Chapter: Bab 43. Seseorang yang Tak Terduga Seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di salah satu kursi ruangan itu menoleh ke arahku. Tanpa sadar kedua mataku membola, sementara tanganku refleks menutup mulutku yang sedikit menganga. Sama sekali tak pernah kusangka kalau wanita di hadapanku kini ternyata ibu dari seorang Rafa. Padahal aku sudah lama mengenal Rafa, baru kali ini bertemu dengan wanita yang telah melahirkannya. "Apa masih perlu perkenalan lagi?" tanya Rafa seraya tersenyum. Aku menoleh ke arahnya, masih sedikit tak percaya dengan situasi yang ada. Ini benar-benar sesuatu yang sama sekali tak pernah aku duga sebelumnya. "Silakan duduk," ucap Bu Laili yang entah kapan sudah berdiri dan kini ada di sampingku, mengusap lenganku seolah berusaha menenangkan aku dari rasa keterkejutan ini. Aku pun menurut dan mengucap terima kasih. Kami bertiga duduk berhadapan. Rasa canggung masih begitu jelas kurasa. Membuatku sesekali melakukan kecerobohan tanpa sengaja. Berulang kali ku ucap maaf. Dan berulang kali ku dapatk
Last Updated: 2025-05-02
Chapter: Bab 42. Bertemu Mamanya Rafa"Aku mau kamu untuk tidak menyerah tentangku," ucapnya sendu. Pemuda itu masih menatapku sementara aku tak berani membalasnya. Bagiku, permintaan itu cukup berat. Aku tidak yakin akan sanggup memikulnya. "Hanya itu?" tanyaku singkat. Dia mengangguk penuh semangat. Ada binar di kedua matanya yang membuatku tak tega. Namun, sepertinya untuk kali ini aku harus tegas pada pemuda yang kini masih ada di hadapanku. "Mama ...." Suara gadis kecilku menginterupsi pembicaraan kami. Dia masih mengucek kedua matanya yang belum sepenuhnya terbuka. Wajahnya masih kusut khas bangun tidur. Hanya saja itu tetap menggemaskan. "Om Dika," sapa Delisha meraih tangan Dika dan mencium punggung tangan pria itu dengan hormat. Kini bisa kulihat bagaimana Delisha cukup berjarak dengan Dika. Tak seperti saat dengan Rafa. Biasanya gadis kecilku akan merentangkan kedua tangan minta diraih dan digendong oleh Rafa. Begitupun Rafa, dia akan senantiasa menghampiri Delisha, menyejajarkan tingginya dan menghi
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Bab 41. Karena Kamu Mengenalnya"Karena kamu mengenalnya," sahut Rafa membuatku tertegun sejenak. Kedua mataku menyipit, sementara isi kepalaku masih terus berpikir berusaha menggali memori siapa saja paruh baya yang mungkin saja aku kenal. Namun, tak ada sedikit pun petunjuk akan kalimat Rafa. "Mana mungkin. Kita berteman lama tapi kamu tak pernah mengenalkan orangtuamu padaku," ucapku terkekeh. "Ah, memang salahku tak mengenalkan mereka padamu sejak dulu. Kalau tau begini, bisa jadi kamu menikahnya denganku. Bukan dengan dia," canda Rafa. Aku tersenyum miring tapi membenarkan perkataannya. Mungkin saja seperti itu, bukan? "Aku akan mengabari mu lagi, kapan kita akan bertemu mamaku," ucap Rafa dan ku jawab dengan anggukan. Barangkali bertemu dengan mamanya Rafa bisa membuatku tak lagi trauma dengan mertua, bukan? Aku harap mamanya Rafa sebaik Rafa kepadaku. Dan semoga itu bukan hanya harapan kosong saja. *** Rafa sudah pulang beberapa jam yang lalu. Di rumah, aku kembali berdua dengan putri kecilku yang sed
Last Updated: 2025-05-01
Chapter: Bab 40. Mama Pasti Menyukaimu"Siapa yang akan menikah?" Aku menoleh ke arah datangnya suara. Seorang pria lantas berjalan mendekati kami dengan tatapan serius. Kedua matanya nyaris tak berkedip saat menatap tajam ke arahku dan Rafa. "Om Dika," sapa Delisha dengan senyum manisnya. Ah, gadis kecilku sangat pandai mencairkan suasana. Yah, meski itu tak bertahan lama. Pasalnya, Delisha mengajukan pertanyaan polosnya kepada Dika. "Om, kalau Om Rafa menikah dengan mama, berarti Om Rafa jadi papa baru aku, 'kan?" tanyanya membuatku menahan napas. Berbeda denganku, Rafa justru terlihat santai melihat interaksi Delisha dan Dika. Dia bahkan tersenyum penuh kemenangan atas suatu kompetisi yang tak pernah dimulai. "Kau curang," desis Dika. Aku masih bisa mendengar dengan jelas apa yang dia ucapkan pada Rafa. Dan aku hanya memutar kedua mataku malas. Kalau sudah begini, rasanya ingin aku seret mereka ke kandang macan. Biar mereka berkompetisi dengan macan saja! "Kalau berantem lagi, silakan pergi!" ucapku pada akhirny
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Bab 39. Papa Rafa?"A-aku ...." "Aku masih menunggu jawabanmu mengiyakan pertanyaanku, Zi," ucap Rafa tanpa berkedip menatapku. Aku yakin dia tahu kalau aku jadi salah tingkah saat ini. Hanya saja, aku masih bingung, tak yakin dengan diriku sendiri. Pasalnya, setelah pernikahanku yang gagal, rasanya aku tak layak untuk kembali merasakan sesuatu yang namanya cinta. Meski aku tahu Rafa benar-benar serius dan yakin kalau aku layak untuknya. Tapi, tetap saja aku merasa tak layak untuk siapa-siapa. "Beri aku waktu-" "Sampai kapan?" sela Rafa membuatku tercekat. "Aku sudah memberimu banyak waktu, Zi. Tapi, untuk kali ini, maaf ... Aku harus mendesak mu, atau mungkin memaksamu menerimaku. Aku tau kamu masih takut dan mungkin trauma. Akan tetapi, tak ada salahnya untuk mencoba, bukan?" papar Rafa tanpa ragu. "Tidak bisakah kamu jujur pada dirimu sendiri?" Kalimat terakhir Rafa membuatku sedikit terusik. Sejujurnya memang ada sesuatu yang diam-diam mengusik pikiranku. Salah satunya adalah kedekatan
Last Updated: 2025-04-03
Chapter: Bab 38. Perasaanku?"ngga mau ngobrol sama dia?" tawar Dika, "untuk yang terakhir kali ... Eh, untuk pertama kalinya sebagai mantan, mungkin?"Aku bergeming menatap Mas Raka yang kemudian berbalik meninggalkan pengadilan. Ku lihat langkahnya terseret meninggalkan gedung megah yang menjadi saksi perpisahan kami berdua. Jujur hatiku masih terasa sedikit berat. Namun, logikaku berjalan begitu cepat seolah mengatakan kalau dia layak mendapatkannya. Bukankah dia akan mendapatkan keluarga baru dari hubungan dengan selingkuhannya itu?Seharusnya aku kasihan pada diriku sendiri. Bukan mengasihani pria itu. Terkadang masih ada ragu, sanggupkah aku melewati hari setelah ini? Meski dalam beberapa waktu lalu bisa melewati hari dengan baik, bagaimana dengan Delisha nanti?"Zi?" Lambaian tangan di depan wajahku diiringi suara pria yang memanggil membuyarkan lamunanku."Ayo kita pulang saja," ajak ku."Nggak jadi makan siang bareng?" tawar Dika. Dia menoleh ke arah Rafa dan Dika yang menunggu kami tak jauh dari mobil.
Last Updated: 2025-01-04
Chapter: Siapa Selingkuhannya?"Kenapa harus suami orang? Stok laki-laki apa sudah sesedikit itu?"Aku menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan Shakila. Ya, memang hati tak sepenuhnya bisa dikendalikan jika sudah jatuh cinta. Tapi, manusia diberi akal. Apa guna akal jika tidak digunakan?Kulihat dua sahabatku saling berpandangan diiringi senyum yang sedikit aneh menurutku. Mungkinkah ada yang salah dengan ucapanku? Bukankah menyukai suami orang adalah hal yang tak dibenarkan?"Niar, kayaknya kamu kurang update deh. Sekarang kan lagi tren, mencintai suami orang. Malah ada yang lebih parah loh," papar Shakila enteng. Sementara Rania menyeruput minumannya dengan santai."Lebih parah gimana?" tanyaku tak percaya. Apalagi setelah Shakila mengatakan kalau itu sudah menjadi sebuah tren. Di mana artinya bukan hal baru bahkan banyak yang melakukannya, menjadi pihak ketiga dalam sebuah hubungan pernikahan orang lain."Banyak kok yang udah punya suami, tapi selingkuh dengan suami orang. Bayangkan aja, dia malamnya melayan
Last Updated: 2025-04-30
Chapter: Rania atau Shakila?"ada apa? Kenapa aku ngga boleh sampai tahu?" tanyaku penuh selidik.Bisa kulihat dengan jelas dua perempuan di hadapanku saling sikut, memberi kode yang hanya mereka pahami maksudnya."Apa yang tadi kalian bicarakan?" tanyaku lagi.Kulihat Shakila menarik napas panjang sebelum menghempaskannya dengan kasar. Dia lantas meraih tanganku yang kebetulan ada di atas meja."Tadinya kami mau memberi kejutan untuk ulangtahunmu. Tapi karena kamu lebih dulu tahu, kami merasa gagal," ucap Shakila dengan raut wajah sedihnya. Begitu pula dengan Rania yang mengangguk dan memasang wajah sedih."Jadinya gagal deh ngasih kamu kejutan ulangtahun," ucap Rania yang kini angkat suara.Aku mengerjap sesaat. Mengingat-ingat kembali kalau memang ulang tahunku tak lama lagi akan tiba. Aku sendiri sudah lupa. Sementara dua orang di hadapanku mengingatnya."Ya udah, aku pura-pura ngga tau aja, deh!" ucapku bercanda.Mereka kompak berdecak. "Mana bisa gitu!" sahut Rania dan Shakila hampir bersamaan. Dan kami pun
Last Updated: 2024-12-11
Chapter: Jangan Sampai Dia Tahu"Mendong Mbak lihat dulu deh, siapa orangnya. Barangkali Mbaknya tahu," ucap pemilik bengkel yang masih menatap iba ke arahku.Ya, aku yakin dia merasa kasihan kepadaku. Apalagi karena kejadian ini, dia tahu kalau aku mendapat pengkhianatan dari suamiku."Ngga usah kayaknya mending enak langsung dilabrak aja," sahutku datar."Iya, Mbak. Laki-laki ngga setia gitu mah cemen. Masa beraninya sembunyi-sembunyi dari istri. Aku kalau udah nikah, ngga bakal istriku aku duain gitu," timpal pekerja bengkel yang menangani motorku mengompori."Emang kamu udah ada istri, Jo?" tanya sang pemilik bengkel."Hehe, belum bos. Masih nyari. Maaf, Bos. Maaf, Mbak. Abisnya kesel. Dia udah punya istri cantik gini malah nyari cewek baru. Saya aja nyari satu susah dapat. Padahal nih, Mbak, wajah suami Mbaknya itu biasa aja, pas-pasan. Lebih ganteng Pak Bos-"Ucapan pria yang tangan dan pakaian kerjanya lebih banyak noda hitam itu terhenti saat pria berkacamata di dekatku berdeham cukup keras. Tanpa sadar aku
Last Updated: 2024-12-10
Chapter: Menguntit Suami Sendiri "Bagaimana dia bisa tahu kalau Mas Fajar hendak ke bengkel hari ini? Apa mereka ada janji? Dia sebenarnya siapa?" Aku bergumam pada diri sendiri seraya memegang benda pipih milik Mas Fajar yang terkunci.Khawatir Mas Fajar membutuhkan ponselnya, aku berniat untuk mengantar benda itu kepada pemiliknya. Hanya saja saat aku melewati teras, aku berpikir, dengan apa aku menyusul Mas Fajar? Motorku 'kan dibawa dia ke bengkel.Rasanya aku ingin mengutuk diri sendiri yang sedikit sulit berpikir cepat karena kejadian sebelumnya. Aku masih merasa masalah itu belum sepenuhnya selesai.Saat hendak berbalik, aku mendengar suara motor berhenti di depan rumah. Aku pikir orang lain, ternyata itu Mas Fajar yang kembali pulang. Sudah bisa aku tebak apa yang hendak dia ambil karena terlupa."Yang, ponsel," ucapnya saat melihatku berdiri di teras.Aku pun mengangguk dan berjalan menghampirinya. Benda pipih yang dia maksud masih ada di tanganku. Setelahnya, dia pamit kembali ke tujuan semula.Setelah kepe
Last Updated: 2024-12-09
Chapter: Kepercayaan yang Terkikis"Apa yang kalian bicarakan? Ada apa lagi?" Suara Bapak membuat kami menoleh. Tidak tahu sejak kapan Bapak di sana dan mendengar pembicaraan kami berdua."Katakan! Apa lagi yang masih kamu sembunyikan?" desak Bapak kepada Mas Fajar."E … em … tidak ada, Pak," sahut Mas Fajar spontan.Aku yakin dia saat ini tidak menjawab dengan jujur."Ya sudah. Nanti Bapak mau tanya sesuatu. Sekarang subuhan dulu," ucap Bapak berlalu menuju masjid tak jauh dari rumah kami.***Seperti yang sudah Bapak katakan saat subuh tadi, beliau memanggil Mas Fajar. Mereka duduk di kursi tamu yang ada di teras rumah. Dan di sana hanya mereka berdua.Aku mendengar beberapa pertanyaan yang dilontarkan bapakku kepada Mas Fajar. Mendengar jawaban suamiku itu, aku merasa kecewa karena Mas Fajar tidak berbicara jujur dan menutupi kenyataan yang ada."Bapak mendengar dari orang lain kalau kamu dekat dengan seorang wanita. Benar begitu?"Mas Fajar terlihat salah tingkah. Dari jendela aku bisa melihat bagaimana dia menyemb
Last Updated: 2024-12-08
Chapter: Apa yang Kalian Sembunyikan?Panik? Pasti.Tapi aku berusaha agar tak terlalu menunjukkan bahwa pikiranku sedang tak karuan. Aku berusaha bersikap tenang, meminta nomor penyewa itu kepada Mas Fajar dan menanyai keberadaannya terlebih dahulu.Saya ada di Blitar, Mbak. Maaf belum bisa pulang sore ini soalnya hujan.Begitulah tulisan dalam aplikasi perpesanan berwarna hijau itu.Aku membalas pesan wanita itu dengan kalimat sopanSaya mau telepon, Bu. Mohon dijawab.Aku pun menekan tombol gagang telepon di bagian pojok kanan atas melalui aplikasi yang sama.Terdengar suara panggilan yang tersambung. Namun, tak ada jawaban dari orang yang bernama Endang itu.Tiba-tiba sebuah pesan chat yang masih dari aplikasi berwarna hijau itu diterima.Endang: Maaf, Mbak teleponnya gak bisa saya terima. Soalnya di sini hujan berpetir.Aku merasa ada yang janggal. Ada sesuatu yang salah di sini. Apa kaitannya tak bisa pulang karena hujan dengan mobil?"Lacak GPS!"aku mengirim pesan suara kepada Mas Fajar dan saudara-saudaraku untuk
Last Updated: 2024-12-02