Share

Bab 6. Tinggal Bersama Ernest?

"Kumohon, Tuan Ernest!"

Rosalia memejamkan matanya, ia tak sanggup melihat apa yang ingin Ernest lakukan kepada dirinya. Tapi... Satu menit, dua menit, hingga beberapa menit berlalu, ia yang berpikir bahwa Ernest akan menyentuhnya sontak mengerutkan kening ketika ia tidak lagi merasakan pergerakan Ernest.

"Dia... Berhenti?" perlahan-lahan Rosalia membuka matanya, hanya sedikit. Mencoba mengintip apa yang sedang Ernest lakukan. Namun pria berparas dewasa dan tampan itu justru saat ini hanya diam dan sedang menatap ke arahnya. "Tu-Tuan Ernest?" kini Rosalia membuka lebar matanya. Ia hampir tak percaya bahwa saat ini netra Ernest yang tertuju padanya terlihat sangat sendu. Sayangnya itu tak berlangsung lama, karena Ernest segera mengubah ekspresinya setelah ia menegur Ernest.

"Mengapa menangis? Apa kamu takut kalau aku akan menyentuhmu lagi?!"

Nada suara Ernest terdengar kesal, seakan Ernest merasa tersinggung akan sikapnya.

"A-aku..."

"Lihat itu!" Ernest membalikkan tubuh Rosalia yang semula membelakangi kaca hingga kini menghadap ke arah kaca. Dengan kondisi pakaian yang sedikit terbuka di bagian pundak hingga ke dada, maka bekas kemerahan yang ia tinggalkan semalam di sekitar pundak dan dada Rosalia langsung terlihat di pantulan kaca. Bekas-bekas itu laksana kelopak mawar di atas kulit Rosalia yang putih dan bersih. "Semalam aku telah memberi tanda pada tubuhmu, Rosalia Heart! Tanda bahwa aku telah menyentuhmu, dan sejak itu kamu resmi menjadi mainanku. Selain itu, aku pikir Rose tidak mungkin akan memiliki tanda seperti ini, bukan?"

Rosalia yang semula takut pada Ernest kini terdiam setelah ia melihat semua bercak kemerahan yang tertinggal pada kulitnya. Ia juga merutuki perbuatan Ernest yang mirip seekor anjing yang sedang menandai wilayahnya. "Tu-Tuan Ernest, apa kamu shio anjing?" gumamnya pelan, terlalu pelan agar Ernest tidak mendengar ucapannya itu. Tanpa menyadari bahwa Ernest yang kini telah merapatkan tubuh ke punggungnya justru telah mendengar dengan sangat jelas semua kata-katanya.

"Shio-ku memang anjing, dan karena aku sudah memberi tanda padamu. Jadi jangan pernah melakukan sesuatu yang akan membuatku marah nantinya. Jika tidak, maka jangan salahkan aku jika aku akan menggigitmu!" seiring Ernest menyelesaikan kalimatnya, ia perlahan-lahan menarik kembali resleting dress yang berada di punggung Rosalia ke atas. "Mulai besok kamu akan tinggal bersamaku!" titahnya tanpa ingin dibantah.

"Maaf, aku tidak bersedia!"

Ernest menatap pantulan wajah Rosalia yang terpantul di cermin toilet dengan memicingkan matanya untuk memberi peringatan pada Rosalia agar tidak lagi membantahnya.

"Ingat, kamu masih belum membayarku untuk jasaku semalam. Dan satu lagi, coba pikir! Bagaimana jika Kakakku sampai tahu bahwa gadis yang akan dijodohkan kepada putranya ternyata tidak lagi suci? Bukan hanya tidak suci, tapi kamu juga bukan Rose. Jadi ini adalah sebuah penipuan!"

Rosalia membeku, keberaniannya yang baru saja hadir langsung menguap bak asap yang tertiup oleh hembusan angin.

"Hanya aku yang bisa membantumu untuk melalui perjodohan ini, Rosalia Heart. Karena itu, patuhlah!" Ernest mengusap kepala Rosalia dengan lembut lalu membuka pintu toilet dan pergi begitu saja. Meninggalkan Rosalia yang masih termangu menatap cermin toilet.

10 menit kemudian Rosalia kembali ke ruang tamu mansion, ia melihat Ernest kini telah berbincang kembali dengan kedua keponakannya. Sementara Ayah dan Ibunya serta Carlisle dan Charlotte justru menatapnya dengan tatapan yang sulit untuk ia mengerti.

"Ada apa ini? Apakah Paman Carlisle dan Bibi Charlotte sedang menungguku?" pikirnya. Untuk sesaat ia menepis pikiran itu lalu kembali duduk di samping Ibunya. Hingga...

"Apa itu benar, Rose?"

Rosalia menatap Ibunya dengan wajah bingung, "Apa yang benar?" ujarnya dalam hati.

"Rose, beberapa menit yang lalu Ernest telah menjelaskan semuanya kepada Paman kalau kamu tidak ingin tinggal di mansion ini karena takut pada Paman dan Bibi, apa itu benar?"

"Kapan aku mengatakan hal itu?" Rosalia melemparkan tatapannya pada Ernest yang kebetulan juga sedang menatapnya. Ernest tersenyum padanya, tapi ada kelicikan yang tampak pada senyum itu. Dan itu membuat Rosalia ingin memukul wajah tampan Ernest dengan kepalan tangannya. Namun, ia tentu saja tidak melakukannya. Tidak di sini, di hadapan kedua orang tuanya. Tidak juga di hadapan Carlisle, Charlotte dan kedua pria yang akan dijodohkan padanya. "Eng, Paman. Ma-maafkan ketidak sopananku." Rosalia kembali berpaling pada Carlisle, ia juga menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf atas kelancangan ucapannya. Meski ia tidak pernah mengatakan hal itu sama sekali, tapi siapa yang akan percaya padanya apabila kata-kata itu keluar dari mulut Ernest?

"Rose, kamu tidak perlu takut!" tukas Charlotte lembut.

Rosalia tersenyum kaku. Yah, sejujurnya ia memang belum siap untuk tinggal bersama Carlisle dan Charlotte, terlebih lagi ia juga masih bingung bagaimana akan melakukan pendekatan terhadap Oliver dan Edward yang selalu memasang wajah dingin di hadapannya.

Andai, ia tidak tinggal di bawah atap yang sama dengan Charlotte dan Carlisle, mungkin saja ia akan mencoba untuk melakukannya karena ia tidak perlu merasa canggung terhadap kedua orang tua Oliver dan Edward itu. Dan sekarang, solusi untuk masalah tempat tinggal ini sepertinya telah diselesaikan dengan baik oleh Ernest.

"Haruskah aku berterima kasih padanya?" Rosalia mengerucutkan bibirnya dengan sebal.

"Baik." Carlisle dan Charlotte yang menghadapi kebisuan Rosalia akhirnya mengangguk pasrah.

Sebenarnya Carlisle bisa saja memaksa, tetapi dia tidak berani menghancurkan perjodohan yang telah diaturkan oleh Ayahnya dengan Ayah Alston. Selain itu, dia dan Charlotte telah sempat berdiskusi sebelumnya tentang usulan Ernest yang mengusulkan agar Rose, Oliver, dan juga Edward tinggal bersamanya selama masa perkenalan.

"Sepertinya itu cukup baik, setidaknya Rose tidak perlu merasa canggung terhadap Ernest. Bukan begitu, Ernest?"

Ernest mendehem pelan lalu menganggukkan kepalanya kepada Saudaranya. "Benar," sahutnya sambil tertawa dalam hati. Ia senang karena apa yang telah ia rencanakan ternyata berjalan dengan sangat mulus sekali.

Sore ini, ketika pulang dari Gail Group... Ia sebenarnya mendapat informasi dari Ben bahwa malam ini kedua orang tua Rosalia akan membawa Rosalia ke mansion milik keluarganya untuk bertemu dengan Saudara lelakinya dan kedua keponakannya yang semula akan dijodohkan dengan Rose. Dan entah mengapa saat itu ia malah merasa sangat kesal setelah mendengar informasi tersebut. Ia, benar-benar tidak rela jika Rosalia akan menikah dengan salah seorang keponakannya. Karena gadis belia berwajah cantik itu yang telah berani menggodanya di Klub, telah menarik perhatiannya dengan reaksinya di kala ia menyentuh Rosalia. Baginya, saat itu Rosalia terlihat sangat manis dan sangat berbeda dengan semua wanita yang pernah ia tiduri sebelumnya.

"Sudah diputuskan, besok Rose akan diantar ke mansion Ernest!" pungkas Carlisle.

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Tn Alston sama Ny Elizabeth emang ga keberatan apa anak gadis yg sebenarnya sudah tidak lagi gadis nya tinggal bersama tiga laki² yang baru saja mereka kenal ? Btw, tua² Ernest ini kok cerdik nya ngalah² in kancil yaa ......
goodnovel comment avatar
Allyaalmahira
Ernest .. aku sukaa
goodnovel comment avatar
Baby Yangfa
gak bisa jauh-jauh dari Ernest
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status