Share

BAB 2

last update Last Updated: 2024-01-14 17:22:18

Diriku terbangun. Kutatap sekeliling tampak ruangan yang terasa asing. 

Inginku buang air kecil. Namun, kondisiku masih lemah sekuat tenaga berusaha bangun dan ingin menuju kamar kecil. 

Tiba-tiba seorang pemuda datang mendekatiku. Ditahannya pergelangan tanganku yang hendak menuju ke kamar kecil. 

“Eits! Jangan bangun dulu, kamu masih sakit,” seru lelaki itu. 

Kira-kira usianya tak jauh beda dengan usiaku. Kupegang kepalaku yang terasa pusing. Kemudian berusaha duduk kembali di tempat tidur yang terlihat serba putih ini. 

“A-aku di mana Kak?” tanyaku pada lelaki asing itu. 

“Kamu... Kamu di rumah sakit. Tadi, kamu pingsan karenaku yang  berkendara tidak hati-hati!” Kucoba mengingatnya kembali kejadian sebelumnya. 

 Tadi waktuku  dari rumah Mas Rustam, pas di perempatan lampu merah diriku tak fokus memperhatikan rambu-rambu. Sehingga, diriku tertabrak oleh mobil. Setelah itu aku lupa semuanya. 

“ Berarti mobil Agya itu... Mobil kakak?” tanyaku pada lelaki yang berhidung mancung dan menggunakan kacamata itu. 

“I-iya, maaf karena aku dirimu harus seperti ini,” jawabnya sambil melangkah mendekatiku. 

“Biayanya bagaimana? Aku... Aku tak punya uang untuk membayarnya!” 

“Kamu tak usah khawatir, karena ini kesalahanku maka diriku bersedia membiayai semuanya.” Dipegangnya telapak tanganku yang masih dengan infus. 

“Permisi Pak dokter, kami akan mengecek keadaan pasien!” seru dua perawat cantik yang baru masuk.

“Oh iya, silahkan!” jawab lelaki itu. 

“ Oh, berarti lelaki yang menabrakku ini dokter. Tapi, aku lupa bertanya siapa namanya?” batinku dalam hati. 

Sesekali kulirik wajahnya ketika melihat diriku yang lagi di periksa oleh dua suster cantik itu. 

“Permisi ya dik! Kami akan memeriksa keadaannya dulu.” Kedua wanita itu berjalan mendekatiku. 

“I-iya Bu,” jawabku masih dalam posisi duduk di tempat tidur. 

Setelah selesai diperiksa aku pamit ingin buang air kecil. Kedua suster itu mengantarkanku sambil membantu memegang sebotol infus yang terpasang di tangan. 

Lelaki yang menabrakku itu masih setia menunggu di luar. Setelah buang air kecil aku segera bertanya pada kedua perawat tersebut. 

“Bu, boleh tahu nama Pak dokter yang menabrak aku itu, siapa namanya ya?” Ku beranikan diriku membuka suara untuk bertanya. 

“ Oh, itu namanya dokter Gilang. Beliau juga kerja di rumah sakit ini,” kata salah satu perawat itu. 

Kemudian mereka mengantarkanku lagi ke tempat tidur. 

“Maaf ya Mbak, kami akan tinggal dulu dan menuju pasien yang lain. Nanti kalau ada apa-apa bilang saja ke dokter Gilang dia siap membantu,” kata salah satu perawat itu lagi. Kemudian mereka pergi meninggalkanku. 

“Permisi Pak Dokter! Aku mau tanya ponselku mana ya?” tanyaku pada Dokter Gilang. 

“ ponselmu ada padaku. Kamu... mau ambil?” 

“ I-iya Pak!“ jawabku sambil menganggukkan kepala. 

“ Tunggu sebentar ya!” Ditinggalkannya diriku, kemudian kembali lagi dengan membawa tasku yang di dalamnya ada ponselku. 

“ Ini tas kamu.” Diberikannya padaku tas kecil yang berwarna hijau itu padaku. Tas itu adalah pemberian dari Mas Rustam ketika dia balik dari Jakarta. 

Kuambil ponselku di dalam tas. Kemudian, segera menghubungi Ibu di rumah. 

“Assalamu’alaikum, Bu!” 

“ Waalaikum salam, Nak! Kamu dari mana saja Rianti? Ini sudah larut malam, Ibu takut kamu kenapa-kenapa!” Ibu yang dari seberang sana berbicara dengan rasa khawatir. 

“ Rianti...Rianti lagi di rumah sakit Bu! Tadi, tak sengaja tertabrak mobil,” jelasku pada Ibu. 

“Apa! Tertabrak mobil? Rianti, sudah Ibu katakan kamu tak usah, pergi ke rumah Rustam. Ibu tak mau kamu terlibat pada masalah ini.” Ibu yang semakin resah  dari seberang sana berulang kali memperingatkanku. 

“ Ibu tidak usah khawatir, Rianti aman kok di sini. Ada orang baik yang menolong Rianti!” Sesekali kulirik Pak dokter itu yang sedari tadi memperhatikanku. 

“Sekarang kamu di rumah sakit mana? Ibu ke situ ya!”

“I-iya Bu, boleh! Tapi... Rianti lupa ini rumah sakit apa?”  kulirik Pak Dokter yang memperhatikanku sedari tadi itu. 

Kemudian diambilnya ponselku yang masih kugunakan untuk menelepon Ibu.  Dia memberitahukan nama rumah sakit beserta alamatnya. 

Setelah berbicara dengan Ibu, Dokter Gilang pamit dan meninggalkanku di situ. 

Melihat situasi mulai sepi , aku mulai menelepon Mas Rustam. Berat rasanya mengatakan ingin pisah darinya. Namun, ini yang harus aku lakukan demi mempertahankan pekerjaan Ibu. 

Dua kali kucoba menghubunginya teleponku tak diangkat. Kucoba menghubungi lagi dan akhirnya di telepon yang ke tiga Mas Rustam mengangkatnya. 

“Assalamualaikum, Mas! Salamku dari sini. 

“Waalaikumsalam, Rianti! Kenapa kangen ya?” canda Mas Rustam dari seberang sana. 

“Mas bisa saja. Kali ini aku mau bicara serius Mas! Tapi, kuharap Mas jangan marah ya!” jelasku untuk membujuknya. 

“Hmm, mau bicara apa Rianti? Kamu mau aku pulang cepat lagi ya ayo hehehe.” Dari seberang sana Mas Rustam masih saja berusaha menggodaku. 

“Mas, kali ini aku serius! Dengarkan aku dulu!” kucoba menjelaskannya lagi agar dirinya berhenti untuk bercanda. 

“Hm, Rianti aku kangen kamu!  Aku ingin pulang dalam waktu dekat ini,  ingin bertemu kamu.” Lagi-lagi Mas Rustam masih saja banyak bercanda padaku. 

“ Mas! Dengarkan aku baik-baik, aku mau kita putus. Jadi, kumohon jangan pernah menghubungiku lagi.” Air mata ini mengalir tak bisa kutahan lagi ketika dengan terpaksa mengatakan ini. 

Hati ini tak bisa bohong bahwa aku masih mencintai Mas Rustam, tapi aku juga tak mau ibu harus kehilangan pekerjaan karena hubunganku dengan Mas Rustam. 

“Rianti, maksud kamu apa ? Apa salahku sampai kamu tiba-tiba memutuskanku?” Suara Mas Rustam yang tadinya sedikit bermanja-manja tiba-tiba berubah menjadi sedikit tegas.

 

Aku yang sudah mengetahui watak Mas Rustam sesungguhnya hanya bisa bersabar menghadapi dirinya yang sedikit temperamen. 

“ Mas! Aku memang wanita dari golongan biasa, diriku juga tak sepadan dengan dirimu. Jadi, aku berharap semoga dirimu bisa menemukan wanita yang lebih baik lagi.” Diriku berusaha menjelaskan padanya agar dirinya lebih memahami. 

“Rianti, aku tahu betul dirimu tak mau secepat ini dalam mengambil keputusan. Sebenarnya apa yang terjadi denganmu?” tanya Mas Rustam dari seberang sana. 

“Mas, terpaksa aku harus jujur agar dirimu paham! Kedua orang tuamu sudah mengetahui hubungan kita.” Dengan suara yang diiringi tangisan terpaksa aku harus jujur pada Mas Rustam. 

“Wah, bagus dong! Kalau mereka sudah mengetahui, Jadi aku tak perlu repot menjelaskannya lagi.” 

“Mas, jangan senang dulu! Justru dari kabar ini Ibuku harus kehilangan pekerjaan. Aku tak mau jadi bahan bulian di keluargamu.” Tangisanku makin pecah saat berusaha untuk jujur padanya. 

“Siapa yang melakukannya Rianti? Apakah Ibuku?” tanya Mas Rustam lagi. 

“I-Iya Mas, Ibu kamu yang berbicara langsung padaku kemarin. Setelah Pulang dari rumah kamu, aku kecelakaan. Sekarang aku lagi terbaring di rumah sakit.” Sambil menyandarkan kepala di bantal mencoba baring kembali. 

“Rianti, besok aku pulang kampung bicara dengan orang tuaku. Jika, Ibu tak merestui hubungan kita, aku akan mengancam mereka dengan bunuh diri,” jelasnya dari seberang sana mencoba untuk meyakinkanku. 

“Jangan Mas! Aku tak mau menjadi beban di keluargamu. Biarlah, aku yang mengalah dan menjauhimu.” Lagi-lagi tangisan tak, dapat kutahan hingga tersedu-sedu. 

“Rianti Safitri! Dari dulu sudah kukatakan yang kumau hanya kamu, kamu, dan kamu. Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku,” jelas Mas Rustam yang tak mau kalah dariku. Kini Mas Rustam, semakin tegas. 

“Mas, jangan pernah membantah keputusan orang tuamu! Aku tak mau dirimu dan diriku durhaka. Wanita yang lebih baik dariku masih banyak di luar sana.” Aku langsung mematikan telepon tanpa pamit. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 36

    “ Ayo masuk, aku mau mengantarkan pasienku. Sejak tadi dia ditinggal suaminya dan pergi bertemu wanita lain.” Ditatapnya wajah Gilang sambil menjelaskan apa yang dialaminya tadi.“ Rustam meninggalkan Rianti demi si Alya, aduh mana dia pakai mobilku lagi.” Ditepuk jidatnya sambil menahan kesalnya.“ Ayo masuk nanti kita jelaskan di dalam mobil saja, aku kasihan sama wanita yang diperlakukan oleh suaminya seperti ini. Apalagi, dia bawa bayi kembar,” ujarnya sambil fokus menyetir.“ Lelaki yang menjadi suaminya adalah adikku Bro, kami seibu tapi sejak kecil aku tak dibesarkan bersamanya,” jelas Gilang meyakini temannya itu.“ Oh, jadi kita harus ke mana dulu apakah mencari mobil kamu atau mengantarkan Rianti dulu?”“ Aku...aku mau pulang ke rumah Bu Melati saja Mas, kasihan kedua anakku jika harus mengikuti kalian mencari Mas Rustam,” pinta Rianti.“Baiklah, sebagai saudara Rustam aku sangat malu melihat tingkahnya yang kekanakan itu. Seharusnya dia bertanggung jawab dengan apa yang dil

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 35

    iiiihhh, berisik. Awas ya, jika dalam waktu lima belas menit dari sekarang kamu tidak kembali ke mobil, aku akan tinggal pergi. Kamu pulang dengan jalan kaki saja.” Dimatikan teleponnya, kemudian menelepon Alya yang sejak tadi merajuk akibat lebih memilih mengantarkan Rianti dari pada pergi kepadanya.“ Al, ma- maaf ya. Aku...”Belum sempat meneruskan pembicaraannya Alya langsung memotong pembicaraannya.“ Aku tak butuh permintaan maafmu Mas, sekarang putuskan saja, kamu memilih Rianti atau kamu kesini antar aku ke rumah sakit. Sejak kemarin aku kurang enak badan Mas,” ungkapnya sambil memegang perutnya yang selalu mual itu.“ Tunggu sedikit lagi ya sayang. Aku...aku pasti kena marah Ibuku jika mengabaikan Rianti. Dia juga istri sahku. Jangan buat aku bimbang diantara dua pilihan.” Digaruk Kepalanya yang tidak gatal itu karena kebingungan.“ Terserah kamu Mas. Aku lelah menghadapi sikapmu ini. Nanti aku minta tolong diantar si Rocky saja ya,” balasnya karena kesal dengan sikap Rustam.

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 34

    Memang benar, kata orang. Kita dihargai Jika kita punya harta,” batinnya Tanpa berpikir panjang lagi dirinya segera pergi meninggalkan tempat itu. Tanpa diketahui oleh Rianti dan dari pihak keluarga Rustam. Sesakit inikah rasanya, ketika harus mempunyai besan dan menantu dari keluarga kaya. Kukira aku akan dihargai, namun tidak sesuai apa yang diharapkan. *** “ Mas, Hasan anak kita sakit. Bisakah aku diantar ke rumah sakit?” pinta Rianti ke Rustam. “ Aku tak bisa, suruh saja kang Asep antar ke sana,” balas Rustam yang masih berbaring di tempat tidur. “ Mas, Aku tak bisa jika harus dengan Mas Asep ke sana. Siapa yang bantu aku jaga Husein Jika ke sana bersama Mas Asep?” “ Kamu bisa mengerti aku tidak, aku masih capek karena resepsi pernikahan kita kemarin. Pergilah bawa anakmu itu aku masih lelah.” Ditariknya selimut kemudian tidur kembali. “Astagfirullah!" Rianti hanya menggelengkan kepalanya karena marah pada Rustam saat ini tak ada gunanya. Rustam yang semakin

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 33

    Bu- bukan itu maksud saya Bu. Saya hanya...” “Hanya apa? Mundurlah sesukamu. Tapi kembalikan uangku yang sudah rugi karena terlanjur mempersiapkan semuanya.” Rianti hanya terdiam menahan kecewa atas ulah calon mertuanya itu. Dirinya tak berani menatap wajah kedua mertuanya yang saat ini berdiri di hadapannya. “ Rianti! Apa yang terjadi padamu? Kenapa ingin mundur dari pernikahan ini,” ucap Pak Haikal sambil memegang bahu Rianti . “ A-anu Pak, tadi saya mendapatkan informasi kalau Mas Rustam sekarang lagi tinggal bersama Alya di sebuah apartemen. Mas Gilang yang bilang ke aku barusan,” jelasnya. “ Baiklah jika itu yang membuat kamu kecewa. Tapi, sebagai calon mertua kamu, sekali lagi bapak mohon jangan segampang itu mengatakan mundur. Buat kami yakin dengan kemampuanmu untuk menjadi istri Rustam.” “ Baiklah pak, semua ini aku lakukan masih bertahan hanya demi Hasan dan Husein agar mereka bisa punya Ayah,” ujarnya kemudian berpaling menghadap ke putra kembarnya. Rasanya

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 32

    Kemudian perawat itu segera keluar dari ruangan tempat bersalin Bu Lasmi. Setelah memastikan semuanya aman, Bu Lasmi diam-diam keluar dari ruangan tempatnya dirawat. Dirinya segera menuju ke kamar bayi. Matanya yang liar ke sana-kemari hanya untuk memastikan semuanya aman. Kemudian, segera mencari bayinya dan bayi Bu Melati untuk ditukar olehnya Tangannya yang masih lemah, berusaha menggendong kedua bayi itu , secepat mungkin dirinya beraksi untuk ditukar olehnya. Terdengar suara langkah kaki dari luar menuju ke kamar bayi. “Ibu mau apa di sini?” ucap salah seorang perawat yang berdiri di depan pintu. “ Oh, sa- saya hanya rindu ingin bertemu anak saya Bu,” jawab Bu Lasmi seraya berbalik ke arah perawat yang berdiri di pintu. “Bu, tidak seorang pun yang bisa masuk ke ruangan ini kecuali perawat. Meskipun, Anda adalah seorang pasien harus sepengetahuan dari pihak rumah sakit dulu baru diizinkan masuk ke sini,” jelas salah satu perawat tersebut dengan tegas. “ Ma- maaf Bu, sa

  • 13 TAHUN PACARAN 2 MINGGU MENIKAH    BAB 31

    Urus dulu nasibmu Nak. Pastikan kedua anakmu memiliki identitas punya Ayah selanjutnya kamu berpikir bagaimana cara yang terbaik,” balas Ibunya dengan mata yang berkaca-kaca. “ Baiklah Bu, jika ini permintaanmu. Akan Rianti lakukan meskipun saat ini Rianti sudah lelah menghadapi keluarga Mas Rustam. Tapi, Rianti akan berusaha tegar demi kedua anakku,” jawab Rianti berusaha kuat. “ Kamu pulanglah. Bersikap biasa saja ketika menghadapi mereka. Semoga kamu kuat ya Nak.” “ Baiklah Bu, terimakasih selalu ada untuk Rianti. Besok Rianti berkunjung lagi kemari.” Dipegangnya tangan Ibunya yang masih lemah itu. “ Cucu lembar Ibu mana?” tanya Bu Lasmi tiba-tiba “ Oh, mereka sudah tidur Bu. Aku, menyuruh Bik Tum dulu untuk menjaga mereka,” jawabnya Kedua Ibu dan anak itu saling berpelukan untuk saling menguatkan. Tak lupa pula Rianti pamit ke Gilang agar bisa menjaga Ibu. Seperti pesan Ibunya ketika sampai di rumah keluarga Rustam dia bersikap seperti biasa tanpa peduli tatapan mereka ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status