author-banner
Tama Fernandez
Tama Fernandez
Author

Novel-novel oleh Tama Fernandez

Petaka Di Gunung Rinjani

Petaka Di Gunung Rinjani

5 orang Siswa asal Jakarta yang mengisi kekosongan untuk mendaki ke Rinjani tanpa pengetahuan apapun , sehingga bukan senang yang di dapat , malah malapetaka
Baca
Chapter: Bab 82
Jalur pendakian, sekitar lima ratus meter dari tebing timur. Firman dan Diana sedang duduk beristirahat di atas batu besar, menyeka keringat dari dahi mereka. Pagi yang melelahkan setelah bermalam dengan mimpi buruk.Firman menatap peta yang terbuka di pangkuannya, mencoba mencari rute alternatif untuk turun. Diana duduk di sampingnya, memeluk lututnya sendiri, mata menatap kosong ke depan."Kita harus buat keputusan, Diana," Firman berbicara pelan. "Kalau Margareta tidak membaik, kita harus turun hari ini juga."Diana mengangguk lemah. "Aku tahu. Aku cuma... aku tidak menyangka perjalanan ini akan berakhir seperti ini."Tiba-tiba—"TOLONG!"Suara itu datang dari kejauhan, memecah keheningan pagi. Suara yang penuh kepanikan dan ketakutan.Firman dan Diana langsung berdiri, kepala mereka menoleh ke arah sumber suara."Itu suara Pak Darto!" Diana berteriak, wajahnya memucat."TOLONG! MARGARETA JATUH! DIA JATUH KE JURANG!"Deg.Jantung Firman berhenti berdetak sejenak. Dunia seakan berhe
Terakhir Diperbarui: 2025-11-15
Chapter: Bab 81
Tepi tebing. Angin bertiup kencang. Margareta tergantung di ambang kehidupan dan kematian—secara harfiah. Kakinya melayang di udara kosong, hanya ujung jari tangannya yang mencengkeram tanah berbatu.Pak Darto berdiri tegak di hadapannya, bayangan tubuhnya menutupi matahari pagi. Wajahnya tenang, terlalu tenang untuk seseorang yang akan melakukan pembunuhan."Kamu terlalu pintar untuk kebaikanmu sendiri, Margareta." Suaranya datar, tanpa emosi, seperti menyatakan fakta sederhana.Margareta menatapnya dengan mata yang hampir kehilangan cahaya. Napasnya pendek-pendek, tubuhnya gemetar hebat—kombinasi dari kesakitan fisik, ketakutan, dan kelelahan total."Pak... kumohon..." suaranya serak, hampir tidak terdengar. "Jangan..."Pak Darto menggeleng pelan. "Terlambat. Kamu sudah tahu terlalu banyak. Kamu sudah melihat terlalu jauh."Dia mengangkat kakinya, menekan dada Margareta dengan sepatu boots-nya.Margareta merasakan tekanan itu. Jantungnya berdegup kencang thump thump thump seperti dr
Terakhir Diperbarui: 2025-11-15
Chapter: Bab 80
Margareta menatap tali itu dengan mata terbelalak. Napasnya memburu, dada naik-turun dengan cepat. Setiap insting dalam tubuhnya berteriak untuk lari, tapi kakinya tidak bergerak—terlalu lemah, terlalu ketakutan."Jangan..." suaranya gemetar. "Pak, kumohon..."Pak Darto tidak menjawab. Dia melangkah maju dengan tenang, seperti sedang melakukan pekerjaan rutin. Tangannya menggenggam tali dengan kuat.Margareta mencoba merangkak mundur, tangannya mengais-ngais tanah berbatu kres, kres mencari pegangan apa pun. Punggungnya menekan batu besar di belakangnya. Tidak ada jalan keluar."TOLONG!" Margareta berteriak sekeras yang dia bisa. Suaranya bergema di antara tebing dan jurang, tapi hanya kembali sebagai gema kosong. "FIRMAN! DIANA! TOLONG AKU!"Pak Darto berhenti sejenak, menyeringai."Teriaklah sepuasmu. Mereka terlalu jauh. Mereka tidak akan mendengar." Dia melirik ke arah jalur di kejauhan. "Bahkan jika mereka mendengar, mereka akan pikir kamu sedang mengamuk lagi. Gadis gila yang be
Terakhir Diperbarui: 2025-11-14
Chapter: Bab 79
"Pak... tolong... saya butuh bantuan..." suaranya parau, hampir berbisik.Pak Darto tersenyum. Bukan senyum hangat yang biasa dia tunjukkan. Ini berbeda. Senyum dingin, tanpa kehangatan, tanpa kemanusiaan. Matanya—yang selama ini tampak bijaksana—kini memancarkan kekosongan yang mengerikan."Bantuan?" Pak Darto tertawa pelan. Suara tawanya bergema di antara bebatuan. "Kamu pikir aku akan membantumu, Margareta?"Hening sesaat. Angin bertiup pelan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan lapuk."Tidak ada yang akan membantumu di sini." Pak Darto melangkah lebih dekat, sepatu boots-nya menginjak kerikil kecil kres... kres... kres. "Kamu tahu kenapa?"Margareta menggeleng lemah, air mata mulai mengalir di pipinya."Karena akulah yang membunuh mereka semua." Kata-kata itu keluar dengan tenang, seperti seseorang yang sedang membicarakan cuaca. "Setiap. Satu. Orang."Deg.Jantung Margareta seakan berhenti berdetak. Dunia berputar. Meski dia sudah menduga, mendengar pengakuan langsung dari mul
Terakhir Diperbarui: 2025-11-14
Chapter: Bab 78
Ini dia. Hari terakhirku.Pikiran itu datang jernih, tajam, tidak bisa disangkal lagi.Ciit, ciit, ciit.Burung-burung pagi mulai berkicau di luar. Suara yang indah, yang biasanya membawa harapan. Tapi pagi ini, suara itu terdengar seperti lagu duka.Srek.Ritsleting tenda terbuka. Diana muncul dengan senyum yang dipaksakan."Pagi, Margareta. Ayo bangun. Pak Darto sudah siapkan sarapan spesial untukmu."Margareta duduk perlahan. Setiap gerakan terasa berat, seperti bergerak di dalam air."Spesial?""Iya. Katanya kamu butuh energi untuk sesi konseling nanti."Diana mengulurkan tangan, membantu Margareta berdiri. Sentuhan tangannya hangat, tapi ada kekhawatiran di matanya—kekhawatiran untuk orang yang dia anggap sakit mental.Margareta keluar dari tenda. Udara pagi dingin menusuk kulit. Langit masih berwarna ungu pucat di timur, berubah gradasi menjadi merah jambu, lalu oranye.Matahari terbit. Indah. Dramatis.Matahari terakhir yang akan kulihat.Pak Darto berdiri di dekat api unggun y
Terakhir Diperbarui: 2025-11-14
Chapter: Bab 77
Margareta berbaring kaku di sleeping bag. Matanya terbuka menatap kegelapan atap tenda. Jantungnya berdetak tidak teratur.Thump-thump... thump-thump-thump... thump.Ada sesuatu yang salah malam ini. Udara terasa lebih dingin, lebih mencekam. Seperti ada yang menunggu di luar sana sesuatu yang gelap dan lapar.Wuuush.Angin gunung berhembus, membuat kain tenda bergerak-gerak. Bayangan-bayangan menari di dinding.Lalu dia mendengar suara. Pelan. Berbisik. Datang dari luar tenda."...besok pagi."Suara Pak Darto."Yakin aman, Pak?"Suara Firman.Margareta membekukan. Napasnya tertahan. Telinganya menajam, menangkap setiap kata."Tenang saja. Aku sudah melakukan ini berkali-kali."Krek.Suara langkah kaki bergeser."Sesi besok akan membantu dia... satu cara atau yang lain."Jeda panjang. Margareta membayangkan Firman mengangguk, menerima kata-kata itu tanpa pertanyaan."Terima kasih sudah percaya, Firman. Kamu sahabat yang baik.""Sama-sama, Pak. Yang penting Margareta bisa pulih."Langk
Terakhir Diperbarui: 2025-11-12
Pesona Ibu Tiri Temanku

Pesona Ibu Tiri Temanku

Gilbert yang tak sengaja bertemu dengan Sheilla yang merupakan ibu tiri dari sahabat dekatnya , dan nekat untuk mendekatinya walau cinta mereka terhalang umur waktu dan status
Baca
Chapter: Bab 39
Deg! Deg! Deg!Jantung Gilbert berdegup sangat keras sampai ia bisa mendengarnya di telinga. Darahnya seolah membeku melihat siluet Seta yang berdiri di balkon lantai tiga—menatap ke arahnya.Berapa lama Seta di sana? Apa yang ia lihat?Seta dan Gilbert saling menatap dari jarak puluhan meter—tidak ada yang bergerak, seperti waktu berhenti.Sampai akhirnya Seta berbalik dan masuk kembali ke kamar.Brak!Pintu balkon tertutup.Gilbert langsung berlari—sprint dengan kecepatan penuh melintasi pantai menuju hotel.Tap tap tap tap tap!Kakinya bertelanjang di pasir, lalu di tangga batu, lalu di karpet lobby hotel yang sepi.Ia naik tangga darurat—tidak mau menunggu lift yang terlalu lambat.Tap tap tap tap!Nafasnya tersengal. Keringat dingin mengalir di pelipis. Pikiran kacau."Shit shit shit..." gumamnya sambil terus berlari naik tangga.Sampai di lantai tiga, ia keluar dari pintu darurat dan berlari ke kamarnya.Cklek!Key card ditempelkan dengan tangan gemetar. Lampu hijau menyala.Kri
Terakhir Diperbarui: 2025-11-15
Chapter: Bab 38
Gilbert bangkit perlahan dari tempat tidur dengan gerakan hati-hati agar tidak membangunkan Seta.Tap... tap... tap...Langkahnya pelan melewati karpet tebal. Ia meraih kaus dan celana pendek, mengenakannya dalam gelap, lalu keluar dari kamar dengan sangat hati-hati.Cklek... kriiiit...Pintu tertutup perlahan tanpa suara.***Pantai hotel sepi di tengah malam. Hanya lampu-lampu taman yang menyala redup di sepanjang jalan setapak menuju pantai. Suara ombak terdengar lebih jelas tanpa gangguan suara lain.Byuuuur... crasssh... byuuuur...Gilbert berjalan ke pantai dengan kaki telanjang. Pasir putih terasa dingin dan lembut di bawah telapak kakinya.Ia duduk di pasir—cukup jauh dari air tapi masih bisa merasakan semburan angin laut yang asin. Menatap ombak yang bergulung di bawah cahaya bulan sabit.Langit penuh bintang. Indah. Tapi terasa begitu sepi.Tap tap tap...Suara langkah kaki di pasir dari belakang. Gilbert menoleh dengan refleks.Sesosok figur berjalan mendekat dengan langkah
Terakhir Diperbarui: 2025-11-15
Chapter: Bab 37
Byuuuuur... crasssh...Ombak pantai Legian menghempas pasir putih dengan ritme yang menenangkan. Matahari pagi bersinar terik tapi tidak terlalu menyengat. Langit biru cerah tanpa awan. Pemandangan yang sempurna untuk liburan keluarga.Tapi bagi Gilbert, ini adalah neraka.Sheilla berjalan keluar dari kamar ganti pantai dengan bikini two-piece berwarna putih yang kontras dengan kulit sawonya yang eksotis. Tubuhnya langsing dan proporsional—hasil rajin yoga dan gym. Rambut panjangnya yang basah tergerai di punggung.Gilbert yang sedang duduk di sun lounger dengan Seta langsung mengalihkan pandangan ke laut—berpura-pura tidak melihat.Tapi sudah terlambat.Bayangan Sheilla dalam bikini itu sudah tercetak di otaknya. Dan ia tahu ia akan terus membayangkannya malam ini.Pak Arman berjalan di samping Sheilla dengan celana pantai dan kemeja Hawaii yang terbuka—memamerkan tubuh yang masih atletis untuk pria seusianya. Tangannya melingkar possessively di pinggang Sheilla."Sayang, kita foto d
Terakhir Diperbarui: 2025-11-15
Chapter: Bab 36
Bzzt! Bzzt! Bzzt!Ponsel Gilbert bergetar keras di atas meja kost. Nama "Seta" terpampang di layar dengan foto profil sahabatnya yang sedang tersenyum lebar. Gilbert menatap layar itu beberapa detik sebelum akhirnya mengangkat dengan berat hati."Halo?"Suara Seta meledak excited di seberang—terlalu ceria untuk pagi yang mendung ini."BRO! Lo HARUS dateng ke Bali! Udah lama kita gak hang out beneran! Please please please!"Gilbert mengusap wajahnya dengan tangan yang lelah."Set, aku ada tugas kuliah yang harus dikumpulin—"Seta langsung memotong dengan nada memohon."Come on! Tugas bisa dikerjain nanti! Ini all expense paid! Papa yang bayarin semuanya! Hotel bintang lima, makan enak, private tour—GRATIS! Kapan lagi ada kesempatan kayak gini?!"Gilbert terdiam—mencari alasan lain yang masuk akal tapi otaknya kosong."Gilbert, please. Aku butuh kamu di sana. Suasana di rumah lagi... aneh. Aku butuh temen. Kamu kan sahabat terbaik aku."Kalimat terakhir itu seperti pisau yang menusuk da
Terakhir Diperbarui: 2025-11-14
Chapter: Bab 35
Klek klek klek...Suara sendok dan garpu beradu dengan piring di meja makan bergema di ruang makan yang hening. Tidak ada percakapan. Tidak ada tawa. Hanya kesunyian yang mencekam.Sheilla duduk di satu sisi meja, Pak Arman di sisi lain, dan Seta di tengah—mencoba makan dengan nyaman tapi gagal. Udara terasa berat, seolah ada tembok tak kasat mata yang membagi ruangan.Pak Arman memotong steak-nya dengan gerakan presisi—seperti robot. Wajahnya datar, tidak ada ekspresi. Matanya tidak pernah menatap Sheilla, bahkan sekilas.Sheilla menyuap nasi dengan gerakan mekanis. Makanan terasa hambar di lidahnya meski ia yang memasaknya sendiri dengan resep favorit keluarga.Seta sesekali melirik kedua orang tuanya—bingung dengan atmosfer yang begitu dingin."Papa, Mama, besok Minggu mau kemana?" tanya Seta mencoba memecah keheningan.Pak Arman menjawab tanpa mengangkat wajah dari piringnya."Tidak kemana-mana. Papa ada kerjaan."Sheilla menambahkan dengan suara pelan."Mama juga ada tenggat wakt
Terakhir Diperbarui: 2025-11-14
Chapter: Bab 34
Bzzt! Bzzt! Bzzt!Ponsel Sheilla bergetar keras di atas meja studio. Layar menampilkan nama “Maya” dengan huruf tebal. Sheilla meraihnya dengan tangan yang sedikit gemetar—ada firasat buruk di dadanya.“Halo?”Suara Maya terdengar mendesak dari seberang—tanpa basa-basi, langsung ke inti.“Sheilla, kita harus ketemu. Sekarang. Ini penting banget.”Jantung Sheilla berdegup kencang, tak karuan.“Ada apa? Kenapa suaramu—”Maya memotong cepat.“Jangan di telepon. Kafe Kopi Keliling, lima belas menit lagi. Aku tunggu.”Pip!Sambungan terputus sebelum Sheilla sempat bertanya lebih lanjut.---Kafe Kopi Keliling—kafe kecil berinterior industrial di kawasan dekat kantor Sheilla. Suasana sore itu cukup ramai, dipenuhi pekerja kantoran yang sedang beristirahat.Sheilla datang dengan napas tersengal, separuh berlari dari parkiran. Matanya menelusuri kerumunan, mencari sosok Maya.Maya duduk di meja paling pojok, wajahnya serius. Tak ada senyum, tak ada sapaan ringan.Tap tap tap...Sheilla berjal
Terakhir Diperbarui: 2025-11-14
Anda juga akan menyukai
MISTERI LIONTIN VAMPIR
MISTERI LIONTIN VAMPIR
Thriller · Mirva Celestira
3.2K Dibaca
Sabtu Malam Lisa
Sabtu Malam Lisa
Thriller · Soma
3.1K Dibaca
Dendam Saudara Kembar
Dendam Saudara Kembar
Thriller · Jernita S. Nita
3.1K Dibaca
REFLECTION
REFLECTION
Thriller · Xerin
3.1K Dibaca
Ellipsis
Ellipsis
Thriller · Fahrizon Ilmar Al-Farisy
3.1K Dibaca
Misteri Desa Kanibal
Misteri Desa Kanibal
Thriller · Bib12
3.0K Dibaca
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status