Beranda / Romansa / 2nd (second) Destiny / 8. Sudah terjadi.

Share

8. Sudah terjadi.

Penulis: Ryu_kirara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-22 09:00:00

Sejak meninggalkan negara yang Risha tempati, Edward menyuruh beberapa anak buahnya untuk mengawasi dan memantau kondisi Risha dari jauh serta melaporkan kepadanya hampir setiap hari. 

Edward bahkan menempatkan mata-mata bayangan di tempat Risha bekerja dan di Lingkungan dimana Risha tinggal. Berkat laporan setiap hari yang Edward terima baik berupa foto maupun video, Edward lama-lama mempunyai perasaan yang lebih terhadap Risha walaupun yang bersangkutan tak mengetahui bila mempunyai penggemar rahasia.

Bahkan laporan mengenai Risha merupakan hiburan tersendiri bagi Edward untuk melepas kepenatan dan kejenuhan yang ia hadapi di tempat kerja. 

Senyum bulan sabit tercipta dengan mata penuh cahaya bahagia kala memandang foto Risha yang sudah memenuhi galeri di handphone nya, "tunggu aku disana malaikat kecilku," lirih Edward sambil mengusap lembut benda pipih yang berada di tangannya yang mana ada gambar Risha disana. 

Tepat sehari sebelum kejadian kapal yang di naiki Risha tenggelam, Edwar sudah mendapatkan berita perihat tentang kepulangan Risha ke Kampung halamannya.

"Apa benar yang kau katakan?" Ucap Edward setelah salah satu anak buahnya memberikan informasi di samping telinganya sedikit berbisik.

"Betul Tuan!" jawab pengawal tersebut sambil menunduk.

"kKapan dia akan berangkat?" ucap Edward kemudian.

"Menurut informasi yang saya terima, Nona Risha besok pagi berangkat, Tuan," jawab pengawal itu disamping Edward yang sedang sibuk mengamati laptop kerjanya yang mana seketika menghentikan ketukan jari diatas keyboard laptop. 

"Siapkan penerbanganku kesana sekarang," ucap Edward seketika berdiri kemudian berjalan menuju pintu keluar sambil mengambil mantelnya yang menggantung di sebelah pintu. 

"Wilson, kosong semua kan jadwalku seminggu kedepan dan hubungi Sammuel secepatnya. Suruh dia menyusul aku secepatnya," titah Edward kepada asistennya yang berjaga di depan ruangan kantornya yang mana membuat Wilson seketika kaget dan mematung, Tetapi segera di sadarkan oleh Roland, mereka kemudian bersama-sama mengikuti langkah kaki Edward dibelakangnya. Mereka berdua sibuk dengan telepon genggam masing-masing guna membatalkan jadwal yang bosnya pinta dan sibuk mengurusi keperluan bosnya. 

"Pesawat Anda sudah siap bos," ucap Roland yang diangguki pelan oleh Edward. 

"Langsung menuju bandara, kita segera berangkat," ucap Edward yang di angguki oleh Roland dan Wilson tanpa bantahan dan tanpa sanggahan. 

Keesokan paginya pesawat mendarat setelah menempuh perjalanan hampir 20jam lebih. 

"Bos kita sudah sampai," lirih Roland di samping Edward yang sedang memejamkan mata tetapi tidak tertidur.

 

"Siapkan kendaraan langsung menuju Penginapan S," ucap dingin Edward sambil berjalan kemudian memasuki mobil yang sudah terparkir tak jauh dari pesawat jet pribadinya. 

Sesampainya di penginapan Edward segera berlari menuju ke dalam penginapan.

"Permisi, mau cari siapa ya?" tanya penjaga penginapan yang menghampiri Edward.

"Risha, saya mencari pengurus penginapan ini yang bernama Risha," ucap Edward dengan nafas sedikit tersengal-sengal. 

"oh mbak Risha, mbak Risha-nya sudah berangkat naik bus ke pelabuhan sekitar satu jam yang lalu. Mungkin sekarang masih dalam perjalanan," jawab penjaga tadi yang mana membuat Edward langsung berlari menuju mobilnya dan mobilpun berjalan menuju pelabuhan dengan kecepatan penuh.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menuju pelabuhan antar pulau?" tanya Edward ke Roland yang duduk di bangku depan.  

"Paling cepat 1 jam 30 menit, itupun jikalau tak ada kendala di jalan," jawab Roland sambil mengutak atik tablet di tangannya. 

"Apa ada yg lebih cepat menuju kesana?" tanya Edward kemudian.

"Ada, naik heli bisa mempersingkat waktu jadi 35 menit," jawab Roland kemudian.

"Siapkan itu sekarang juga dan juga siapkan kapal pesiarku disana," Ucap Edward pasti.

"HAH!!" pekik Roland yang terkejut dengan titah atasannya yang ajaib ini, sambil melihat bosnya dari spion tengah. 

"Apa aku harus mengulang kata-kataku lagi?" tegas Edward dengan aura dingin dan menatap tajam Roland yang sedang menatapnya dari spion tengah. 

"Siap!" hanya kata itu yang bisa diucapkan mulut Roland yang kemudian menghubungi seseorang dengan telepon genggamnya.

10 menit kemudian.

"Heli sudah menunggu di lapangan di kampung depan, sedangkan kapal pesiarnya sekitar 20 menit tiba dipelabuhan," ucap Roland sambil menghela bernapas berat.

"hmm," jawab Edward sambil mengangguk pelan dengan pandangan memandang keluar jendela.

Setelah sampai di lapangan sudah ada heli yang menunggu untuk mengantarkan Edward ke pelabuhan. 

Sesampainya di pelabuhan ternyata terjadi kekacauan yang mana ada kapal feri yang sedang mati mesin terjebak di tengah laut yang sedang terjadi gelombang besar.

Seketika Edward berlari menuju kapal pesiarnya diikuti Roland serta beberapa pengawal pribadinya dan menyuruh nahkoda segera berangkat mendekat kearah kapal feri yang sudah terlihat miring akibat hantaman gelombang besar.

Edward mengamati para penumpang satu persatu dari teropong yang ia ambil di sebelah kemudi nahkoda. Berharap bahwa Risha bukan slah satu penumpang di kapal feri tersebut. Tetapi do'anya ternyata tak sesuain kenyataan yang ada. Dia melihat Risha diantara para pemumpang yang sedang terombang-ambing di lautan lepas.

"Cepat kemudikan kesana," teriak Edward yang nama tau kapal feri tersebut sudah dalam posisi miring hampir tenggelam dengan sebagian penumpang sudah berada di laut.

Dari kejauhan juga Roland mengamati dari teropongnya para penumpang yang terombang ambing gelombang laut yang besar. 

"Risha," lirih Edward yang mengetahui Risha sedang berusaha berenang bersama seorang wanita dan bayi didekapannya.

"Arahkan ke sebelah kanan kapal itu,  CEPAT!" teriak Edward yang mana langsung diikuti oleh nahkoda kapal.  

"Kemana dia?" teriak Edward yang mendapati hanya wanita dan bayinya saja yang segera di tolong oleh salah satu kapal nelayan.

Dia mengamati kembali lewat teropong yang dia bawa, "Risha dimana kamu?" lirih Edward cemas. 

"Itu bos?" teriak Roland yang mendapati seseorang tanpa pelampung berusaha menggapai permukaan berbekal tas raselnya tak seberapa jauh dari kapalnya berada. 

Byurrr

Seketika Edward terjun ke laut ketika kapalnya sedang mendekati seseorang yang sudah hampir tenggelam di bantu oleh Roland dan beberapa pengawalnya. 

"Bos dia tak bernafas," lirih Roland yang berhasil membantu Edward mengangkat dan membaringkan Risha.

"Kalian tolong penumpang yang lain yang masih berada di laut," perintah Edward kepada beberapa pengawalnya.

Edward segera memberikan pertolongan pertama kepada Risha dengan napas buatan dan CPR. "ayo Risha, come on. Kamu pasti bisa," lirih Edward sambil terus memberikan pertolongan pertama ke Risha. Kemudian tak beberapa lama Risha terbatuk- batuk kemudian pingsan. 

Tak berapa lama heli pribadi Edward sudah mendarat di atas kapal pesiar, "cepat antarkan kerumah sakit terdekat," teriak Edward sambil membopong Risha masuk kedalam helikopter.

Di atap Rumah Sakit sudah ada beberapa dokter dan perawat yang menunggu dengan sebuah brankar pasien. 

"Cepat tolong dia," titah Edward yang langsung di tanggapi oleh berapa dokter dan perawat yang menunggu dengan memasangkan beberapa alat ke tubuh Risha. 

"Kamu pasti bisa, kamu pasti kuat," lirih Edward yang terus menggenggam tangan Risha mengikuti disamping brankar Risha menuju IGD guna mendapat pertolongan pertama.

"Bos, sebaiknya Anda berganti pakaian dahulu," ucap Roland yang setia mengikuti bosnya sedari tadi, sedangkan Edward hanya membalas dengan anggukan dengan pandangan terus memandang Risha dari jendela IGD. 

"Tuhan, Selamatkan dia," lirih Edward sambil memejamkan mata. 

Jangan lupa Vote,  Like dan komen yaa... 

Trim's

~ Ryukirara ~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status