LOGINAnindya harus menerima kenyataan pahit bahwa orang yang paling ia cintai dan percaya ternyata telah menghianatinya. Padahal ia telah mengorbankan semua mimpinya untuk mengabdikan dirinya sebagai ibu rumah tangga. Nyatanya pernikahan yang sudah berjalan 5 tahun itu hancur dalam sekejap mata. Dia memilih untuk mundur daripada harus di madu. Ditengah keputusasaan, ia dipertemukan dengan seorang pemuda yang pada akhirnya mengerjar cintanya. Akankan Anindya membuka hatinya kembali setelah ia memutuskan untuk menutup pintu hati rapat-rapat? Bisakah ia bangkit dari keterpurukan dan mengobati trauma penghianatan? Haii....ini cerita baruku di GN. Beri dukungan kalian dengan rate bintang lima ya. Ikuti kisah Anindya sampai tamat ya. Terima kasih.
View More"Kalian? Kok bisa ada di pesta ini?" Anindya menghampiri keluarga mantan suaminya itu dengan mengarahkan jari telunjukknya ke depan. 'Jangan sampai ketiga orang ini berbuat onar dan merusak pesta, batin Anindya cemas. "Ka....Kami tentu saja diundang oleh Nyonya Martha sendiri," sahut Adrian sedikit gelagapan saat mantan istrinya itu tiba-tiba menghampiri tempat mereka. Dadanya berdegup lebih kencang. Anindya manggut-manggut. Ia bisa memahami jika ibu mertuanya mengundang Adrian juga. Memang perusahaan Adrian pun juga bergerak di bidang bisnis property. Jadi, tak salah jika mereka masih saling terhubung. "Sayang." Zevan menyusul Anindya. Ia memeluk pinggang Anindya di depan Adrian. Mata Adrian langsung tertuju pada tangan Zevan yang melingkar di pinggang mantan istrinya, membuat hati Adrian menjadi panas. Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya sendiri dengan erat. "Mereka?" Zevan menatap ketiga orang di depannya itu sambil mengingat-ingat sesuatu. Wajah mereka tentu saja
"Aku jadi penasaran siapa yang menjadi menantu Nyonya Martha ini? Mungkinkah dia juga berasal dari keluarga terpandang dan juga kaya? Hm...sepertinya memang sudah seharusnya mereka mengambil menantu yang se-level," ujar Viona yang ikut mendampingi Adrian datang ke pesta pernikahan yang diadakan rekan sesama bisnis mereka. "Kamu sabar dulu sayang. Jangankan menantunya, aku sendiri saja belum pernah bertemu dengan putra tunggal dari Nyonya Martha. Aku dengar, setelah ini dia akan menggantikan ibunya memimpin perusahaan," balas Adrian."Benarkah?" Bu Sarita dan Viona langsung menatap Adrian serius. "Secepat itu? Bukankah dia masih muda? Belum berpengalaman, apalagi harus memimpin perusahaan sebesar itu," imbuh Bu Sarita. "Bukankah keputusan Nyonya Martha ini terlalu tergesa-gesa? Menjadikan anak kemarin sore yang belum memiliki pengalaman untuk memimpin perusahaan itu sangat beresiko sekali. Nyonya Martha benar-benar nekat.""Dia tidak sendirian Bu. Ada Mahendra yang membantunya. Mahen
"Nindy!" Sebuah suara terdengar menggema saat pintu kamar untuk make up terbuka. Anindya dan tim make up kompak menoleh kearah sumber suara. Kalila langsung menghambur dan memeluk Anindya yang belum selesai di make up. "Akhirnya kamu melepas masa jandamu juga. Sama berondong ganteng lagi. Aah....senengnya!" "Kenapa telat sih?" Anindya berpura-pura memasang wajah kesal. Bibirnya mengerucut , mengabaikan kalkmat yang dilontarkan sahabatnya itu. "Hehehe....maaf ya. Pagi tadi agak pusing, trus mual-mual gitu. Rasanya nggak enak banget," jawab Kalila seraya mengelus perutnya. "Kenapa, maag kamu kambuh lagi kah?" Wajah Anindya berubah khawatir. "Udah ke dokter belum?" "Udah nggak usah khawatir, aku nggak pa-pa kok," sahut Kalila menenangkan. Ia menepuk-nepuk pundak Anindya yang masih mengkhawatirkannya. "Nggak pa-pa gimana sih? Kalo maagmu kambuh lagi trus parah kayak waktu itu gimana?" Anindya masih teringat sahabatnya itu pernah dirawat intensif karena penyakit maagnya yang k
"Undangan darimana ini Ma?" Tanya Adrian selepas pulang kerja dan menemukan sebuah undangan pernikahan diatas meja ruang tamu. "Undangan?" Bu Sarita yang muncul dari dapur dengan membawa segelas es jeruk mengulang pertanyaan tak mengerti. "Undangan apa?" Adrian menunjukkan undangan itu pada sang Mama. "Undangan ini? Sepertinya undangan pernikahan." Bu Sarita menggedikkan kedua bahunya. "Entahlah. Mama juga baru pulang dari arisan. Mungkin Bibik tahu undangan itu datang darimana. Coba Mama tanya Bibik." Bu Sarita meletakkan es jeruk di tangannya dan kembali ke belakang memanggil asisten rumah tangganya. Sementara itu, Adrian melonggarkan dasi, melepas jas yang dipakainya seharian lalu merebahkan diri diatas sofa. Bu Sarita datang bersama dengan asisten rumah tangga yang berjalan di belakangnya. "Coba Bibik bilang, itu undangan darimana?" Tanya Bu Sarita. "Oh...undangan itu ya. Tadi ada seorang pengantar datang ke rumah mengantarkan undangan pesta pernikahan. Saya semp






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
reviews