/ Romansa / 2nd (second) Destiny / 2. Amarah yang ambigu

공유

2. Amarah yang ambigu

작가: Ryu_kirara
last update 최신 업데이트: 2021-05-21 13:13:11

Di kamar Risha, tepatnya kamar yang sekarang di tempati oleh Edward dan Sammuel yang sedang dalam masa penyembuhan itu terdapat suasana bersitegang antara Sammuel dan Risha. Yang membuat suasana agak sedikit ramai dan lebih hidup menurut dari pandangan Edward, ia menyaksikan pertengkaran adiknya dengan sang penolongnya dengan senyum tipisnya.  Karena menurut Edward baru kali ini untuk pertama kalinya Adik kesayangan satu-satunya itu menunjukkan emosi yang normal untuk seukuran Sammuel yang terkenal dingin dan killer, bahkan lawan Sammuel kali ini adalah seorang perempuan. Bukankah suatu kemajuan?

Sangat berbanding terbalik dengan sifat Sammuel yang selalu bertindak langsung tanpa ampun,  bahkan dari sudut pandang Edward wanita yang sekarang berada di hadapannya mempunyai sifat dan sikap yang menarik serta unik. 

"Trus apa maksudnya dengan itu hah!" Pekik Sammuel sambil menunjuk kantong plastik yang isinya sudah berhamburan dilantai yang sengaja Sammuel buang tadi. 

"Menurutmu apa, hah!" pekik Risha sambil melihat kearah tujuan telunjuk Sammuel dan masih tak mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan laki-laki yang arogan di depannya ini. 

"Lihat ini!" pekik Sammuel sambil menunjukkan kantong plastik yang ia pungut, yang mana disana tertulis tulisan sebuah klinik hewan dan seketika Risha tau maksud dari perkataan Sammuel yang sedang emosi di depannya itu. 

"Heh!" desis sindiran tawa lirih Risha dengan memutar bola matanya, "kamu sendiri yang bilang tadi malam jangan lapor polisi, trus bagaimana aku bisa mendapatkan obat-obatan yang tak dijual bebas ini di apotek, hah! Mikir, pakai otak! Aku bukan orang bodoh yang berbuat seenaknya sendiri, apa kamu mau aku dengan terang-terangan membeli obat-obatan yang tak dijual bebas itu, yang mana dapat menimbulkan kecurigaan orang untuk lapor polisi hah! Mikir!" jelas Risha sambil memunguti obat-obatan yang berserakan di lantai dan memasukkannya kembali kedalam kantong, kemudian menaruhnya diatas nakas sambil melirik ke arah Edward yang tidur di ranjang yang sama-sama juga memandang gerak-gerik Risha. 

"Tenang, obatnya memang untuk manusia hanya saja alatnya saja aku peroleh dari klinik pengobatan hewan. Gak akan mengancam nyawa jika digunakan, aku juga masih waras yang bisa membedakan mana yang untuk manusia, mana yang untuk binatang!" ketus Risha selesai menaruh kantong obat diatas nakas dan hendak melangkah pergi meninggalkan kedua manusia bar-bar yang menurutnya berbeda tabiat di depannya ini. Yang satu kayak patung yang satu mirip binatang hutan, aneh!

"Kamu pergi semalaman, apa aku harus percaya kalau kamu tak melapor pada siapa-siapa, hah!" ketus Sammuel sambil mengambil pistol di dalam laci nakas sambil mengokangnya kemudian mengarahkan ke arah Risha yang akan beranjak pergi dari kamar itu. 

Risha yang mendengar teriakan Sammuel dan suara kuncian senjata seketika menghentikan langkahnya sambil memejamkan mata kemudian mengahirup nafas dalam-dalam.

"Cih!" decih Risha sambil menoleh sambil memiringkan tubuhnya kemudian melirik tajam ke arah Sammuel.

"Apa kau lupa apa yang telah kalian perbuat di restoran, hah! Apa aku harus diam saja, jika nanti orang lain tau bahwa di restoran pernah ada orang terluka dan darahnya berada dimana-mana? Jangan jadi penjahat jika terlalu bodoh dalam mencerna masalah, yang ada malah bikin repot orang saja!" ketus Risha yang berjalan mengambil dua bungkusan makanan yang tadi ia bawa kemudian meletakkannya di atas meja.

"Makanlah! Karena marah juga butuh tenaga," ketus Risha sambil melirik Sammuel kemudian berlalu pergi meninggalkan kamarnya setelah meletakkan makanan diatas meja. 

Edward yang melihat cara dan sikap Risha melengkungkan senyum tipisnya dengan penuh makna.

"Ayo kita makan," ucap Edward sambil berusaha duduk bersandarkan dasboard ranjang yang dibantu Sammuel menata makanan untuk kakaknya. 

"Apa dia akan baik baik saja?" tanya Edward di sela-sela ia mengunyah makanannya.

"Maksudnya?" jawab Sammuel penuh tanya dan tertegun seketika dengan pertanyaan sang Kakak yang aneh dan ambigu. 

"Bukankah pisaumu sudah kau lumuri dengan racun? Apakah tak berbahaya baginya? Sepertinya pisau itu sudah menggores lehernya agak dalam," ucap Edward sambil memandang Sammuel yang duduk di samping ranjangnya sambil menikmati makanannya.

"Entahlah," jawab Sammuel dengan menghembuskan nafas kasar dan melihat kearah Edward.  Tadi dia juga melihat plaster luka yang menempel di leher Risha tepat di tempat ia menodongkan pisau lipatnya tempo hari.

"Sudah aku bersihkan ketika berada di pelabuhan tapi masih belum aku sterilkan," jawab santai Sammuel sambil menghabiskan makanannya. Walaupun di dalam hatinya masih ada keraguan yang mana dapat di lihat dan diartikan dari pandangan Edward. 

"Jangan terlalu kasar padanya, ia sudah menyelamatkan nyawa kita," sela Edward sambil melirik Sammuel yang mana langsung diangguki oleh Sammuel.

Jangan Lupa Vote,  Like dan komen yaaa...

Trim's

~ Ryukirara ~

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (2)
goodnovel comment avatar
Ryu_kirara
terima kasih atas dukungannya kak salam kenal dari Author
goodnovel comment avatar
Rita Sari Dewi
asiik.. kyknya cerita bagus.
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status