya hanya mengangguk pelan. "Aku sudah menelpon Ibu dan memberitahunya soal ini. Aku juga menceritakan tentang siapa Zevan." "Lalu Ibu setuju?" Tanya Haikal lagi. Sekali lagi Anindya mengangguk pelan. "Iya, Ibu setuju, dan kamu harus bersiap untuk jadi waliku." "Mereka akan mempersiapkan semuanya. Dari acara ijab kabul hingga pesta pernikahan yang meriah," sambung Anindya antusias. Dalam pikirannya bertanya-tanya, apakah dia perlu mengundang sang mantan atau tidak. "Kakak sudah memikirkannya baik-baik untuk menikah kembali? Apalagi ini menikah dengan Zevan." Tergambar rasa khawatir di wajah Haikal. Reputasi Zevan cukup buruk di kampus, meski belakangan ini dia terlihat cukup menunjukkan perubahannya di kampus. Namun, semua itu tak cukup bagi Haikal untuk mempercayakan masa depan kakaknya pada Zevan. Anindya menepuk pundak Haikal pelan. "Aku sudah memikirkan hal ini baik-baik, Ha
Dernière mise à jour: 2025-09-11