Aqeela bukanya tak menyadari perubahan pada raut wajah adik kembarnya itu, dia mengetahuinya. Itu sebabnya dia berusaha terus menempel pada Sean.sebenarnya Sean merasa jengah dengan sikap Aqeela, dia tidak suka saat Aqeela menempel padanya. Namun dia mendiamkan Aqeela bersikap seperti itu di depan Aleeka. Hal itu Sean lakukan karena ingin mengetahui apakah Aleeka akan cemburu atau tidak?, karena Sean menginginkan Aleeka juga membalas cintanya.Aleeka makan dalam diam, dia hanya menundukan kepalanya, tak ingin melihat kemesraan Sean dan Aqeela di depan matanya. Liliana pun terlihat bahagia dengan keharmonisan cucunya tersebut.“Ah senang sekali melihat kalian seperti ini, bagaimana kalau pernikahan kalian dipercepat saja?”Sean langsung terbatuk mendengar kalimat yang di lontarkan neneknya. Dia pun langsung mendorong tubuh Aqeela pelan agar menjauh.“Maaf nek, sebenarnya ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian semua”Mendengar perkataan Sean, wajah Aleeka langsung memucat, dia ta
Sementara di kamar Liliana, dia sedang terbaring di ranjangnya dengan Sean yang duduk di sisinya, dan juga Berta yang berdiri tak jauh, untuk berjaga barangkali dia diperlukan.Liliana menarik napas panjang dan menyesap teh hangat dengan daun mint yang di berikan oleh Berta tadi. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu.“Sean, kau lihat kan tadi? Aqeela menyelamatkan nenek, dia gadis yang baik”“Itu hal yang berbeda nek, aku juga berterimakasih dengan semua pertolongan Aqeela padamu hari ini, tapi itu tak merubah apa yang sudah dilakukanya di masa lalu, dia membohongi kita semua dengan menukar tempatnya dengan Aleeka, dan dia sama sekali tak berpikir bahwa akibat perbuatanya itu Aleekalah yang menjadi korbanya, kini dia sedang hamil nek, dan aku akan bertanggung jawab”Liliana menganggukan kepala, dia setuju dengan keputusan cucunya, karena biar bagaimanapun Sean adalah seorang laki-laki, dia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatanya.“Baiklah Sean, biar aku yang akan menjelaskan
Aleeka menyeret kopernya menuju gatenya sesuai yang tertera pada tiketnya, dengan mengatas namakan adiknya Aqeela, dia bisa keluar rumah keluarga Genaaro dengan mudah tanpa diketahui oleh Sean. Gadis yang baru satu tahun lalu mendapatkan gelar sarjananya itu berjalan dengan wajah murung, dia sudah meminta Daniel untuk mengatur semua kepergianya agar tak di ketahui oleh Sean maupun keluarganya, dan Daniel tentu saja menyambut hal itu dengan suka cita, bahkan dia juga bersedia menanggung semua biaya hidup Aleeka selama masa persembunyianya dari keluarga Genaaro.Memasuki pesawat yang akan membawanya pulang ke negara di mana di tinggal selama ini, Aleeka duduk bersandar dan memejamkan mata, satu tanganya mengusap lembut perutnya yang tertutup pakain.“Kamu tenang saja baby, esok hari kita akan menyambut hari baru untuk kita, tak akan ada lagi ketakutan dan kecemasan akan keluarga papamu yang menuntut balas karena merasa di bohongi dan di tipu”Aleeka tak peduli kapan pesawatnya tinggal l
Pagi hari Sean terbangun dan mendapati dirinya sudah berada di kamarnya.“Aargghhh” Sean berteriak sambil menjambak rambutnya, kepalanya terasa mau pecak efek banyak mengkonsumsi alkohol semalam.Berta mengetuk pintu lebih dulu sebelum membuka dan melangkah masuk ke dalam kamar Sean.“Tuan Muda Sean, ini saya bawakan aer lemon unttuk menghilangkan pegar anda”Sean menerimanya dan mengucapkan terimakasih pada kepala pelayan yang telah lama bekerja di keluarganya itu.“Dan... saya diminta oleh nyonya besar untuk menyampaikan bahwa di bawah ada orangtua dari Nona Aqeela, mereka ingin bertemu dengan tuan muda”Sean pun menganggukan kepalanya dan menyuruh Berta untuk keluar dari kamarnya dengan isyarat tangan.Setelah Berta menghilang di balik pintu, Sean kembali memijit kepalanya yang terasa berputar dan berat. Saat itulah ponselnya berbunyi dan menampilkan nama Arik di layarnya.“Apa kau sudah menemukan gadisku?” ucap Sean begitu dia menggeser tombol berwarna hijau dan menempelkan benda
"Jangan mengetes kesabaranku, Aqeela." Mendengar ucapan pria berjas hitam di hadapannya, gadis itu cemberut. Tampak tidak senang. Wajahnya memerah dan fokus matanya tampak kabur, seperti sedang mabuk.Namun, ia tidak menuruti ucapan pria itu dan justru menarik leher sosok gagah itu agar mendekat padanya. Tanpa menunggu lagi, gadis itu melumat bibirnya, mencoba menghilangkan haus yang sangat menyiksa. Tangannya meraba dada bidang terbalut jas rapi. Tangan lainnya yang berada di leher si pria menekan untuk mendalamkan ciuman mereka."Cukup." Pria itu menarik diri, melepaskan rangkulan si gadis. Ia tampak frustrasi. "Kamu mabuk."Bibir gadis di hadapannya merekah sempurna, tampak menggoda. Belum lagi pakaian pesta yang tengah digunakan oleh perempuan itu sudah berantakan--menambah kesan seksi sekaligus menggoda."Istiharatlah. Jangan melakukan sesuatu yang nanti kamu sesali." Pria itu, Sean, kembali berucap. Sekuat tenaga, ia mencoba mengendalikan diri. Setelah itu, ia berbalik pergi.Namun,
“Pesandari siapa, Sayang?”Kaget,Aleeka langsung membalikkan handphonenya. Tidak tahu Sean sudah bangun.“Bukandari siapa-siapa,” jawab Aleeka buru-buru. Aleeka berharap dia tidak terlihatgelagapan di mata Sean.“Emm,”jawab Sean malas sambil mempererat pelukannya, menarik Aleeka bersandar di dadabidangnya. lalu mengecup puncak kepala Aleeka. “Apamasih sakit?” tanya Sean lagi sambil menenggelamkan wajahnya di tengkukAleeka.Maludan menyesal, itulah yang Aleeka rasakan. Mengingat Aleeka-lah yang memulaikegilaan semalam. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menggeleng. Apayang sebenarnya dia minum malam kemarin? Bagaimana bisa dia bisa hilang kendaliseperti itu?“Ma-maafsoal semalam, aku mabuk dan tidak sadar berbuat seperti itu padamu,” gumamAleeka. “Tidakmasalah, tapi kedepannya kamu tidak boleh mabuk jika tidak bersamaku,” Seanmenjawab dengan santai.Mendengarucapan Sean, Aleeka hanya bisa tersenyum miris. Kalau Aqeela tahu apa yangsudah dia lakukan. Pasti Ale
“Aqeela sayang, tidak bisa kamu pergi nanti saat kamu sudah sehat sepenuhnya,” ucap Liliana saat Aleeka pamit untuk pergi.Aleeka berbohong pada Liliana, kalau dia pergi untuk bertemu teman-teman sekolahnya dulu.Malam itu, saat hasil tes menunjukan positif, Aleeka lemas. Dia bingung harus bagaimana. Apakah dia harus merelakan bayi itu pergi tanpa lahir ke dunia, atau membesarkannya seorang diri. Tapi bagaimana, penghasilannya bahkan tidak cukup untuk membayar pengobatan ibu asuhnya.Ting!Bunyi notifikasi muncul, ada chat masuk dari Aqeela.[Jangan telat, aku tunggu di hotel dekat bandara sesuai perjanjian kita, besok.]Perjanjian antara Aleeka dan Aqeela akhirnya akan berakhir. Usaha Aqeela untuk menjadi model ternama di Paris tidak membuahkan hasil, membuat Aqeela kembali lebih cepat dari perjanjian awal.Aleeka membalas pesan itu, dan mulai bersiap. Fokus Aleeka saat ini untuk segera pergi dari kediaman Genaaro, pergi sejauh mungkin dari Aqeela dan Sean. Dia harus menyembunyikan k
Aleeka bernapas lega kembali menghirup udara di negara Singapura, tempat dia tumbuh dari bayi hingga sekarang ini, taksi yang membawanya sudah sampai di gedung apartemen yang selama ini ditinggalinya dengan ibu asuhnya. “Akhirnya aku pulang” Aleeka menarik napas dalam dan menghembuskanya perlahan, menatap tatanan kota yang dirindukanya. Aleeka tinggal di lantai sepuluh gedung tersebut, flatnya terdiri dari 2 lantai, dengan kamar pribadi Aleeka berada di lantai atas. Apartemen itu sebenarnya pemberian dari ayah kandungnya, Darius Widjaya. Ting Lift yang membawa Aleeka telah sampai di lantai yang di tuju, Aleeka buru-buru mengeluarkan kunci dan membuka pintunya. “Nancy..” teriak Aleeka tak sabar ingin memeluk ibu asuhnya tersebut. Seorang wanita paruh baya dengan tubuh kurus keluar dari salah satu kamar, Aleeka langsung memeluk Nancy dengan rasa haru, betapa dia merindukan sosok wanita yang merawat dan membesarkanya dari bayi dengan penuh kasih sayang, bahkan Nancy tidak menikah han