Home / Romansa / 2nd (second) Destiny / 7. Perpisahan yang tak direncanakan.

Share

7. Perpisahan yang tak direncanakan.

Author: Ryu_kirara
last update Last Updated: 2021-05-21 23:23:38

Setelah Risha keluar dari Rumah Sakit,  kehidupan Risha kembali normal tapi masih menyisahkan misteri bahwa sampai detik ini Risha masih belum mengetahui siapa nama kedua laki laki yang ia tolong bahkan ketika mereka pergipun tak sempat untuk berpamitan ataupun sekedar menyapa. 

Sedangkan yang Risha kejutkan dia mendapatkan Fee atau tip yang begitu banyak yang di titip kan ke Pak Dandi selaku pemilik penginapan tempatnya bekerja. Kehidupan Risha berjalan dengan normal kembali dan berjalan seperti sediakala. 

Enam bulan kemudian. 

"Risha,beneran kamu mau pulang kampung?" tanya Pak Dandi pemilik Restoran dan penginapan tempat Risha bekerja. 

"Iya Pak, sudah 2 tahun saya tidak pulang kampung. Kasian ibu sama bapak di kampung sudah kangen katanya," jawab Risha pasti. 

"Tapi pasti balik kesini lagi kan?" Tanya Dandi penuh harap. 

"Kalau itu saya masih belum tau Pak, saya juga tidak bisa janji buat kembali lagi, dikarenakan kondisi orang tua saya yang sudah usia lanjut dan tidak ada yang menjaga disana," jawab Risha sambil menundukkan kepala. 

"Yasudah, padahal Bapak senang sekali kamu kerja disini. Bapak sekarang jadi bingung ini mau mencari penggantimu mengawasi penginapan dan Restoran ini. Tak terasa Sudah 6 tahun kamu kerja sama Bapak disini," keluh Dandi sambil menghela nafas berat.

"Maaf Pak," lirih Risha, "Terima Kasih atas kepercayaan Bapak kepada Saya selama ini dan Terima Kasih banyak atas bantuannya selama ini," sambung Risha sambil berlinang air mata. 

"Sama sama Risha, ini uang gaji dan uang pesangon kamu dan ini titipan dari Bapak buat keluarga di kampung," ucap Dandi sambil menyerahkan tiga buah amplop ke arah Risha.

"Terima Kasih banyak Pak, Risha pamit dulu," ucap Risha sambil salim ke Pak Dandi yang juga sudah dianggap sebagai orang tuanya sendiri. 

Risha kemudian keluar dari kantor Pak Dandi yang mana langsung di sambut dengan tangisan Sisil yang sudah sesenggukan di luar ruangan. 

"Risha, tega kamu ya, trus gua sama siapa nanti," ucap Sisil sambil berderai air mata di pelukan Risha.

"Sudah-sudah," ucap Risha sambil menepuk-nepuk pelan punggung Sisil, "sering-sering kasih kabar ya? Nanti kalau ada waktu aku main-main kesini atau kamunya yang main-main ke kampung aku, disana udaranya masih asri lho," jawab Risha sambil menenangkan Sisil di pelukannya. 

Keesokan paginya Risha sudah berangkat menuju terminal guna berangkat ke pelabuhan dan dilanjutkan naik kapal feri dan beberapa kali angkutan darat menuju kampung halamannya.

"Huft, moga-moga saja gak mabuk perjalan gua. Sudah lama gak naik kendaraan," lirih Risha sambil menghela nafas panjang.

"Bismillah yang penting yakin," lirih Risha kembali yang menaiki bus yang mengantarkannya ke pelabuhan untuk menyeberang menuju pulau sebrang. 

Setelah hampir 2jam perjalanan

"Akhirnya nyampe juga di pelabuhan, hari apa sih ini, kok rame banget!" keluh Risha yang melihat hiruk pikuk di pelabuhan yang tergolong padat dan ramai.

Ketika bus yang ia tumpangi masuk kedalam kapal feri ada sedikit rasa was-was karena gelombang laut di selat yang akan ia sebrangi begitu besar dan tinggi sedangkan kapal feri yang ia tumpangi kelihatan sudah dimakan usia dengan muatan yang sudah penuh dan sesak. 

Awal perjalanan menyebrangi selat berjalan lancar tapi di tengah perjalanan tiba tiba sirine di kapal berbunyi dan membuat panik semua penumpang di dalam kapal.

Semua penumpang di bekali baju pelampung dan alat keselamatan untuk berjaga-jaga dengan kemungkinan buruk yang akan terjadi. 

Gelombang besar dan tinggi menerjang kapal, yang mana membuat kapal yang mengalami mati mesin menjadi oleng tak terkendali. 

Risha hanya bisa berpegangan pada pagar pembatas kapal sambil merapalkan doa-doa yang dia bisa dengan tubuh bergetar dan ketakutan.

Tiba-tiba kapal oleng akibat hantaman ombak besar yang membuat posisinya semakin miring, bahkan membuat sebagian orang terlempar ke laut dan lambat laun kapal tenggelam.

Banyak kapal-kapal kecil nelayan yang datang menghampiri guna menolong para penumpang, Risha yang berbekal ilmu renang sebisanya pun hanya berharap pasrah menunggu bantuan, tapi kemudian dia melihat seorang ibu dengan bayi di gendongannya hendak tenggelam dikarenakan hanya memakai satu pelampung. 

Dengan sigap Risha membuka ikatan pelampungnya dan berenang menghampiri ibu tadi dan membelitkan pelampungnya ke bayi yang ada di gendongan ibu tadi dan berusaha berteriak memanggil kapal nelayan yang berada jauh untuk segera menolongnya. 

"Ibu, coba gerakkan kaki dan tangan ibu menuju perahu nelayan disana jangan lepaskan ikatan kaitan pelampung ini," ucap Risha sambil sesekali tenggelam karena dia hanya mengandalkan gerakan kaki dan tangannya untuk tetap berada dipermukaan air. 

"Terima kasih nak, kamu sendiri bagaimana?" jawab ibu tadi dengan penuh cemas dan khawatir melihat Risha berusaha untuk tetap di permukaan air. 

"Ibu tenang saja, saya bisa berenang." Jawab Risha sambil membantu mendorong ibu tadi mendekati kapal nelayan terdekat.

Tapi tiba-tiba gelombang besar menerjang ibu itu dan Risha, yang mana membuat Risha tenggelam dan terpisah dengan ibu itu. 

Risha dengan sekuat tenaga menggerakkan kaki  dan tangannya agar supaya tetap di permukaan air. 

"akh!" pekik Risha yang merasakan kakinya kram dan hanya bisa menggerakkan satu kakinya saja itu pun dengan rasa sakit yang teramat sangat.

"Ya Alloh, mungkin aku hanya sampai di sini. Ibu bapak maafkan Risha," batin Risha yang merasakan tubuhnya semakin lemas dan sayup-sayup melihat riak air yang semakin menjauh dan semakin gelap. 

Jangan lupa Vote,  Like dan Komen yaa... 

Trim's

~ Ryukirara ~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status