DIKEJAR DUDA KEREN
"Kita putus!"
Malam itu, hubungan yang dijalani selama empat tahun oleh Jena harus berakhir. Dikarenakan Aran yang memilih sahabat Jena, Sasha. Membuat seorang duda keren, bernama Brian, mulai mendekati Jena. Baru saja Jena terbawa angan-angan untuk membersamai Brian, ibunya malah menerima lamaran dari Viar, anak sahabat ayahnya.
Jena yang mendapat perlakuan baik dari Brian pun bingung. Tapi, di lain sisi dia meminta ayahnya untuk membatalkan lamaran itu.
Lantas, setelah lamaran Viar dibatalkan, ujian untuk hubungan Jena dan Brian pun tetap ada.
Riana, mantan istri Brian yang tiba-tiba muncul kembali untuk menghancurkan hubungan keduanya.
Tapi, Brian selalu mengusahakan cintanya. Sesuatu terjadi pada saat Brian akan melamar Jena. Namun, akhirnya mereka tetap bersama hingga akhir.
Baca
Chapter: Perdebatan yang tidak menguntungkanRobi menyetujui sikap buruk istrinya yang tidak tahan bila mendapat sesuatu yang berhubungan dengan uang. “Iya. Saya minta maaf atas itu, Eier. Tapi, Jena …” Dia tidak melanjutkan omongannya. Hanya gelengan kepala dan desahan panjang yang menggambarkan penyesalannya.Eier termenung. Lama dia menatap Robi yang sudah putus asa. Di sela itu, dia menemukan Viar yang masih dikuasai amarah. Namun, Eier tidak mungkin memaksakan suatu hal, apalagi berkaitan dengan pernikahan. Mendapati ayahnya yang terdiam lama, Viar jadi khawatir. Dia menggoyangkan lengan ayahnya. “Yah? Jangan termakan sama omongannya dia. Nggak mungkin—”Eier menggeleng pelan. “Viar, ini keputusan Jena. Tidak ada seorang ayah pun yang ingin menentang jika anaknya jatuh cinta.” Dia menatap Robi sekali lagi. Mata yang sayu itu sudah berkaca-kaca di balik kaca matanya. “Baik, Robi—”“Tidak! Tidak akan itu terjadi!” Viar meraung. Membuat semua tatapan tertuju pada meja mereka. “Ayah! Ayah sudah berjanji! Jangan ingkari semuany
Terakhir Diperbarui: 2025-05-23
Chapter: Viar“Kenalin dulu, ini Viar, calon tunangannya Jena.” Eier terkekeh sambil menunjuk Viar yang tengah asik dengan ponselnya. Benar-benar sangat buruk perangainya. Saat Robi mengulurkan tangan, Viar bahkan tidak membalasnya atau mendongak untuk melihat Robi. Dia hanya mengangguk dengan wajah yang tidak suka. Jadi, “Eh, duduk aja dulu, Bi.”Robi mengangguk. “Bagaimana kabar kamu?”“Baik, seperti yang kamu lihat.” Dia tersenyum bangga. “Penjualan perusahaan kami meningkat sangat pesat saat saya menduduki jabatan sebagai CEO nya.” Lalu, “Kalau kamu?”Robi tertegun. Namun, tidak ada wajah yang penuh dramatis. Dia cukup mencintai pekerjaannya. “Ya, begini-begini saja, sih. Tapi, walaupun begitu saya harus mensyukurinya, kan?”Eier mengangguk sambil terkekeh. Pelayan datang dan menyajikan beberapa menu yang kalau Robi tebak sudah pasti harganya mahal. Namun, siang itu tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena Eier yang telah dikenal jaman SMP itu masih sama. Orangnya suka mentraktir Robi. Seper
Terakhir Diperbarui: 2025-05-22
Chapter: Bertemu teman lamaPenuh kepala Jena dengan kebisingan ketika mobil Brian semakin dekat dengan rumahnya. Malam ini, Jena pikir Brian akan mengutarakan perasaannya. Yang nantinya dia jadikan alasan untuk membatalkan pertunangan paksa itu. Namun, sama sekali tidak Brian ucapkan. Sehingga saat itu, Jena hanya tersenyum getir. Di matanya sudah jelas rencana ibunya.Jena menghembuskan nafas pelan. Kemudian, menoleh pada Brian. “Makasih, ya.” Atas semua sikap baik yang menjanjikan.Dan setelahnya, Jena keluar dari mobil Brian dengan perasaan sendunya. Dia hanya membalas senyum sebelum akhirnya memasuki rumahnya. Sorot lampu yang dihasilkan dari mobil itu menyorot tubuh Jena, bunyi klakson terdengar sebelum akhirnya meninggalkan pekarangan.Jena, masih terdiam lama sambil memegangi gagang pintu. Dia memikirkan perasaannya yang tumbuh dan berubah menjadi sebuah rasa aneh jika berada di dekat Brian. Tapi, lagi dan lagi, dia merasa tertampar oleh kenyataan bahwa keduanya tidak mempunyai status apapun.Dia seger
Terakhir Diperbarui: 2025-05-21
Chapter: Tanpa Kepastian Riski mengangkat wajahnya. “Saya sudah menyelesaikan tugas dengan baik. Tolong sampaikan pada Paduka Raja. Terima kasih.” Dia kembali menunduk sebelum akhirnya memutuskan untuk segera keluar dari ruangan itu.Jena terkekeh-kekeh. “Lo benar-benar ya, Je …” Dian mengusap matanya yang berair dengan sisa tawanya. “Parah banget. Bisa-bisanya Lo ngerjain Mas Iki.”“Yee … bukan gue.” Jena segera menyesap teh hangatnya. Dan dia merasakan kelegaan yang luar biasa. “Iya! Gue juga tahu bukan elu. Tapi, kan elu yang ditreat like a queen.” “Halah!” Jena mengibaskan tangannya. Jujur saja, sebenarnya dia merasa gugup saat Dian mengatakan hal itu. Mungkin memang benar dia diperlakukan spesial oleh Brian. Namun, satu hal yang membatasi pola pikirnya sekarang. Mereka sama sekali belum ada hubungan apapun.Lalu, apa yang bisa diharapkan dari hubungan tanpa status?Jena sudah selesai dengan pekerjaannya. Tangannya sedang sibuk merapikan beberapa berkas yang nantinya akan ditaruh di ruang arsip.Dia
Terakhir Diperbarui: 2025-05-20
Chapter: Dianterin makananNamun, ternyata Dian bisa mendengarnya. Alhasil, dia kembali mendekatkan kursinya. “Bisa kok. Daripada Lo simpan sendiri terus depresi berat?” Seketika Dian mendapatkan tatapan tajam darinya. “Hayo? Mau yang mana? Mending sharing.” “Iya. Iya! Balik sono!” Dengan kedua tangannya, Jena berhasil mendorong kursi Dian hingga perempuan itu sudah kembali di kubikelnya.Dian melayangkan telunjuknya. “Beneran, ya? Gue tunggu sampai Lo mau cerita.”Jena tidak menggubris peringatan itu. Dia sudah larut dalam monitor yang menampilkan beberapa data. Belum lama setelahnya, Aran memasuki partisinya dan langsung menerobos kubikel Jena. “Je? Gimana kabar kamu?”tanya lelaki itu. Dia tengah meletakkan kedua tangannya di atas kubikel Jena.Jena menoleh singkat, “Baik. Emangnya ada apa?” Jarinya kembali menari di atas papan ketik. “Aku prihatin atas apa yang menimpa kamu.” Dan saat itu, Jena menghentikan aktivitasnya. Lalu, Aran kembali melanjutkan. “Ibuku yang menyampaikannya. Beliau mendengar langsun
Terakhir Diperbarui: 2025-05-19
Chapter: Waktu yang tersisa Waktu yang dimiliki Jena tersisa sedikit. Tidak sampai satu bulan acara pertunangan paksa itu akan terjadi. Jena dengan segala yang telah dicobanya, hanya terduduk di tepi ranjang setelah memakai kemejanya.Nafas yang berhembus kencang dengan sangat berat. Pasrah. Juga, kecewa. Namun, Jena tidak ada pilihan lain. Dia sudah menghabiskan banyak waktu untuk berunding dengan ibunya, namun semua itu sama sekali tidak membuat keputusan ibunya goyah.Ayahnya apalagi. Jena tidak mungkin mengharapkan bantuan ayahnya yang tidak punya power itu. Dia sudah banyak sekali menyusahkan ayahnya. Jadi, saat pintu kamarnya terbuka. Dia segera berdiri, menghampiri sosok itu. “Ayah, jadi ke luar kotanya?”Ayahnya tersenyum. Matanya berkaca-kaca dibalik kaca mata besarnya. Kepalanya menggeleng pelan. “Nggak jadi. Teman ayah sudah duluan. Lagian ‘kan ayah harus jagain kamu. Kalau ayah pergi, siapa yang jagain kamu? Iya, kan?”Jena mengangguk. Keduanya berjalan beriringan menuruni anak tangga. Dan ayahnya,
Terakhir Diperbarui: 2025-05-18