Aku merasa was-was jika Pak Emil turun dahulu, makanya Aku meminta Prabu menurunkannya bersama Pak Emil, agar bisa kabur dari omelan Prabu. Sayangnya, Pak Emil tak mendukungku. Leader gak peka!“Pak, saya turun sama Pak Emil saja. Terima kasih atas tumpangannya ya Pak Prabu,” pintaku kepada dosen galak itu.“Loh, Bu Eka … kejauhan lo bu kalau turun di sini. Nyari angkotnya juga susah,” sanggah Pak Emil.“Gak papa pak, kan ada ojek online. Saya turun sini aja,” kataku memaksa.“Haduh, ueih budak, sesah nyariosna, (Ni orang susah banget dibilangin)” ucap Pak Emil.Dewi fortuna sepertinya memihak Prabu lagi, Pak Emil meminta Prabu untuk mengantarkanku pulang apalagi hari menjelang mau maghrib. Terlebih, di daerah tempat tinggal Pak Emil sedang marak kasus perampokan. Ia trauma jika Aku akan menjadi korban dari kejadian tadi, jika saja masih ada sisa-sisa komplotan perampok yang masih bertebaran dan belum tertangkap oleh aparat polisi.“Pak Prabu, tolong antarkan Bu Eka pulang ya. Saya tak
Prabu sengaja memasang perangkat pelacak lokasi agar mudah untuk menemukanku. Prabu tahu kelakuanku yang suka main kabur-kaburan, maka ia terpaksa harus memasang perangkat tersebut agar tak bisa kabur dan lebih mudah untuk bersama-sama ketika berhadapan dengan keluarganya. Pak Emil kemudian meneriakiku dan Prabu karena kelamaan berbincang.“Bu Eka, lama sekali. Lagi ngobrolin apa sih ? ayo masuk!” teriak Pak Emil yang sudah masuk terlebih dahulu di kursi belakang bersama Bu Zeva dan Nafis. Aku kemudian mendekati mereka.“Ah, itu saya mau tanya kira-kira sopirnya aman gak ya. Soalnya saya takut kalau ugal-ugalan,” jawabku sambil menyindir cara menyetir Prabu kemudian dibalasnya dengan mengernyitkan alisnya.Aku kemudian memasuki mobil. Karena kelamaan dengan Prabu, terpaksa Aku harus duduk di barisan belakang sopir yang mana harus sebaris dengan Prabu karena barisan belakang sudah terisi penuh oleh Trio Bu Zeva, Pak Emil dan Nafis.Sopir Prabu kemudian mulai menyalakan mesinnya. Pak Em
Percaya gak? di dunia ini ada aja orang yang biasanya kenal dengan kesehariannya tiba-tiba sifatnya berubah 180 derajat. Kalau orang masuk penjara terus tiba-tiba berubah si masih oke, tapi kalau seperti Prabu Bagaskara yang tadinya suka marah-marah, rewel, bawel tiba-tiba memberikan eksklusif service kepada kelompok tiga itu, mungkin gak dia lagi merencanakan sesuatu atau beneran taubat? Aku yang tak habis pikir, apakah ini caranya untuk membalas dendam kepadaku? Sehingga saat Prabu terpancing oleh omonganku, saat itulah Aku menanyakan loyalitas. Karena biasanya dimana-mana orang-orang seperti kamilah yang harus loyal kepadanya. Dan yang menyebalkan lagi, Prabu yang tamu tidak diundang (lebih tepatnya tidak mau diundang) malah ikutan nimbrung.“Yakin Pak, loyalitasnya kepada kelompok kami aja? Yang lain enggak, gitu?” tanyaku dengan frontalnya yang membuat Prabu tersedak saat meminum kopinya. Nafis yang berada di sebelah kiriku menegurnya karena tak sopan berbicara saat Prabu sedang
Aku kebingungan karena Prabu tiba-tiba membawanya ke sebuah hotel dan memesan sebuah kamar Presidential Suite. Jadi teringat omongan Nafis pagi tadi, dimana ia menceritakan sebuah drama korea yang baru ia tonton dimana seorang CEO membawa seorang wanita yang polos ke sebuah hotel berbintang dan memesan sebuah kamar Presidential Suite. Dan tak disangka, ia memang menjebak wanita tersebut agar bisa menikmati satu malam dengannya. Seketika, Aku pun mulai khawatir apakah nasibku juga akan sama dengan drama yang diceritakan oleh Nafis tadi pagi?“Pak Prabu! Kenapa saya dibawa ke hotel?” kataku yang mulai panik. Prabu tak mengindahkannya dan segera menyelesaikan pembayarannya menggunakan ATM.“Follow me!” ajak Prabu.Prabu kemudian berjalan cepat menuju ke sebuah lift. Aku yang mulai panik berencana untuk kabur darinya. Saat itu juga, mengendap-endap ke arah pintu keluar agar bisa kabur, karena tidak mau kebanggaanku direbut malam ini. Perjalanannya mencari jodohku masih panjang. Sayang seri
Menikah, siapa sih yang menolak hal tersebut. Banyak yang bilang, menikah itu mendatangkan banyak rezeki. Terlebih, menikah merupakan penyempurna agama. Bisa berbagi banyak hal dengan orang yang kita cintai dan saling menjaga juga berkomitmen bersama-sama. Itulah yang selama ini diajarkan oleh Kakekku. Namun, Aku terkejut dengan sikap Prabu yang merancang sebuah “pernikahan” yang isinya hanya sandiwara. Hanya memberi panggung di depan penonton saja. Tapi, di belakang panggung kembali seperti semua dan memiliki kehidupan masing-masing.Aku pun teringat, saat itu Nyonya Mirna pernah bercerita mengenai Prabu. Kebetulan juga, Prabu sedang pergi keluar sehingga nenek berani terang-terangan di depanku.“Nak Eka, sudah punya pasangan?” tanya Nyonya Mirna secara dadakan kaya tahu bulat.“Ah … belum nek. Saya, dari lahir masih jomblo. Hehe … “ jawabku dengan guyonan.Dengan tersenyum, Nyonya Mirna membalasnya, “Nenek yakin, pasti kamu bakal ketemu sama jodoh Nak Eka yang baik. Nanti akan ada sa
Akhirnya, The Game is Over ! Hari ini adalah hari spesial bagi aku dan peserta pelatihan yang lain. Satu bulan terjebak hiruk pikuknya Ibukota dan segala tugas menumpuk demi tercapainya program modul nasional, tetap rumah ternyaman adalah kampung halaman. Yes, today is d-day, Closing Ceremony acara pelatihan modul Nasional. Beberapa hari sebelumnya aku juga melihat beberapa panitia dan vendor yang tengah mencicil dekorasi panggung untuk acara penutupan pelatihan oleh Menteri Pendidikan. Semua orang kembali memasuki Balairung Universitas Pandawa. Aku dan kelompokku juga masuk disertai dengan sebuah souvenir bag sebagai kenang-kenangan. Dan juga selembar brosur Universitas Pandawa sebagai marketing promosinya. Kami berempat duduk bersebelahan. Tak lupa Bu Zeva melakukan aksi selfienya sambil membuat status di Whatsappnya. Maklum, namanya juga Emak-emak. Pak Emil sibuk menelpon istrinya yang sudah mewanti-wantinya untuk segera pulang karena dicari oleh murid-muridnya. Sedangkan Nafis sib
Kehadiran Prabu di Rooftop Garden sontak membuatku berdiri dan langsung menanyakan suatu hal. Berawal setelah foto bersama selesai, tiba-tiba handphoneku mendapat sebuah notifikasi pesan. Ternyata, Prabu. Aku membuka pesannya dan seketika terbelalak mataku.Isi pesan tersebut bahwa Prabu memberikan info bahwa hari ini Nyonya Mirna sudah tidak berada di rumah sakit. Artinya, Nyonya Mirna sudah diperbolehkan pulang dan sekarang sudah di kediamannya. “Apa benar Pak, nenek sudah kembali ke rumah?” tanyaku mengkonfirmasi.“Seperti yang aku kirimkan. Dan itu benar,” jawab enteng Prabu.“Kenapa Pak Prabu tidak memberitahu sa …” kataku yang kemudian di potong oleh Prabu, “Salahnya lo pulang duluan!”Aku terdiam merunduk. Rasa penyesalan ketika Aku tidak menemuinya tadi malam.“Seperti yang lo bilang, kemarin adalah pertemuan terakhir kita. Tapi setelah gue pikir-pikir lo ada benarnya juga,” ucap Prabu.“Gue sadar, status kita beda jauh. Lo dari kampung, tiba-tiba datang ke keluarga gue. Walau
Hari ini bukan hari ulang tahun Prabu, tapi hari ini dia mendapat banyak sekali hadiah. Hadiah dan bingkisan itu beberapa di dapatkan dari peserta pelatihannya, dan tak ayal juga di dapatkan dari peserta di luar. Banyak diantaranya kaum ibu-ibu yang mengharap menjadikannya calon mantu, ada juga dari guru muda yang jatuh hati padanya.Saat ia akan pulang ke kantor, ia mendapati mobilnya penuh dengan barang-barang pemberian. Belum lagi barang yang ia bawa belum kebagian tempat. Mau tak mau ia membutuhkan satu angkutan untuk membantu mengurangi barang-barang yang ada di dalam mobil.Prabu menguhubungi teman-temannya untuk membantunya. Namun, sahabatnya itu menolak dengan alasan masing-masing. Alvaro yang menolak karena dia harus segera menjemput istrinya, Syifa. Sedangkan Denias yang sedang berjanjian dengan seorang peserta pelatihan, seorang guru muda incarannya. Seketika Prabu merasa kesal, tapi jika diingat-ingat kasus dia dihukum kemarin, memang pas imbalannya. Akhirnya, ia memutuskan