Share

Bab 3. Mengawali Misi

"Nah itu!!" ujar Anggi sampai Lian kaget.

"Iya, tapi apa?" tanya Lian dengan wajah sedikit putus asa.

"Hmm ... Mengingat karakter Saga yang begitu, kamu sepertinya harus bekerja keras untuk meluluhkan batu karang itu. Coba kamu ajak Saga ngobrol baik-baik. Atau rayu dia dulu supaya mau membatalkan niatnya. Siapa tahu kalian hanya butuh mengobrol."

"Bagaimana jika tidak mempan? Dia susah dipengaruhi dan selalu pada pendiriannya. Kadang aku kesal bicara dengannya."

Anggi mengangkat Miko dari baby chair dan memangkunya. "Itu tugas kamu mencari strategi jitu. Ah! Atau begini saja jika memang Saga susah diajak bicara dan kekeh dengan keputusannya, fokus dulu dengan tujuanmu. Kamu mau punya anak kan darinya?"

Lian mengangguk setelah mengelus pipi gembul Miko. 

"Ya sudah, targetkan itu sebelum Saga benar-benar melakukan vasektomi. Satu bulan itu waktu yang lama, Lian!" Anggi memancing Lian untuk berpikir lebih luas.

Lian terdiam sejenak, memahami maksud Anggi. Lalu satu ide kembali muncul. "Jadi aku harus berusaha supaya Saga mau berhubungan tanpa pengaman, lalu benih itu tertanam di rahimku supaya aku hamil. Aku harus mengusahakan itu selama satu bulan ke depan. Begitu kan?"

"Akhirnya, otak adikku satu ini berjalan juga. Kadang perempuan itu juga butuh sedikit kelicikan kecil untuk mencapai tujuannya." Anggi menepuk-nepuk pundak Lian dengan sedikit kasar dengan bangganya.

Lian justru tersenyum kecut atas tindakan Anggi. Jangan sampai Miko juga kasar dan nyablak seperti ibunya begini.

Lian mulai kembali memutar otaknya. Ia harus mengumpulkan ide-ide untuk di kepalanya dan mulai menyusun satu per satu. Pokoknya, selama Saga belum melakukan tindakan itu, ia masih punya banyak kesempatan untuk mendapatkan momongan dari suaminya. Lian harus bisa. Tidak ada yang boleh menyerah duluan sebelum berusaha.

Lian menipiskan bibirnya dan mengangguk-angguk sendiri. Semangatnya mulai berkobar.

"Eh iya, tolong pangku Miko dulu. Aku mau membereskan sisa makannya dan mencucinya." Tanpa persetujuan Lian, Anggi sudah mendudukkan Miko di atas pangkuannya. "Duduk dengan tante dulu ya nak."

Anggi lantas melenggang membawa peralatan makan Miko yang kotor ke dapur. Meninggalkan Lian dengan mulut menganga dan Miko di ruang tengah.

Miko masih delapan bulan, tapi pintar sekali mengoceh dan tangannya bergerak-gerak aktif dan riang, seolah senang sekali berada di pangkuan tantenya.

Karena duduknya sedikit melorot, Lian pun dengan sigap membenahi duduk si bayi gembul ini sampai terasa nyaman.

"Kamu jangan seperti mamamu yang suka cerewet panjang kali lebar ya, Ko."

"Ayayaya ... " Seperti mengerti saja apa yang diucapkan Lian, Miko ini menanggapi dengan celotehan khas bayi, membuat Lian tiba-tiba tertawa.

"Ih! Kamu tahu yang tante bicarakan?"

Lian terus mengajak ngobrol Miko seperti orang dewasa. Apa saja dan bayi ini juga menanggapi dengan bahasanya sendiri. Lian tidak paham tetapi rasanya candu sekali berbicara dengan bayi. Karena gemas, Lian pun memeluk Miko dan menciumi seluruh anggota tubuh bayi yang penuh lemak itu.

Satu ide pun muncul. Ia meraih ponselnya dan mengarahkan kamera ke arahnya yang sedang memangku Miko. Bayi yang sumringah ini terus tersenyum dihadapan kamera dan satu jepretan berhasil Lian dapatkan dengan pose yang pas.

Lian tersenyum melihat potret dirinya bersama sang keponakan. Ia pun membuka aplikasi chat dan mengirimkan foto tersebut pada Saga.

Lian:

đź“·

Tak selang lama, balasan dari Saga muncul.

Saga:

:)

Sungguh balasan Saga membuat Lian sedikit kecewa. Mengapa hanya emoji senyum saja? Tidak seperti biasanya. Saga selalu mengetik panjang kali lebar jika mengirim chat atau balasan chat seperti sales peninggi badan. Kali ini Saga benar-benar berubah dingin dan membuat Lian sangat kesal.

Lian tertantang, ia mengirimkan balasan pesan lagi pada suaminya.

Lian:

Mau satu yang seperti ini.

Balasan dari Saga datang beberapa detik setelahnya. Cukup fast respon, tapi justru tambah membuat Lian naik darah.

Saga:

:'(

"Lihat, Om kamu sangat menyebalkan sekali kan, Miko?" Lian memperlihatkan layar ponselnya di depan bocah lucu ini meski tidak mengerti dan ekspresi Miko hanya tertawa tanpa suara sambil bergerak gemas.

"Heh! Jangan coba-coba memberi ujaran kebencian pada Miko ya!" omel Anggi yang tiba-tiba sudah ada di sebelahnya.

"Biar Miko tahu bagaimana watak omnya ini."

Anggi mendengus, lantas meraih Miko dari pangkuan Lian. "Memang benar, kepekaanmu ini nol besar jika soal anak kecil. Anak itu harus diberikan afirmasi-afirmasi positif, bukan diajak membenci apalagi memberi asupan negatif. Sudahlah sana pulang dan atur strategi!"

Lian mencebik, merasa diusir oleh kakaknya sendiri.

***

Lian membuka setiap laci di dalam kamarnya. Ia memasukkan semua pil KB miliknya dan juga berbungkus-bungkus pengaman berbentuk silikon tipis milik Saga ke dalam kantong plastik dan membuangnya ke bak sampah depan rumah.

Lian mengusap kedua tangannya. "Beres!!"

Setelah ia ke salon untuk mempercantik diri dan membeli bahan makanan di supermarket, ia tidak bisa menunggu lama untuk melakukan rencananya meluluhkan hati Saga. Sepertinya tidak akan sulit. Meski harus terpaksa membuang semua ego dan gengsinya yang selama ini merajai dirinya.

Misi pertama, ia harus terlihat cantik dan menyambut Saga pulang kantor sebaik mungkin. Lalu, memasakkannya sesuatu yang enak dan mencari celah obrolan untuk sedikit merayu Saga menunda tindakan itu. Untuk malamnya, Lian sudah menyiapkan beberapa list film yang akan mereka tonton. Tentu saja film romantis, supaya memacu Saga juga melajukan keromantisan yang sama seperti tokoh di filmnya. Ketika Saga sudah luluh dan mereka masuk ke kamar melakukan olahraga cardio ala suami istri dan mereka sudah dikelabuhi hasrat, Saga tidak akan menemukan pengamannya dan benih itu akhirnya akan melesat masuk ke dalam rahimnya dengan mulus. Berlomba-lomba mencari indung telur di rahimnya untuk dibuahi.

NICE!! Lian tersenyum membayangkan misinya akan berhasil sekali waktu. Tidak perlu effort yang lebih.

Namun, sayang seribu sayang, Saga rupanya masih bersikap dingin saat Lian menyuguhkan kepiting asam manis kesukaan suaminya. Memang tidak sedingin pagi tadi, tapi Lian jadi mengurungkan niatnya untuk membuka obrolan setelah tahu Saga punya masalah baru yang berkaitan dengan pekerjaannya. Tiga karyawannya yang bekerja di lapangan, terkena musibah. Satu karyawan kakinya terlindas ban alat berat, dua yang lain patah tulang karena terjatuh dari tebing dan harus dilarikan ke rumah sakit. Jelas itu membuat Saga tidak bisa berpikir lebih baik selain keselamatan karyawannya. Kabar buruknya lagi, setelah makan, rencana nonton film dan berujung di atas ranjang juga gagal total. Saga sibuk menelepon orang-orang di lapangan dan kantornya untuk memastikan karyawan yang terkena musibah itu ditangani dengan baik. Saga juga sedang mengkoordinasikan sesuatu yang Lian tidak mengerti dan meminta Lian untuk istirahat saja.

"Keluarganya sudah datang? Kalau sudah, tolong wakilkan dulu untuk meminta maaf. Besok saya akan ke sana." Saga berdiri tegang di dekat jendela dan masih menempelkan ponselnya di telinga.

Lain orang lagi, Saga menelepon dengan kepentingan yang berbeda.

"Tolong jadwalkan ulang meeting dengan Pak Dirga. Saya mau ke area tambang besok. Atau kalau beliau bersedia, meeting by zoom saja biar lebih cepat dan efisien."

" ... "

"Ya, terima kasih."

Sementara itu, Lian sekarang hanya jadi manekin yang tertidur miring di atas ranjang dan memperhatikan Saga bergerak kesana-kemari dan sibuk dengan ponselnya. Wajah lelaki itu tampak suram, tapi wajar jika diposisinya sekarang. Nyatanya ada hal yang tidak bisa diprediksi seperti ini.

Lian masih berharap suaminya akan segera bergabung dengannya, memeluk dan menciumnya seperti biasanya.

Tak lama, Saga menyelesaikan urusannya dan menghampiri Lian. Perempuan itu sudah tersenyum dan siap melayani suaminya.

"Aku ke ruang kerja ya, mau kirim email untuk Andri. Kamu tidur duluan saja." ujar Saga sambil mengusap kepala Lian.

Terdengar dahan ranting pohon yang patah dengan nyaring di kepala Lian.

"Ini sudah jam sebelas malam loh, apa jam kerjamu itu dua puluh empat jam?" Lian mencebik kesal. 

"Tanggung jawab aku besar sayang. Kerja dua puluh empat jam juga rasanya tidak cukup jika ada peristiwa di luar kendali seperti ini. Tidak lama, satu jam lagi aku akan bergabung di bawah selimut denganmu."

Lian memutar bola mata ke atas, jengah. Satu jam lagi itu artinya jam dua belas malam. Ia tidak terlalu yakin jika masih mempertahankan matanya untuk terbuka. Namun, misinya akan terlewatkan begitu saja jika ia memutuskan untuk tidur sekarang. 

Ia pun bangkit dari ranjang. "Kalau begitu, ayo aku temani. Mau aku buatkan kopi?"

"Besok kamu kerja Lian. Lebih baik kamu istirahat saja. Aku bisa buat kopi sendiri nanti."

Kini Lian sudah berdiri berhadapan dengan Saga dan menatap mata lelaki itu. "Aku belum bilang ya sama kamu? Seminggu ke depan aku free. Hana aku minta mengosongkan dan merescedule semua jadwalku."

"Oh ya? Kamu biasanya hanya akan libur jika ada urusan mendadak saja. Apa ada sesuatu atau kegiatan yang urgent?"

Lian menggeleng dan melekatkan tangannya di pinggang suaminya sambil mendorong Lian untuk keluar dari kamar supaya Saga tidak membuang waktu untuk menyelesaikan kerjaannya. Meski masih bingung dengan Lian yang tiba-tiba libur satu minggu, Saga tetap menurut saat Lian menemaninya di ruang kerja dan membuatkan kopi.

"Aku mau mengganti waktu-waktu kita yang hilang karena kesibukan. Seminggu mungkin tidak cukup, tapi aku harap bisa memaksimalkan liburku dengan sering bersamamu."

Saga menyesap kopinya dan tersenyum jika memang niat Lian untuk libur hanya demi mereka bisa sering bersama. "That's good."

Rupanya, satu jam tidak cukup bagi Saga menyelesaikan pekerjaannya. Ia masih menekuri laptopnya sampai pukul satu pagi dan tidak mempedulikan rengekan Lian yang sudah mengantuk hebat. Boro-boro mengajak Saga bicara, dipanggil saja lelaki itu hanya menjawab dengan deheman tanpa menoleh.

Oh sungguh malang Lian. Sudah tidak bisa mengobrol, Ia tak tersentuh pula sama sekali malam ini. Misinya gagal total. Sepertinya ketidakhadiran anak secara permanen memang akan jadi kenyataan.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status