Share

2nd (second)  Destiny
2nd (second) Destiny
Penulis: Ryu_kirara

1. Pertemuan tak dibayangkan

Braaakkk

Suara keras benda menabrak mengagetkan Risha yang sedang membersihkan lantai dapur di Restoran tempatnya bekerja.

Dengan sedikit gusar dan takut dia melangkah menuju arah suara berasal yang sepertinya berasal dari depan pintu Restoran.

Risha mengamati sekeliling kaca Restoran yang sudah tertutup rapat dan lampu Restoran pun sudah sebagian dia matikan.

Braakkk

Nampak seseorang yang sedang menggedor pintu kaca restoran sambil membopong seseorang yang nampaknya sedang terluka di sebelahnya yang mana dapat dilihat dari bajunya yang sudah berlumuran darah dan beberapa luka di wajahnya.

"Tolong! Cepat buka, tolong lah kami. Kumohon," ucap seseorang di depan pintu yang nampak remang-remang sambil menggedor pintu.

Dilihat dari gerakannya nampaknya orang itu juga sedang terluka. 

Awalnya Risha ragu, tapi dia tetap membukakan pintu Restoran dan membantu membopong seseorang yang sedang terluka masuk ke dalam restoran sambil menoleh kekanan dan kekiri mengamati keadaan di luar restoran yang kemudian bergegas menutup pintu harmonika restoran dan kelambu kaca restoran. 

"Aakh!" teriak risha tatkala melihat dua orang sudah tergeletak di lantai restoran yang mana salah satunya dengan kondisi yang mengenaskan.

"Cepat obati kakakku!" ucap seseorang yang masih sadar sambil memegang perutnya berusaha berdiri semampunya. 

"Lebih baik jangan disini, masih kuat berjalan? Tempat tinggalku ada di beberapa petak rumah dari sini," ucap Risha dengan nada datar berusaha menetralkan kegugupannya. 

Tanpa berpikir panjang Risha membantu membopong orang yang sedang terluka tersebut dengan susah payah. Walaupun tubuhnya lebih kecil dan ringkih dibanding orang yang ia bopong.

"Terima kasih"lirih seseorang yang ia rangkul dengan menahan rasa sakit akibat lukanya.

Dengan susah payah akhirnya mereka bertiga sampai di tempat tinggal Risha.

"Tunggu di sini," ucap Risha hendak meninggalkan rumahnya setelah membaringkan orang tersebut di ranjangnya.

Greppp

Salah seorang yang tadi segera membekap mulut Risha sambil menodongkan pistol kearah leher Risha.

"Jangan sekali kali mencoba lapor polisi," ucap orang itu penuh penekanan dan dengan nafas beratnya. 

Risha hanya bisa mengangguk pelan dengan bulir-bulir air mata yang sudah mengalir di kedua pipinya.

Kemudian Risha pergi sambil memakai jaket yang ia ambil digantungan baju di belakang pintu. 

Tak beberapa lama kemudian Risha datang dengan membawa satu kantong plastik obat-obatan dan merawat dua orang tadi dengan hati-hati. 

Hampir 2 jam Risha merawat orang yang terbaring di ranjangnya berbekal obat seadanya dan pengalaman sebisanya yang ia punya dengan di awasi oleh seseorang yang duduk tak jauh dari ranjang sambil terus mengarahkan pistol kearah Risha. 

Setelah selesai Risha menghapiri orang duduk yang sedari tadi memperhatikannya, "diam disitu!" perintah orang itu dengan dingin dan pandangan menatap tajam Risha.

Tapi Risha terus berjalan dan berjongkok di depan orang itu tanpa rasa takut, "lukamu juga harus diobati, jika masih sayangn nyawamu," ucap dingin Risha sambil mengambil pistol ditangan orang itu tanpa takut dan meletakkan di atas nakas di sebelah tempat tidur, orang itu hanya menurut apa yg dikatakan Risha tanpa perlawanan sambil membuka pakaiannya dengan sedikit mendesis lirih penuh rasa kesakitan.

Risha molai membersihkan luka dan mengobati orang itu dengan serius dan tenang.

Walau pandangan dingin orang itu tak pernah lepas dari Risha sedetikpun. 

"Minumlah obat ini! Jangan kuatir, ini bukan racun, hanya obat antibiotik dan penghilang rasa nyeri saja," ucap Risha yang pergi hendak mengambilkan air minum guna diminum bersama obat tadi.

Sekembalinya dari dapur dengan membawa segelas air putih Risha terkejut mendapati obat yang ia taruh di meja sudah tidak ada. 

"Aku bukan orang cemen yang meminum obat dengan air putih," ucap orang itu dengan tatap dingin. 

"Terserah!" jawab Risha acuh sambil meletakkan air putih diatas nakas kemudian berlalu pergi. 

Tak berapa lama orang yang duduk itu pun terlelap di kursinya. 

Keesokan paginya, Sammuel terbangun dan melihat sekeliling dengan panik, "kemana wanita itu?" ucap Sammuel yang tersentak bangun dari tidurnya.

"Ini sudah pukul 8 pagi, tapi dia tidak ada. Apa semalaman ia tak pulang habis mengobati kita? apa dia kabur? atau jangan-jangan dia lapor polisi?" guman lirih Sammuel sambil berjalan menuju ranjang yang terdapat sang kakak sedang terbaring disana sambil mengecek denyut nadi dileher kakaknya.

"Aku masih hidup Sam," ucap Edward lirih kala merasakan tangan Sammuel menempel dilehernya. 

"Kau sudah siuman kak?" Ucap Sammuel cemas sambil menggenggam tangan Edward. 

"Sudah sejak tadi, hanya saja aku merasa begitu lelah, ingin merasakan nikmatnya berbaring dengan tenang," jawab Edward sambil membuka mata memandang langit-langit atap rumah. 

"Dia belum kembali sejak tadi malam," ucap Sammuel cemas, "jangan-jangan dia melapor ke polisi tentang kita," lanjut Sammuel dengan sedikit emosi.

"Jangan terlalu berpikiran buruk! Jika dia mau, sudah sejak tadi malam kita sudah jadi mayat tanpa repot-repot mengobati kita berjam-jam lamanya," jawab Edward sambil memandang Sammuel.

Tak sengaja pandangan Sammuel tertuju pada kantong plastik yang tadi malam di gunakan Risha. Sammuel segera menyahut kantong plastik berwarna putih susu itu dan melihat isinya serta memilah-milah isinya dengan marah dan penuh emosi. 

"Ada apa dengan raut wajahmu?" tanya Edward yang mengetahui adiknya memasang muka emosi. 

"Lihat kak! Bukankah ini obat untuk binatang?" ucap Sammuel sambil menunjukkan tulisan logo yang tercetak di kantong plastik itu yang mana tertulis nama dan alamat salah satu klinik dokter hewan di kota itu.

"Sialan! kita diberi obat untuk binatang!" ketus Sammuel sambil melempar kantong plastik itu hingga isinya berhamburan berserakan di lantai. 

Tak berapa lama suara langkah kaki mendekat kearah kamar mereka, yang mana membuat Sammuel waspada dan bersembunyi di balik pintu sambil memegang pisau lipat di tangannya.

Ceklek

Suara pintu terbuka dan..

Grepp 

Tangan Sammuel sudah melingkar di leher Risha dengan pisau yang sudah menempel di leher Risha bahkan sudah menggores kulit lehernya hingga mengeluarkan darah yang sudah mengalir mengenai kerah baju Risha.

Risha yang terkejut langsung mengangkat tangannya dan dua buah kantong plastik yang ia bawa sudah jatuh ke lantai seketika. 

"Ini aku," jawab Risha pelan mencoba bersikap santai, "Aku hanya membawakan sarapan untuk kalian."

"Jangan bohong!" pekik Sammuel sambil terus menekan pisau di leher Risha.

Rasa sakit dan perih di leher tak Risha hiraukan bahkan ia dengan sadar memegang pisau yang berada di lehernya yang mana membuat Sammuel terkejut dengan tindakan Risha yang tak takut akan ancaman Sammuel. 

"Bukalah kalau tak percaya," ucap Risha berjongkok mengambil dua kantong plastik yang sudah tergeletak di lantai diikuti Sammuel dan Risha menyodorkan bungkusan yang terdapat di dalamnya dua bungkus makanan ke dada Sammuel.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ryu_kirara
sudah kak terima kasih atas dukungannya jika ada kritik dan saran boleh sekalian langsung di tulis di komen atau ada saran alur cerita buat Author, siapa tahu bisa Author pertimbangkan untuk dijadikan cerita terima kasih banyak dan salam kenal dari Author .........
goodnovel comment avatar
Rhena Zhoe
lanjut donk tor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status