Chapter: Mulai berulahRahma terpaku di tempat, ponselnya terasa dingin dan berat di tangannya. Matanya memindai kata-kata Ridwan, membiarkan setiap huruf menusuknya seperti serpihan kaca tajam.Mas Ridwan: Sayang, Alana baru saja masuk ke kamar dan dia menangis histeris. Dia bilang kamu mengancamnya. Ada apa? Kenapa kamu menyakitinya? Mas benar-benar tidak mengerti kenapa kamu melakukan ini. Mas minta maaf, tapi Mas harus bilang—tolong, jangan ganggu dia lagi. Mas harus memilih, dan Mas memilih dia. Malam ini, Mas akan mengunci pintu kamarnya. Jangan pernah—Jangan pernah mendekati kamarnya lagi tanpa izinku.Kalimat itu, yang terpotong di layar, terasa selesai di benak Rahma. Itu adalah deklarasi perang yang jelas, tetapi datang dari suaminya sendiri.Rahma menjatuhkan ponselnya ke atas tempat tidur, suara benda jatuh yang empuk itu terasa memuakkan di tengah keheningan yang menyelimutinya. Ia tidak menangis. Air mata tidak akan datang. Yang ada hanyalah
Last Updated: 2025-10-13
Chapter: Pesan dari Ridwan"Aku sudah melihat daftar vitamin yang harus kamu minum, dan aku sudah menyiapkan jadwal makan yang ketat. Aku juga akan memanggil suster pribadi untuk membantumu, sehingga Ridwan tidak perlu sepenuhnya mengurus semua kebutuhanmu," Rahma menjelaskan, suaranya tegas. "Dan sebagai gantinya aku sebagai penanggung jawab utama kesehatanmu dan anak ini, aku berhak memantau semua kegiatanmu. Tidak ada lagi berjalan-jalan sendirian, tidak ada lagi menerima tamu tanpa izin, dan tidak ada lagi naik tangga."Rahma berjalan mendekat ke kursi Alana, matanya menatap tajam, menembus lapisan kepalsuan Alana. "Kamu adalah tamuku di rumah ini. Kamu harus ingat itu, Alana. Kamu di sini demi anak. Dan aku akan pastikan anak itu lahir dengan selamat, di bawah pengawasanku."Rahma menegaskan batasan, mengubah kamar tamu itu dari markas Alana menjadi penjara emas.Alana terlihat geram, raut wajahnya yang tadinya manis kini berubah masam. "Mbak Rahma terdengar seperti sedang memenjarak
Last Updated: 2025-10-12
Chapter: Rahma mengalahSore itu, Alana datang dengan di antar sopir yang membawa koper-koper kecilnya. Ia terlihat tidak nyaman, tetapi ada kilau puas di matanya saat ia melangkah memasuki ambang pintu rumah mewah itu. Rumah yang ia yakini akan menjadi miliknya dan bayinya sepenuhnya suatu hari nanti.Rahma menyambutnya di ruang tamu dengan penampilan yang sempurna."Selamat datang, Alana," sapa Rahma, senyumnya tidak pernah pudar. "Aku sudah siapkan kamarmu. Aku harap kamu nyaman. Tidak usah sungkan, anggap saja ini rumah sendiri."Alana memaksakan diri untuk tersenyum. "Terima kasih, Mbak Rahma. Maaf sudah merepotkan.""Tidak merepotkan sama sekali. Ini demi anak kita," kata Rahma, menekankan kata 'kita' dengan nada lembut yang membuat Alana sedikit salah tingkah. Alana selalu lebih nyaman menghadapi Rahma yang rapuh, bukan Rahma yang tenang dan mengendalikan.Setelah Alana selesai menata barang-barangnya di kamar tamu yang luas dan mewah, mereka bertiga duduk untuk ma
Last Updated: 2025-10-11
Chapter: Rencana baru Rahma"Alana, dengar," Ridwan memulai, suaranya serak dan berat, hatinya sakit. "Mas... Mas tidak bisa..." ia menarik napas tajam, mengumpulkan semua keberaniannya yang tersisa. "Mas tidak bisa mengambil risiko kamu pergi. Mas harus tetap di sana. Mas harus menemani kamu malam ini. Demi bayi kita, Sayang. Mas minta maaf."Keheningan kembali menyelimuti saluran telepon, namun kali ini terasa berbeda. Di ujung sana, Alana tidak lagi berteriak, melainkan tertawa pelan, tawa yang dingin dan penuh kemenangan."Baik, Mas," jawab Alana, nadanya tiba-tiba kembali manis. "Aku mengerti. Terima kasih, Mas. Aku tunggu Mas di sini. Jangan lama-lama, ya. Aku butuh Mas sekarang."Ridwan menutup telepon, tangannya gemetar. Ia tidak bisa bergerak dari tempatnya, mobilnya masih terparkir di pinggir jalan, jauh dari rumah utama Rahma, dan jauh dari rumah kontrakan Alana. Ia telah mengambil keputusan. Keputusan yang terasa seperti ia mencabut sebagian jiwanya dan memberikannya kepada ancaman yang paling keras.
Last Updated: 2025-10-10
Chapter: Ancaman Alana...setiap detik terasa bagai setahun."Mas..." Suara Rahma di telepon bergetar, hampir tidak terdengar. Ia menunggu, napasnya tertahan. Ia bisa mendengar Ridwan menghela napas di seberang sana."Sayang," Ridwan memulai, nadanya penuh dilema. "Mas... Mas sudah janji sama Alana. Dia kan lagi hamil, Mas enggak enak kalau...""Mas," Rahma memotong, kali ini air matanya benar-benar tumpah. Ia tidak bisa lagi menahannya. "Rahma tahu, Rahma tahu Mas sudah janji sama Alana. Tapi... Rahma benar-benar merasa tidak enak badan, Mas. Rasanya... rasanya Aku takut sekali kalau sendirian malam ini." Suaranya berubah menjadi isakan yang tak tertahankan. "Rahma... Rahma tidak tahu kenapa, Mas. Tapi ini... ini berat sekali untuk Rahma. Aku hanya ingin Mas ada di sini, di sampingku, malam ini saja."Ada keheningan di ujung telepon. Rahma bisa membayangkan Ridwan di sana, mungkin sedang bingung, mungkin sedang merasa bersalah. Keheningan itu terasa lebih berat daripada penola
Last Updated: 2025-10-04
Chapter: Permintaan Rahma...dari malam-malam yang akan memisahkannya dari Ridwan. Rahma memejamkan mata, isakannya tertahan di balik bantal yang ia benamkan wajahnya.Setiap desahan yang ia dengar, setiap tawa kecil yang lolos dari bibir Alana, menusuknya seperti serpihan kaca tajam. Ruangan ini terasa dingin, kosong, dan sangat asing. Bau parfum Ridwan yang seharusnya menenangkan, kini bercampur dengan imajinasinya tentang keintiman mereka, menciptakan aroma pahit di rongga dadanya. Ia memeluk lututnya, meringkuk di atas kasur yang terasa terlalu besar untuknya sendiri. Ini malam pertama. Dan ia tahu, masih akan ada malam-malam selanjutnya. Malam-malam yang akan menguji batas kesabaran dan keikhlasan yang selama ini ia genggam.Malam itu terasa sangat panjang. Rahma tidak bisa tidur. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, bayangan Ridwan dan Alana muncul, menari-nari di pelupuk matanya. Ia hanya bisa terbaring, mendengarkan detak jantungnya sendiri yang berdegup kencang, dan sesekali suara s
Last Updated: 2025-10-03
Chapter: Bab 5Hari yang di tunggu Bram datang juga, hari di mana janji untuk bertemu dengan Putri anaknya."Kenapa kamu memberi nama Putri?" tanya Bram, saat ini dia sedang memangku bayi mungil tersebut."Sebenarnya aku tak tau harus memberi nama apa, makanya ku beri saja nama Putri," jawab Amara jujur. Saat dia melahirkan Putri adalah saat paling hancur baginya. Dia di kucilkan, di cemooh dan di usir dari tempatnya. Beruntung dia tak gila mendapatkan perlakuan tak baik dari warga tempat tinggalnya."Baiklah, kalau begitu aku akan memanggilnya Maura," ucap Bram.Amara hanya terdiam, dia tak ingin menanggapi ucapan Bram, saat ini hatinya tak tenang. Dia tau Bram tak mungkin datang begitu saja tanpa maksud terselubung, apalagi saat ini dia datang untuk melihat anaknya yang setahun lalu tak ingin dia akui."Rambutnya mirip rambutmu," kata Bram. Lelaki itu tersenyum melihat putri kecilnya."Iya, karena dia anakku," jawab Amara."Dia juga anakku," balas Bram."Tentu saja, apa kamu sudah lupa, kalau kamu
Last Updated: 2023-04-26
Chapter: Bab 4"Tidak, Sayang. Perkenalkan, ini Tuan Bram. Ayah Putri," ucap Amara memperkenalkan Bram kepada lelaki yang baru saja mendekati nya."Oh, perkenalkan. Saya Mario, teman dekat Amara!" Lelaki itu menekankan kata teman dekat, membuat Bram rasanya ingin meninju rahang lelaki itu.Bram mengabaikan tangan lelaki itu, dia beralih menatap Amara. "Ingat kesepakatan kita," ucapnya lalu berlalu pergi meninggalkan Amara dan Mario yang hanya bisa mematung melihat kepergian lelaki itu."Dia ternyata sangat angkuh, julukan orang-orang kepadanya sepertinya beralasan," gumam Mario, namun masih bisa di dengar oleh Amara."Dia ingin bertemu dengan Putri," ucap Amara. Mario beralih menatap Amara."Pekerjaan mu sudah selesai? Kalau begitu, ayo makan siang bersama," ajak Mario.Amara mengangguk, dia mengangkat sisa sampah yang akan di buangnya lalu mengikuti Mario yang lebih dahulu berjalan sambil mengangkat sampah-sampah yang akan di buang oleh Amara tadi.Mario adalah Supervisor di tempat kerja Amara, mer
Last Updated: 2023-04-16
Chapter: Bab 3Bram termenung, sudah dua Minggu sejak pertemuannya dengan sang ayah. Pernyataan lelaki itu membuatnya tidak bisa tenang hingga berhari-hari, dia tidak sepenuhnya menyalahkan sang ayah akan keputusan yang di ambil oleh lelaki tua tersebut."Aku harus bertindak, tidak mungkin aku merelakan semua hartaku jatuh ke tangan adik-adik ku hanya karena anak yang memang darah dagingku, lebih baik aku mengatur rencana. Amara pasti bisa ku taklukkan seperti dulu," gumam Bram pada dirinya sendiri.Dia lalu bangkit, rasa kantuk yang tadi menyerangnya kini hilang entah kemana, dia menghubungi pengacaranya, meminta lelaki itu menemuinya sekarang juga, dia ingin membahas langkah apa yang akan dia ambil untuk melindungi aset miliknya.*****Amara sedang membersihkan toilet wanita di sebuah pusat perbelanjaan ketika hapenya berdering, terlihat nama Ana, sahabat sekaligus teman tinggalnya saat ini. Ana adalah sahabat yang menemani saat Amara terpuruk, hamil, melahirkan dan sekarang dia yang membantu Ama
Last Updated: 2023-04-16
Chapter: Bab 2"Menikah! Apa Ayah sudah gila, memiliki anak saja sudah membuat hidupku seperti mendapatkan sial seumur hidup, apalagi jika aku harus menikah. Oh, tidak!" Bram menggeleng, dia tak habis pikir darimana ayahnya bisa memiliki pikiran konyol seperti itu.Pak Aldi menatap sedih ke arah Bram, dia tidak menyangka anaknya itu akan berpikir seperti itu."Kenapa kamu bisa berpikiran kalau itu sebuah kesialan?" tanya Pak Aldi, dia harus meluruskan cara berpikir anaknya yang salah."Apa yang bisa di harapkan dari pernikahan? Perceraian atau penghianatan? Aku bercermin dari pernikahan Ayah dan Mama, lalu pernikahan Ayah dan istri-istri Ayah yang lainnya, togh akhirnya Ayah sendiri juga sekarang!" Perkataan Bram yang kasar dan memohon hati pak Aldi membuat wajahnya berubah menjadi kelam, jelas sekali ada mendung bergelayut di wajah tuanya.Dia menarik napas, lalu menghembuskannya perlahan. Dia sedang menyusun kata, agar apa yang akan di sampaikan ya tidak akan menghancurkan hati Bram untuk kesekia
Last Updated: 2023-04-16
Chapter: Bab 1"Sepertinya Ayah membagikan warisan kita sekarang." Bramasta berucap sesaat setelah dirinya masuk ke ruang kerja ayahnya. Di dalam ruangan, ternyata sudah duduk dengan santai dua orang saudara tirinya. Maria dan Alfa, keduanya sedang asyik dengan ponselnya dan hanya menoleh sekilas ketika melihat kedatangan saudaranya yang paling tua."Aku malah berpikir dia mengumpulkan kita untuk membicarakan rencana pernikahannya yang ke empat," balas Maria. Seperti mereka ketahui, Ayah mereka adalah seorang miliarder yang terkenal sangat royal dan senang bermain wanita."Aku harap, wanitanya lebih tua darimu, aku tidak bisa membayangkan memiliki ibu tiri lagi yang ternyata usianya jauh di bawah usiaku dan usiamu," sela Alfa.Bram hanya terdiam mendengar lelucon kedua adiknya itu, walaupun mereka beda ibu, tapi ayah mereka memperlakukan ketiga anaknya dengan sangat baik, walaupun dirinya telah berpisah dengan semua wanita yang pernah dia nikahi."Iya, aku harap juga demikian. Tapi, aku sedikit rag
Last Updated: 2023-04-16
Chapter: Bolehkah?"Kok, Mama ada disini?" tanya Bunga.Dia berjalan pincang ke arah tante Rani, wanita paruh baya itu hanya tertunduk lemas, dia malas menanggapi pertanyaan putrinya.Dari tadi dia merutuki diri, kenapa mau datang ke kantor polisi, selama ini dia memang menghindari tempat itu, semua urusan yang berkaitan dengan kantor polisi, dia selalu wakilkan kepada anak buahnya.Tak mendapatkan respon, Bunga kembali bertanya. "Ma, kok Mama disini?""Sudah, diam! Mama pusing, ini semua gara-gara kamu, kalau kamu tidak bikin ulah, tidak mungkin mama kesini, tidak mungkin mama bertemu Jo, dan tidak mungkin mama masuk penjara!" teriak tante Rani.Dia bahkan mulai menarik rambut Bunga dan mencekik wanita itu."To— lo— ng, to— long!" teriak Bunga, dia berusaha menahan tante Rani yang mencekiknya, kakinya yang masih sangat sakit, membuat gerakannya terbatas
Last Updated: 2022-04-22
Chapter: Semuanya Terbongkar"Silahkan!" ucap petugas.Mona mengambil hapenya di atas meja, lalu menelpon nomor pak Andreas, sayangnya nomor tersebut sudah tak aktif, Mona mencobanya berulang-ulang, tapi tetap saja tak bisa dihubungi.Wajah Mona yang tadinya tidak terlalu takut, kini menjadi pucat, merasa usahanya sia-sia, dia kembali menyimpan hapenya.Melihat hal tersebut, petugas memulai interogasi, Mona menjawab semua pertanyaan yang di lontarkan oleh petugas, setelah dua jam interogasi, Mona di nyatakan tidak ada sangkut pautnya dengan pembakaran rumah Adam, hanya dia di ganjar dengan pasal tentang penyalahgunaan narkotika. Sehingga dia tetap di tahan dan berkasnya akan segera di limpahkan setelah lengkap.Hamid juga di interogasi, dia awalnya tidak mau menjawab jika tak di dampingi pengacara, setelah menelpon pengacara dan si pengacara datang, barulah dia mau di interogasi. Sama halnya dengan Mona, Hamid di interogasi sela
Last Updated: 2022-04-22
Chapter: Bunga Tertembak"Jadi begini kelakuan kamu di belakang aku?" tanya Bunga, sebuah balok kayu dia pegang. Napasnya memburu karena emosi, wajahnya yang hitam manis berubah menjadi merah.Mata Bunga nyalang, menatap kedua manusia yang sedang berbagi peluh. Setengah meringis, Hamid bangkit lalu berdiri menghadap Bunga."Kamu apa-apaan?" tanya Hamid, dia balik marah kepada Bunga."Kamu yang apa-apaan? Kamu suami aku, kenapa berdua dengan wanita seperti ini!" Bunga maju dan menarik Mona hingga terjatuh dari Sofa."Aduh," teriak wanita itu.Tangannya memegang, tangan Bunga yang sedang menarik rambut Mona. Tak merasa puas, karena di halangi oleh Hamid. Bunga melompat dan menekan Mona yang terbaring dengan menggunakan lutut.Tangan Bunga menarik rambut Mona, lalu membenturkan kepala wanita itu ke lantai, susah payah Hamid menarik Bunga. Namun, wanita itu tak mau mengalah, dia ba
Last Updated: 2022-04-22
Chapter: Ke rumah MonaPak Andreas dan Adam menempati apartemen milik Irfan, karena besok subuh pak Andreas akan menyusul anak dan istrinya ke Luar Negeri, maka malam itu juga dia meminta Adam untuk menemaninya ke suatu tempat.Setelah membeli tiket dan mengecek dokumen yang dibutuhkan untuk perjalanan, pak Andreas mulai menunjukkan tempat yang ingin dia datangi.Dia sudah berjanji untuk mengabulkan permintaan Adam, dia harus melakukannya malam ini, karena dia tidak bisa memastikan kapan dia akan pulang ke Indonesia.Adam mengendarai mobilnya, mengantar pak Andreas ke tempat Mona, entah apa yang ingin dilakukan lelaki itu pada sugar baby nya."Sebelum ke rumah Mona, singgah sebentar di Indoapril depan kompleks nya," pinta pak Andreas.Adam hanya mengangguk, seperti di awal, dia hanya meminta pak Andreas menghancurkan Hamid, bagaimana caranya? Ya, terserah!
Last Updated: 2022-04-21
Chapter: POV HamidAku memandangi tubuh polos tante Rani yang kini sedang berbaring di sofa yang berwarna merah, lampu ruang kerja yang temaram membuat tubuh tante Rani terlihat indah.Berkali-kali aku harus menelan saliva, agar Junior tak meminta keluar sebelum waktunya.Sejak kecil, tante Rani merupakan salah satu orang yang menjadi fantasi ku, hanya saja sepupuku Adam tak pernah membiarkanku berduaan dengan wanita itu, dia selalu saja mengekor jika tante Rani mengajakku berbelanja atau membeli permen.Body tante Rani yang seksi dengan dua gundukan besar di dadanya membuat aku semakin penasaran.Beranjak dewasa, fantasiku tentang wanita seksi semakin menjadi, apalagi tiap malam kami di suguhi pemandangan yang sangat menggoda. Puluhan wanita akan duduk di ruang tamu menunggu pengunjung, setelah lelaki hidung belang membooking. Maka mereka akan masuk ke sebuah kamar dan tak lama terdengar la
Last Updated: 2022-04-21
Chapter: Tante Rani dan HamidDuarrrTerdengar bunyi tabrakan yang sangat besar, pak Andreas dan Adam terbanting, untung saja mobil tak terbalik. Hanya body belakang mobil penyok dan berasap.Tanpa aba-aba, mereka berdua kompak segera keluar dari mobil.Pak Andreas tersungkur ke tanah, tak lupa dia sujud syukur, Adam membaringkan diri di tanah, dia tak mengira bisa melakukan hal seperti tadi.Tak ingin berlama-lama di tempat itu, Adam segera menelpon seorang temannya untuk menjemput mereka. Dia melarang pak Andreas menelpon sopir ataupun orang-orang yang bekerja dengannya, takut di antara mereka adalah mata-mata."Sepertinya aku harus menyeleksi mereka lagi," gumam pak Andreas.Adam hanya melirik sesaat, dia tau bagaimana rasanya di khianati orang yang paling dipercaya."Jadi sampai kapan aku harus bersembunyi?" tanya pak Andreas."Anda tidak haru
Last Updated: 2022-04-21