Saat ini Aleeka sedang berada dalam sebuah mobil yang di kendarai oleh Sean, dibelakangnya ada beberapa mobil jeep yang mengawal, Aleeka sendiri tidak tau akan dibawa kemana dirinya oleh pria yang masih menjadi tunangan kakak kembarnya itu. dan satu kesulitan bagi Aleeka, dia tidak memahami dan mengenal area Indonesia, karena sejak bayi dia sudah tumbuh di Singapura dan hanya beberapa kali berkunjung ke Jakarta, itupun hanya ketika sang nenek masih hidup. Kini setelah ibu dari ayahnya meninggal dunia, Aleeka hampir tak pernah lagi menginjakan kaki ke Jakarta.“Sebenarnya kita mau kemana Sean? Hendak kau bawa kemana aku?”Sean tak menjawab, dia hanya melirik sesaat ke arah wanita yang sudah mengusik tidur malamnya, tatapan Sean tetap fokus pada jalan raya di hadapanya. “Jika kau lelah kita bisa beristirahat sejenak” ucapnya tanpa menghiraukan pertanyaan Aleeka.Aleeka hanya mendengkus kesal dengan respon Sean, setelah itu dia tak lagi menanyakan tujuan mereka, gadis itu akhirnya hanya
Sean mengepalkan tanganya, dia yakin Felisha berbohong, dan dia bertekad akan mencari bukti atas kebohongan calon ibu mertuanya itu. Sementara Aleeka hanya terdiam dan menunduk di belakang tubuh Sean.“Aleeka sayang, ko kamu diam aja sih... sini nak, kamu juga ga kasih tau momy kalau mau pulang ke Indonesia” Felisha berdiri dan menghampiri Aleeka, dia mengusap lembut kepala Aleeka dan membimbingnya berjalan memasuki rumah kediaman Sean.Aleeka berjalan pelan karena takut akan kemarahan Aqeela dan juga kedua orangtuanya, terlebih cekalan tangan Felisha yang dia rasa cukup keras di lenganya, wajah Felisha memang tersenyum lembut memperlihatkan pada semua orang bahwa dia seorang ibu yang menyayangi kedua putri kembarnya.Felisha mendudukan Aleeka di sofa yang kosong di sebelahnya. “Jadi ini adalah Aleeka, adik kembarnya Aqeela, putri bungsu kami” ucap Felisha memperkenalkan Aleeka sambil kembali mengusap lembut kepala gadis yang tertunduk dengan wajah murung dan ketakutan.Sean melihat w
“Cukup Andina, aku sudah tidak kuat lagi” ucap Aqeela menahan tangan sahabatnya yang mau menuangkan kembali minuman ke dalam gelasnya.“Ayolah Aqeela, masa segitu aja udah mabok, liat tuh Zia, dia aja masih mau nambah pesen satu botol lagi”Aqeela melirik ke salah satu rekanya sesama model, Shazia. Akhirnya dia menuruti ucapan Andina untuk kembali mereguk minuman beralkohol tersebut. Aqeela bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan sedikit sempoyongan menuju toilet, meninggalkan teman-temanya yang masih asik minum dan tertawa.Sebelum langkah kaki Aqeela mencapai toilet, tiba-tiba ada lengan kokoh yang menariknya, tubuh Aqeela yang memang sudah lemas seketika menjadi linglung dan hampir terjatuh andai saja lengan kokoh itu tidak dengan sigap menangkap tubuhnya.~\/~Di rumah keluarga Genaaro.“Sean, sebenarnya apa yang sedang kamu selidiki?” tanya William, saat ini keduanya sedang berada di ruang kerja Sean.Tadi William meminta putranya itu untuk berbicara berdua dengannya, sesaat
Sean mencari keberadaan Aleeka di kamar Chelsea. “Chelsea, suruh dia keluar” ucap Sean saat melihat hanya adik sepupunya saja yang menampakan diri setelah membuka pintu kamar.“Dia sedang membersihkan dirinya di kamar mandi kak, kau tunggulah sebentar, aku akan menyuruhnya menemuimu”“Baiklah, suruh dia ke ruang kerjaku saat dia sudah selesai”Sean berbalik dan kembali berjalan ke ruang kerjanya tanpa menunggu jawaban dari Chelsea. Sambil berjalan Sean menghubungi tangan kananya, John dan memintanya untuk menemuinya di ruang kerjanya.Tak perlu menunggu lama John langsung bergegas menemui bosnya. Kini keduanya tengah terlibat pembicaraan serius.“Apa kau yakin yang pergi ke Paris itu adalah Aqeela yang asli John?”“Benar tuan muda, karena menurut catatan di pemerintahan Indonesia Nona Aleeka mengunjungi Jakarta sesuai dengan waktu pertunangan Tuan Muda Sean dan Nona Aqeela, dan dia kembali ke Singapura setelah satu bulan kemudian, dan itu pun setelah dia menemui Nona Aqeela di kamar h
“Sial, apa yang sudah aku lakukan?” Aqeela memijit pelipisnya yang terasa pening, dia merasa seluruh tubuhnya remuk dan nyeri di bagian-bagian tertentu. “Aku harus pergi dari sini secepatnya, sebelum laki-laki ini bangun”Aqeela memaksakan diri untuk bangkit dan turun dari tempat tidur, namun sebelum kakinya mencapai lantai, sebuah tangan kokoh merengkuh tubuhnya dan menariknya kembali keatas tempat tidur.“Kamu mau kemana cantik?” suara serah khas pria baru bangun tidur terdengar menggelitik di telinga Aqeela.Aqeela melirik lengan yang melingkari perutnya. “Lepaskan! Aku harus pergi”“Hey, jangan galak begitu dong, apa begini caramu bersikap dengan orang yang telah menolongmu?”“Apa maksudmu?! Menolong apa?! Jangan kau pikir aku sedang mabuk lalu aku tidak ingat apa-apa! Aku ingat kaulah yang menyeretku saat aku hendak ke toilet! Dasar b*j*ng*n!”Aqeela melayangkan pukulan bertubi-tubi ke tubuh pria yang kini telah merubah posisinya menjadi duduk namun dengan tangan yang masih teta
Aleeka tiba kembali di unit apartemen dua lantainya, namun kali ini dia tak lagi menjumpai Nancy. Tak ada lagi yang menyambutnya pulang, namun jika dia mengingat bahwa kini Nancy berada di bawah perawatan dokter-dokter terbaik Aleeka pun menarik napas lega, setidaknya dia terbebas dari rongrongan Aqeela yang terus memaksanya menuruti semua keinginanya dengan mengancam akan mencabut biaya pengobatan Nancy.“Nancy, asal kau tau… aku.. aku disini kesepian tanpamu, dari kecil aku selalu menghabiskan waktu bersamamu, di sepanjang waktu aku hanya mengenal sosokmu, entah apa jadinya jika kau benar-benar tiada, cepatlah sembuh Nancy. Aku tak memiliki siapapun selain dirimu”Tangan Aleeka mengusap perlahan perutnya yang masih rata. “Maaf sayang, mommy bukan melupakan kehadiranmu, hanya saja Nancy begitu berarti dalam hidup mommy, tapi kau jangan khawatir karena itu tak mengurangi sedikitpun cinta mommy untukmu”Mata Aleeka berkaca-kaca, tawanya terdengar pilu. Seumur hidupnya Aleeka tak pernah
“Aqeela, kau tidak bisa terus-terusan seperti ini, dan kau juga tidak bisa tinggal disini, karena sesuai dengan perjanjian setelah bertunangan kau harus tinggal di rumah kediaman keluarga Genaaro, mereka tak mau mengambil resiko jika terjadi sesuatu padamu sebagai tunangan Sean”Felisha menatap Aqeela yang masih betah berdiam diri di kamarnya, di rumah kedua orangtuanya.“Mommy mengusirku? Akukan anak mommy, mengapa kau begitu tega?”“Bukan begitu Aqeela, bukankah sudah beberapa kali mommy katakan, menurutlah pada mommy dan ini demi masa depanmu sendiri”Aqeela bangun dari tempat tidurnya, dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. “Iya..iya, aku mandi dulu, setelah itu aku pulang ke rumah Sean, heran aku… kenapa aku tidak boleh tinggal di rumahku sendiri”Felisha geleng-geleng kepala mendengar keluhan putrinya. “Ini semua demi kebaikanmu sendiri Aqeela” teriaknya sebelum pintu kamar mandi tertutup rapat.Sejak kejadian di hotel itu memang Aqeela tak berani mengin
Sean menutup tablet di tanganya, namun dia sudah menyimpan file video saat Aleeka menceritakan dan mengakui bahwa dia hamil dan itu adalah anak mereka. Sean tersenyum puas saat melihat unduhan videonya selesai, dia pun menyimpan file tersebut ke dalam flashdisk. “Kau kini tak akan pernah kulepaskan lagi Aleeka, tunggulah sampai aku menjemputmu, sabar ya baby” Saat ini Sean dan Liliana sedang berada di villa milik keluarganya di Bali, sebenarnya Sean ingin pergi sendiri, tetapi Liliana memaksa untuk ikut saat mendengar bahwa kepergian Sean ke Bali kali ini adalah karena untuk menangani permasalahan Jerome. “Sean, apa Jerome sudah siuman?” tanya Liliana yang melihat Sean duduk di depan TV sambil tersenyum. “Oh .. nenek, kau membuatku terkejut. Tidak nek, Jerome belum sadar sampai sekarang, tapi kau jangan khawatir karena dokter bilang tak ada luka serius, mungkin sebentar lagi juga dia akan sadar” “Syukurlah, sampai saat ini aku masih tidak mengerti apa yang terjadi pada adikmu itu,