Share

02 - Run!

Suasana mendadak sunyi setelah gempa itu berakhir. Tak ada lagi suara keributan dari orang-orang yang panik berlarian ataupun suara barang-barang yang berjatuhan, Nira mengangkat kepalanya sambil melirik sekelilingnya yang kini masih tak bereaksi.

Mereka pingsan? Pikirnya menatap keempat orang yang ada di sekitarnya.

Gadis itu tanpa sadar menyentuh tangan Wonu lalu berpindah pada Jane, senyuman tipisnya terukir tipis saat menyadari bahwa tubuh mereka masih hangat, mereka belum mati.

“Seseorang … anakku …”

Nira membulatkan matanya tanpa sadar ketika mendengar suara kecil yang disambung dengan suara langkah terseret, “Anakku … tolonglah ….” Gadis itu menutup kedua telinganya dan kembali menundukkan kepala, tak ingin mendengar lagi hal-hal seperti itu dan membuat kepalanya memutarkan berbagai adegan mengerikan yang sering dia lihat di film-film.

“Seseorang … to—AKH!”

Nira meremas surainya sendiri mencoba meredam suara itu. Tadi gempa, lalu sekarang suara jeritan seseorang yang kemungkinan sudah terbunuh. Tak ada jejak suara benda-benda jatuh atau hal-hal yang mungkin bisa membunuh orang itu karena efek musibah, kepala Nira terus memikirkan segala hal di luar akal mengingat gempa ini juga jarang sekali terjadi di Jakarta.

Ini juga bukan gempa yang sama seperti gempa yang biasa terjadi di Jogja beberapa pekan lalu.

“Sudah berhenti?” gumam Jane mengangkat kepala.

“Sepertinya,” balas Wonu yang kini masih mencoba mengumpulkan kesadarannya. “Apa kau mendengar suara orang teriak tadi?”

“Tidak, siapa?” tanya Jane menatap pemuda itu. “Apa Jawa memang sesering ini terkena gempa? Mengerikan.”

“Tidak, ini pertamakalinya.” Pemuda itu menatap Jane yang kini sedikit merangkak untuk keluar dari meja, “Kau ingin kemana?”

“Keluar, mengecek keadaan.” Gadis itu melirik Wonu, “Kau ingin tetap disini?”

“Jangan sekarang!” ujar Nira dengan jeritan tertahannya, gadis itu lalu menutup mulutnya sendiri sambil menatap takut kedua temannya itu, “Gak aman, ada monster.”

Jane terkekeh sinis mendengar ucapan Nira, “Imajinasimu liar sekali untuk ukuran penulis fiksi remaja?” sindirnya. “Tak mungkin ada mons—“ Kalimat gadis itu terputus karena tindakkan tiba-tiba Cuna yang langsung berdiri setelah menggeser pelindung meja di belakangnya.

 “Tempat ini lebih hancur dari apa yang kuduga.” gumam Cuna tanpa sadar. Jane dan Wonu sudah siap untuk berdiri, namun telapak tangan Cuna yang ada di hadapan mereka memberi kode untuk tetap menahan diri, melarang mereka untuk ikut berdiri. 

“Aku tak yakin juga minusku bertambah hanya karena selamat dari gempa, tapi …” Gadis itu mengambil ponselnya dan menyalakan senter yang ada disana, lalu mengarahkan pada sesuatu yang dia lihat. “Atau apa yang Nira bilang memang benar?”

“ZOMBIE?!” heboh seseorang yang ada di belakang Cuna tiba-tiba saja berdiri, Hanbin membulatkan matanya tak percaya. “Wah! Apa minuman terakhir kita diberi ramuan tertentu? Harusnya ini ilusi.”

Wonu yang tak tahan dengan rasa penasarannya akhirnya mengabaikan peringatan Cuna dan ikut berdiri dari tempatnya bersembunyi, pemuda yang memang terbiasa menulis kisah-kisah mengerikan itu menyeringai tanpa sadar. “Jika memang zombie, harusnya ini akan menarik.”

Dia lalu mengambil serpuhan kayu yang cukup panjang, setelah itu mengambil ponsel di tangan Cuna dan mengarahkan cahaya tipis dari senter di ponsel itu pada sosok yang berjalan gontai tak jauh di hadapan mereka, lalu memotretnya agar bisa melihat bentuk yang lebih jelas dari mahluk tersebut. Cuna membulatkan matanya tak percaya, Hanbin kehilangan kata-katanya sedangkan Wonu tersenyum menyadari bahwa dia bisa melihat hal seperti ini dengan nyata.

Itu manusia, harusnya, pikir Wonu.

Dia tak sepenuhnya seperti zombie sekalipun cara berjalannya sedikit gontai dan pincang, rambutnya tak begitu rontok dan malah sangatlah panjang hingga menyentuh lutut, mata sosok itu berwarna biru gelap dengan iris mata yang berwarna putih, ada beberapa luka cakar di tangan dan kakinya serta suaranya tak begitu jelas sampai Wonu pikir, mungkin saja itu bukan zombie.

Pemuda itu memilih melangkah mendekat. Jane dan Nira keluar dari persembunyian mereka dan berdiri di samping Cuna sedangkan Hanbin mengikuti Wonu dari belakang. Dengan langkah santai, Wonu mencoba menyentuh mahluk itu dan dengan cepat menghempaskan kepalanya hingga lepas menggunakan kayu saat mahluk tersebut mencoba menerjangnya.

“Ini cuma satu kan ya?” tanya pemuda itu mengabaikan raut wajah kaget keempat orang di sekitarnya itu.

“KO-KOK ANDA SANTAI SEKALI?!” heboh Jane langsung membuat Cuna membekap mulut Jane. Menahan gadis itu agar tak berteriak lebih banyak agar tak menarik banyak perhatian.

“Jangan teriak, mereka bisa aja bereksi berlebihan sama suara.” Cuna memperingati.

Namun gadis itu jelas terlambat. Beberapa orang yang terluka karena reruntuhan bangunan, serta suara berisik dari luar ruangan yang memperjelas akan adanya hal besar yang akan datang. Nira membulatkan matanya tak percaya ketika mahluk-mahluk itu menerjang masuk melewati pintu masuk aula hotel dan langsung mengejar mereka.

“CEPAT LARI!” heboh Jane langsung memimpin pelarian tersebut.

“KAU YANG MEMBUAT MEREKA DATANG BRENGSEK!” kesal Wonu tanpa sadar.

Mahluk yang mengejar mereka tak begitu banyak, dari baju dan tingkah mereka juga, Jane tahu bahwa mahluk tersebut tidak berasal dari acara yang tadi mereka ikuti. Semua orang yang ada di ruangan itu sepertinya mati, beberapa terluka, ataupun berhasil kabur. Jika mahluk tadi benar-benar zombie, mungkin mereka hanya bisa saling menularkan melalui gigitan ataupun sentuhan seperti di film-film, lari mahluk itu juga tak begitu kencang dan jumlahnya tak banyak. Jika dia tahu jalan keluar, mereka pasti bisa lolos dari sini.

Mereka berlari memasuki ruangan tunggu yang biasa digunakan para pemilik acara, Jane membulatkan matanya ketika Hanbin membalapnya dan memimpin pelarian, namun gadis itu tak memiliki pilihan lain karena dia sendiri pun tak tahu jalan agar mereka bisa keluar dari aula tersebut.

“Kau tahu tempat ini?” tegur gadis itu mencoba mencapai Hanbin.

“Makanya jangan mengurung diri di kamar!” kesal Hanbin melirik ke belakang, memerhatikan ketiga kawannya yang mulai menyusul. “Ada dapur di dekat sini yang cukup dekat dengan basement, tapi aku tak yakin tempat itu aman.”

“Tak ada tempat aman! Cepatlah!” heboh Jane memaksanya untuk lebih cepat berpikir agar mereka bisa melewati sekumpulan mahluk aneh itu.

“Kesini!” gertak pemuda itu menarik Jane untuk masuk ke salah satu ruangan, dia lalu memukul mahluk lain yang ada di dalam sana dengan kursi yang dia temukan bersamaan dengan Jane yang baru saja masuk ke ruangan itu.

Beberapa detik setelahnya, Cuna, Nira, dan Wonu berhasil masuk. Mereka lalu dengan cepat menutup ruangan itu dan menahannya dengan berbagai meja dan kursi, sedangkan Hanbin dan Jane memilih untuk menghabisi tiga mahluk aneh yang ada di dalam sana, beruntung dapur menyediakan banyak benda tajam, dan mereka bisa menggunakannya.

“Gila!” keluh Jane setelah berhasil menghancurkan salah satu kepala dari mahluk berseragam koki tersebut. “Jadi benar-benar zombie?”

“Anggaplah begitu,” ujar Cuna sambil mendudukan diri di salah satu meja.

Nira masih mengatur napasnya sedangkan Wonu mengitari ruangan itu untuk memeriksa keadaan, berharap tak ada mahluk aneh lain yang tiba-tiba bisa saja menyerang mereka. Hanbin kini memilih bersandar pada tumpukkan meja yang sedang menahan pintu masuk mereka, agar mahluk-mahluk itu tak menerobos masuk.

“Apa kalian tahu akan hal ini?” Keempat orang itu menatap Hanbin tak paham, “Kalian tahu aku suka menulis fiksi sejarah bukan? Ada banyak sejarah dan mitos di dunia yang jarang sekali bisa dipecahkan, tapi dari beberapa mitos itu, ada juga mitos yang dengan sengaja dijaga oleh pemerintah agar tak terbongkar ke seluruh dunia.”

“Apa maksudmu?” tanya Jane tak mengerti.

“Di Indonesia, ada satu mitos yang setiap kali kau mencoba untuk mengisahkan itu ke internet. Situsnya pasti akan langsung dihapus oleh pihak pemerintah.” Hanbin menatap sekelilingnya, “Kita punya waktu bukan, aku perlu menyampaikan ini secepat mungkin. Bisa saja ini memang penting.”

“Langsung saja, Hanbin.” Wonu mendudukan diri di samping Cuna yang sejak tadi masih terdiam, sedangkan Nira dan Jane memilih untuk menyimak ucapan pemuda itu.

“Mitos itu tentang ras yang dilenyapkan 200 tahun yang lalu. Mereka adalah ras iblis yang bisa membuka gerbang ilusi milik mahluk-mahluk tak kasat mata, jika mereka berhasil melakukan itu. Maka manusia akan kembali hidup di nerakanya, ras itu bernama Wr—“

Hanbin membulatkan matanya tak percaya. Mulutnya memuntahkan darah, kepalanya tanpa sadar menunduk dan menatap jari-jari berlapis tulang yang tajam, dengan kulit keriput berwarna coklat kebiruan, yang menembus dadanya. “Ni … ra, per … gi!” lirihnya menatap wajah Nira yang terciprat darahnya, gadis itu masih menatapnya dengan mata membulat kaget bersama air mata yang sudah jatuh menyusuri pipi.

“NIRA!” panggil Wonu menepuk keras bahu Nira, membuat gadis itu tersadar. “Ayo pergi!”

“Ta—tapi Hanbin!” cicitnya masih menahan diri untuk tak beranjak pergi.

“Dia tak bisa selamat!” ucap pemuda itu lalu dengan paksa menarik Nira agar pergi bersamanya dan dua gadis yang lain.

Cuna memimpin pelarian itu, membawa mereka menyusuri dapur tersebut dan sampai ke pintu keluar. Gadis itu masih tak bisa mempercayainya, dia pikir mahluk itu hanya bisa mengejar dan lari mereka juga tak cepat, tapi tanpa dia sangka, mahluk itu juga memiliki tangan yang tajam, tangan itu bahkan bisa menembus tumpukkan meja berbahan kayu yang tadi mereka susun.

Basement! Ayo!” ujar Wonu melewati Cuna.

Gadis itu membulatkan mata tak percaya, “Kemana Nira—“ jeritnya tertahan karena kepalanya lebih dulu menoleh ke belakang, dan mendapati Nira yang berlari dengan Jane.

Entah harus merasa lega atau sebaliknya, tapi dia memilih bersyukur karena Nira masih bisa berlari bersama mereka. Walaupun Hanbin …, Cuna dengan cepat menggeleng keras mencoba mengabaikan rasa nyeri di hatinya.

Ini bukan saatnya, ini bukan waktunya! batin gadis itu mencoba menguatkan dirinya.

Dia harus kembali mengingat apa yang Hanbin katakan, dia harus yakin bahwa pemuda itu memang mengatakan kebenaran dan dia harus mencaritahunya lebih jauh. Mungkin saja ras yang Hanbin maksud adalah ras yang membuka semua kekacauan ini, mungkin saja semua yang ada disini sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari, mungkin saja mereka memang sedang menjadi tumbal untuk menentukan perubahan di masa depan.

“Jane! Ke basement!” teriak Cuna memberikan informasi pada Jane dan Nira, ketika dia sudah sampai di pintu keluar lorong itu.

Beruntungnya gempa tadi tak menghancurkan basement dan tak banyak juga orang yang berada di sini sehingga dia juga tak harus menghadapi mahluk aneh lagi. Tak lama setelah gadis itu menginjakkan kaki di basement dan membantu Jane serta Nira untuk menutup pintu keluar tersebut, mereka akhirnya langsung disambut oleh Wonu yang kini sudah berada di dalam mobilnya.

Dengan cepat ketiga gadis itu langsung menghampiri Wonu dan masuk ke dalam mobil tersebut. Tanpa menunggu ketiganya memasang sabuk pengaman, Wonu dengan cepat menancapkan gasnya dan menabrak asal berbagai mahluk aneh agar mereka bisa keluar dari tempat itu.

Wonu berusaha keras untuk tetap fokus mengemudi selama matanya menangkap pemandangan baru di luar hotel. Nira menutup mulutnya sendiri dan kembali menangis, Jane dan Cuna tak bisa lagi berkata-kata. Semua yang mereka lihat bukanlah mimpi, pelarian mereka, kematian Hanbin, gempa  yang terjadi beberapa waktu yang lalu, semuanya adalah kenyataan, semua itu bukanlah sebatas imajinasi liar mereka saja.

Jalanan kota rata dengan mobil-mobil yang terhempas ke atap dan dinding bangunan, berbagai bagian tubuh yang tercecer dan darah yang menghiasi pemandangan mereka telah membuktikan semuanya. Tempat ini benar-benar jauh dari kata baik-baik saja.

Tanpa sadar Jane menoleh ke belakang, matanya membulat sempurna mendapati tornado berwarna hitam pekat yang berjalan menjauh dari tempat mereka dan membawa berbagai hal bersamanya.

“Tadi itu … bukan gempa,” lirih Jane tanpa sadar. “Kita baru saja lolos dari sebuah tornado.”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ailunia
wahhh kerennn
goodnovel comment avatar
xynaerylynix
Hanbin jam tayangnya sudah sampai di sini :")
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status