Share

Chapter 6

Anggasta membuka aplikasi peramban di ponselnya, Anggasta berniat mencari tahu tentang Aruna lewat internet padahal kalau mau ia bisa mencari tahu lewat Kastara. Banyak berita negatif tentang Aruna yang tersebar di internet, apalagi berita terbaru tentang skandalnya. Anggasta mengalihkan pencariannya ke informasi pribadi Aruna, hanya sedikit informasi tentangnya yang ditulis di internet namun Anggasta terkejut saat mengetahui kalau Aruna kuliah di kampus tempat ia mengajar.

Anggasta memang baru mengajar disana, dan mungkin Aruna juga bukan mahasiswi yang ia ajar. Tapi Anggasta pernah mendengar kalau ada mahasiswi yang diberi julukan 'Dewi Aphrodite' Universitas Surya Cakra, mahasiswi itu terkenal karena kecantikannya tapi juga terkenal karena berita negatifnya.

Cukup bagi Anggasta untuk mencari tahu tentang Aruna, karena Anggasta juga sebenarnya tidak terlalu mempercayai berita yang tersebar di internet. Seharusnya dua hari kedepan adalah hari pertunangan Aruna dan Anggasta, agar tidak menimbulkan kecurigaan orang-orang Rajasa sengaja mengadakan pesta pertunangan dulu sebelum acara pernikahan.

"Pak Anggasta," panggil seorang mahasiswi.

"Iya, ada apa?"

"Saya mau bimbingan sama bapak," ucapnya malu-malu.

"Ehm mohon maaf sekali, tapi untuk masalah bimbingan sepertinya anda harus mendatangi dosen senior terlebih dulu."

Mahasiswi itu nampak kecewa mendengar penolakan Anggasta, ia pergi dari hadapan Anggasta tanpa pamit terlebih dahulu. Anggasta tidak bisa berbuat apapun untuknya, karena memang ia belum di mandatkan untuk membimbing mahasiswi yang akan mengerjakan skripsi. Baru satu bulan lebih di kampus ini ketenaran Anggasta sudah melonjak cepat, bahkan mengalahkan ketenaran mahasiswa yang dulu di idolakan para mahasiswi Surya Cakra.

"Anggasta," panggil seorang perempuan dengan suara lembutnya yang khas.

Mendengar suaranya Anggasta langsung menoleh cepat, dan menampilkan senyum lebar untuk perempuan itu. Alana Tatiana Naladhipa, perempuan yang berhasil merebut hati Anggasta dan membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Alana dan Anggasta sudah kenal sejak masa SMA, namun Alana pindah ke kota lain saat menginjak kelas sebelas dan mereka baru bertemu lagi di kampus ini. Anggasta tidak pernah bisa menyatakan perasaannya pada Alana, karena Anggasta ingin memiliki Alana sebagai pendamping hidup bukan hanya sebagai pacar.

"Makan yuk? aku laper nih abis ngajar." ajak Alana.

"Ayo, kamu mau makan apa?"

"Emm, kamu masih inget kan makanan kesukaan aku?" tanya Alana balik.

Anggasta tertawa pelan, tentu saja ia hapal makanan kesukaan Alana. Jangankan makanan kesukaan, suara bersin Alana juga Anggasta hapal.

"Ayo, aku tau bebek goreng terenak yang ada di sekitar kampus."

"Masa? awas ya kalau gak enak,"

Baru dua langkah Anggasta berjalan, langkahnya langsung terhenti karena teringat sesuatu hal yang penting. Hari ini orang tuanya ingin menjenguk Aruna di rumah sakit, karena Kastara sibuk pemotretan mau tidak mau Anggasta yang harus menemani mereka.

"Alana, maaf banget. Kayaknya kita makan siangnya next time aja ya?"

"Loh kenapa emangnya, Ngga?"

"Aku harus ke rumah sakit sama ayah dan ibu, menjenguk seseorang."

"Aku mau ikut!" ucap Alana cepat.

Anggasta mulai kebingungan, ia tidak ingin Alana tau kalau Aruna adalah perempuan yang akan ia nikahi. Tapi Alana terus memaksa Anggasta agar ia di izinkan ikut menjenguk, dengan terpaksa Anggasta mengajak Alana. Alana begitu antusias hingga membawa beberapa buah-buahan untuk Aruna, tidak lupa juga ia membeli jamu-jamuan untuk orang tua Anggasta.

"Kamu harusnya gak perlu repot-repot begini, Alana."

Anggasta meraih semua barang yang ada di tangan Alana, dan menggantikannya untuk membawa semua barang tersebut.

"Gak apa, Ngga. Lagian gak enak kan kalau jenguk orang sakit tapi gak bawa apa-apa,"

Alana melihat secara seksama setiap nomor kamar yang ia lewati, sampai akhirnya mereka sampai di kamar tempat Aruna di rawat. Suara orang tua Anggasta terdengar jelas di dalam, bahkan suara Aruna juga.

"Selamat siang," sapa Alana ramah.

Alana masuk ke kamar Aruna, diikuti oleh Anggasta. Rajasa dan Kinan agak bingung saat melihat Alana, tapi beberapa menit kemudian mereka baru menyadari siapa Alana. Mereka menyambut Alana hangat, dan saling bertanya kabar karena mereka sudah cukup lama tidak bertemu.

"Bu Alana?" panggil Aruna.

"Loh, Aruna? jadi kamu yang di rawat di sini?"

"Kalian saling kenal?" tanya Anggasta.

"Kenal dong, Ngga. Dia kan mahasiswi favorit aku! tapi ngomong-ngomong kamu kenal juga sama Aruna?"

"Aruna ini calon istri Anggasta, Alana." sahut Rajasa seraya merangkul Aruna.

Alana syok, ekspresi wajah cerianya langsung berubah canggung saat tau kalau Aruna adalah calon istri Anggasta.

"Eh, gitu ya. Kamu kok mau nikah gak bilang-bilang si, Ngga." ucap Alana kikuk.

"Maaf, Alana." sahut Anggasta singkat, ia tidak tau harus bilang apalagi pada Alana.

Alana pamit pulang, ia tidak ingin mengganggu momen antara Anggasta dan Aruna. Dada Alana terasa nyeri dan sesak, rasanya Alana ingin menangis namun ia tahan sebisa mungkin. Sesungguhnya Alana memiliki perasaan pada Anggasta, bahkan perasaan itu sudah ada sejak masa SMA hanya saja saat itu Alana tidak menyadarinya. Meskipun sudah berpacaran dengan lelaki lain, Alana tetap tidak bisa menghilangkan perasaannya untuk Anggasta. Alana baru bertemu lagi dengan Anggasta sekarang, dan saat ia ingin mengutarakan perasaannya justru Anggasta sudah dimiliki orang lain. Saat sudah menjauh dari kamar Aruna tangis Alana baru tumpah, Alana menangis terisak karena cintanya harus terkubur dalam.

Aruna menggigit apel yang Alana bawakan untuknya, ia tidak menyangka dunia yang ia tinggali begitu sempit. Dan Aruna baru tau kalau Anggasta adalah dosen baru di kampusnya, Aruna sedang cuti kuliah saat ini itu sebabnya ia tidak mengetahui apapun yang terjadi di kampusnya.

"Setelah keadaan kamu membaik, kita akan segera melangsungkan pertunangan." ucap Rajasa.

"Ayah, Aruna lagi sakit. Bisa gak sih gak ngomongin hal itu dulu?" sahut Anggasta.

Anggasta nampak gelisah, pikirannya terus berputar tentang Alana. Anggasta yakin Alana tidak baik-baik saja saat keluar dari ruangan Aruna, sorot mata Alana terlihat jelas di mata Anggasta.

"Anggasta," panggil Kinan.

"Mau bicara sama ibu di luar?"

Kinan pamit sebentar untuk berbicara dengan Anggasta, Kinan tau sekali kalau putranya saat ini sedang dilanda kegelisahan.

"Kamu kenapa?" tanya Kinan.

"Anggasta kepikiran sama Alana bu,"

"Memangnya ada apa dengan Alana?"

Anggasta menarik nafas dalam, dan menghembuskannya perlahan. "Anggasta cinta sama Alana bu,"

"Kamu ingin membatalkan pernikahan ini?"

Anggasta tersenyum sinis, "Mana bisa Anggasta batalin bu, ini keputusan ayah. Ibu tau sendiri kan kalau ayah sudah buat keputusan gak akan ada yang bisa ngebantahnya,"

"Anggasta, ibu juga sebenarnya tidak menyetujui rencana pernikahan kamu dengan Aruna. Kalau kita berdua menolak mungkin ayah bisa luluh," bujuk Kinan.

"Kinan, tolong jangan hasut Anggasta untuk melepaskan tanggung jawabnya dari Aruna." ucap Rajasa, entah sejak kapan ia sudah ada di belakang Anggasta dan Kinan.

"Anggasta tidak mencintai Aruna mas! kamu tega memaksa Anggasta menikahi perempuan yang tidak ia cintai?"

"Kinan! ini masalah tanggung jawab Anggasta sebagai laki-laki! dan kamu Anggasta, kalau kamu memang tidak mau bertanggung jawab pada Aruna tidak apa-apa. Tapi kalau hal buruk yang ayah takuti sampai terjadi, ayah tidak akan mau membantu kamu Ngga." Rajasa pergi meninggalkan Kinan dan Anggasta.

Tanpa mereka sadari, Aruna tengah menguping pembicaraan mereka dari balik pintu kamar. Aruna jadi merasa tidak enak, ia ingin membatalkan pernikahannya dengan Anggasta. Tapi untuk sekarang Aruna amat membutuhkan pernikahan ini untuk meredupkan berita skandalnya, Aruna tidak ingin di jebloskan ke penjara hanya karena menjadi simpanan Mahendra.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status