Share

bab 44 : Ancaman

last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-30 22:59:07

Angela menarik napas panjang begitu pintu apartemen tertutup di belakangnya. Sepatu haknya ia lepaskan sembarangan, tubuhnya jatuh ke sofa dengan letih. Pertemuan dengan Maharani tadi masih berputar di kepalanya. Gadis itu tulus. Jauh lebih pengertian daripada yang ia duga. Tapi ketulusan itu justru membuat hatinya semakin perih.

“Aku harus jujur pada Aslan… secepatnya,” gumamnya pelan.

Tangannya secara refleks mengusap perutnya. Pikiran soal kehamilannya membuat dada Angela semakin sesak. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya. Tapi apakah ini waktu yang tepat?

Ia menatap test pack yang masih ia bawa di tas. Dua garis merah itu bagai garis takdir yang tak bisa dihapus. Angela menghela napas dalam, menutup mata sejenak.

Bip!

Suara notifikasi ponsel membuatnya tersentak. Tapi bukan pesan Aslan. Hanya iklan email. Ia mengabaikannya.

Angela berdiri, berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Begitu kembali ke ruang tamu… langkahnya terhenti.

Di depan pintu apartemen—tergeletak sebuah ko
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 45 : Mira

    ---Di atap sebuah gedung apartemen, 200 meter dari apartemen milik Angela, seorang wanita berdiri membelakangi matahari sore. Rambut cokelatnya tergerai tertiup angin, tubuhnya terbungkus jaket kulit hitam. Di telinganya, earphone kecil terpasang, tersambung ke ponsel satelit.“Aku lihat targetnya,” ucapnya dingin. Suaranya datar, tapi matanya berkilat puas. “Dia tampak… rapuh.”Suara berat di ujung sambungan terdengar serak tapi penuh kuasa. “Jangan remehkan dia, Mira. Aiko bukan target biasa. Kau tahu bagaimana sifatku.”Wanita itu—Mira—tersenyum tipis. “Aku tahu. Dia yang selalu jadi favoritmu dulu… dan sekarang dia akan jatuh di tanganku.”“Aku tidak ingin dia mati. Belum. Bawa dia kembali.”Mira menatap langit Paris yang memerah. Jemarinya mengetuk pelatuk pistol yang diselipkan di pinggangnya.“Kalau dia menolak, kau tahu aku tidak sabar untuk mengakhiri hidupnya.”Sambungan terputus.Mira memasukkan ponselnya, lalu menatap ke arah jendela apartemen Angela. Senyum miringnya sem

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 44 : Ancaman

    Angela menarik napas panjang begitu pintu apartemen tertutup di belakangnya. Sepatu haknya ia lepaskan sembarangan, tubuhnya jatuh ke sofa dengan letih. Pertemuan dengan Maharani tadi masih berputar di kepalanya. Gadis itu tulus. Jauh lebih pengertian daripada yang ia duga. Tapi ketulusan itu justru membuat hatinya semakin perih.“Aku harus jujur pada Aslan… secepatnya,” gumamnya pelan.Tangannya secara refleks mengusap perutnya. Pikiran soal kehamilannya membuat dada Angela semakin sesak. Ia ingin mengatakan yang sebenarnya. Tapi apakah ini waktu yang tepat?Ia menatap test pack yang masih ia bawa di tas. Dua garis merah itu bagai garis takdir yang tak bisa dihapus. Angela menghela napas dalam, menutup mata sejenak.Bip!Suara notifikasi ponsel membuatnya tersentak. Tapi bukan pesan Aslan. Hanya iklan email. Ia mengabaikannya.Angela berdiri, berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air. Begitu kembali ke ruang tamu… langkahnya terhenti.Di depan pintu apartemen—tergeletak sebuah ko

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 43 : bertemu Maharani

    Setelah sarapan manis penuh cinta dan janji yang tak terucap, Aslan memandangi Angela yang duduk di sofa dengan rambut setengah berantakan dan wajah polos tanpa riasan.“Sayang…” ucapnya lembut sambil berdiri di depan gadis itu.Angela mengangkat wajah, menatap mata Aslan yang serius.“Kamu istirahat saja hari ini. Tidak usah masuk kerja. Aku sudah kirim pesan ke HRD. Kamu perlu rehat, apalagi setelah semua kejadian kemarin.”Angela terkesiap pelan. “Tapi—”Aslan mengangkat telunjuknya dan menempelkannya ke bibir Angela.“Please. Hari ini cuma buat kamu. Makan yang cukup, tidur siang, nonton drama kesukaan kamu. Biar aku kerja dulu dengan tenang.”Angela menghela napas pasrah, lalu mengangguk pelan. “Oke, Tuan Del Piero.”Aslan tersenyum, mencium keningnya sekilas, lalu pamit dengan mencium punggung tangan gadis itu dengan lembut. “Sampai sore.”Begitu pintu tertutup dan Angela sendirian… keheningan langsung terasa menggantung. Tapi bukan keheningan yang nyaman.Angela menghela napas.

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 42 : Menerima apa adanya

    Malam di Paris masih terasa hangat, tapi udara di dalam apartemen Angela seperti berhenti berputar. Hening. Sunyi. Dan menyesakkan.Aslan berdiri di dekat jendela, menatap lampu-lampu kota yang bergemerlapan. Sementara Angela duduk di sofa, memeluk lututnya. Tatapannya kosong, tapi dalam pikirannya ribuan suara berteriak minta dikeluarkan."Aslan..." suaranya pelan, hampir seperti bisikan.Aslan menoleh. "Hm?"Angela menarik napas dalam. “Selama ini... kamu hanya tahu aku adalah Aiko. Gadis yang memalsukan identitas dan mencuri posisi sebagai sekretarismu. Tapi aku belum pernah bilang... siapa aku sebenarnya.”Aslan diam. Tapi seluruh tubuhnya menegang. Matanya mengunci ke arah Angela yang kini menatapnya, tak lagi bersembunyi.“Aku bukan penipu biasa. Aku dulu pembunuh bayaran.”Keheningan runtuh seketika. Seperti kaca yang dibanting di lantai marmer."Aku… dulu bekerja untuk Organisasi Tangan Hitam. Mereka yang melatihku sejak aku berusia 12 tahun. Membuatku jadi senjata. Aku menghi

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 41 : Penolakan seorang ibu

    Angela menatap jam tangannya. Sudah hampir satu jam ia berada di restoran ini. Meskipun ia duduk diam dan hanya menjawab saat ditanya, tetap saja atmosfer meja itu membuatnya sesak.Aslan dan Klara terlihat membahas sesuatu tentang acara amal. Mentari sesekali menimpali, lalu menatap Angela dengan sorot mata yang tidak bisa dibaca.Angela berdiri dengan sopan. “Maaf, saya ke toilet sebentar.”Aslan pun menoleh pada Angela dan mengangguk tanpa banyak bicara.---Toilet wanita berlapis marmer hitam dan cermin panjang itu sunyi. Angela berdiri di depan wastafel, membasuh wajahnya perlahan. Ia tahu, ada yang tak beres hari ini. Klara, Mentari, dan cara makan siang ini dirancang—semuanya terlalu... sempurna.Angela menarik napas pelan, tapi langkah sepatu hak tinggi menghentikannya.Angela menoleh ke cermin.Mentari berdiri di ambang pintu dengan anggun, menutup pintu perlahan. “Kukira kita butuh bicara berdua,” ucapnya tenang.Angela berdiri tegak, tidak ingin menunjukkan kelemahan sediki

  • Mengejar Cinta Bujang Lapuk yang Pernah Kusakiti   bab 40 : Makan siang yang menyesakkan

    Langit malam Paris terlihat redup, seperti menahan napas. Aslan berdiri membeku di balkon unit kosong sebuah apartemen—berada tepat di seberang unit apartemen Angela. Jaraknya cukup dekat untuk melihat ke dalam, apalagi dengan lampu yang masih menyala terang di ruang tengah.Di dalam sana, Angela dan Leo duduk berdampingan di sofa. Angela tertawa pelan, lalu menerima secangkir coklat hangat yang baru saja dibuat Leo.Aslan mengepalkan tinjunya. Ada nyeri di dadanya. Aneh dan sulit dijelaskan.“Apa dia memang... sebahagia itu bersamanya?” desisnya lirih.Dari balik tirai kaca balkon, ia melihat Angela menyender sebentar ke bahu Leo sambil bicara pelan. Wajah Leo memerah. Tapi yang membuat hati Aslan makin bergetar adalah saat Angela menyentuh lengan Leo, lalu tertawa kecil sambil meledek, “Kamu tuh cocok banget gabung boyband Korea, Leo. Udah tinggi, putih, manis, bisa masak, bisa jagain orang… lengkap.”Leo menatap Angela. “Tapi sayangnya hatiku bukan untuk fans. Aku lebih suka peremp

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status