Share

Mantan Pacar

Geo begitu lelah mencari keberadaan kekasihnya, Jeslyn. Tepat di hari pernikahannya, gadis itu menghilang entah ke mana.

Orang-orang bayarannya pulang tidak membawakan hasil sedikitpun. Bahkan jejak-jejak kepergian Jeslyn begitu mulus tidak terendus sama sekali.

Yang membuat Geo semakin kecewa dan hancur berkeping-keping adalah, sepucuk surat yang merupakan pesan terakhir Jeslyn sebelum pergi meninggalkan Geo.

"Maaf, Geo. Aku nggak bisa nelanjutkan pernikahan kita."
Tertulis di bagian akhir surat itu, yang di tulis sendiri oleh Jeslyn.

Geo bingung dan tidak mengerti kenapa wanita yang sangat di cintainya itu tega melakukan hal itu kepadanya?

Sebenarnya apa kesalahan yang sudah ia perbuat?

Sebab, selama ini hubungannya dengan Jeslyn sangat baik-baik saja. Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara dirinya dan Jeslyn. Bahkan, seingatnya, Jeslyn sangat bahagia dan antusias sekali dalam mempersiapkan pesta pernikahan mereka.

Geo kembali masuk kedalam mobil, dan melirik ke arah jam tangannya. Sudah jam delapan malam, dirinya sangat malas untuk kembali pulang ke rumah.

Karena tentunya, malam ini sedang ada acara makan malam untuk mempertemukan dirinya dan calon istrinya yang baru. Semenjak pernikahannya batal, orangtuanya malah menjodohkan Geo dengan gadis lain.

"Siapa juga yang mau menikahi orang asing!" geram Geo begitu kesal hingga memukul-mukul kemudi mobil.

Hatinya sudah hancur berkeping-keping. Pikirannya begitu kacau, kecewa dan sedih mengobrak-abrik hatinya hingga menyayatkan sebuah luka.

Kekasih yang begitu ia cintai, sayangi, bahkan percayai begitu tega memberikan luka kepadanya.

Tanpa memberitahukan apa salahnya sebenarnya. Kalau pun Jeslyn sudah bosan kepadanya dan tidak ingin melanjutkan pernikahan mereka, seharusnya dia tidak pergi begitu saja.

Drrttt... drrrtt....

Geo sadar dari lamunan memilukan itu, saat melihat ponselnya bergetar, tertera nama Dion di sana.

"Loe lagi di mana?" tanya orang di balik ponsel sana.

"Cari angin," balas Geo malas.

"Gila! harusnya loe udah ada di rumah. Bukan kabur-kaburan cari angin segala."

Tidak sepatah kata pun Geo ucapkan untuk membalas ucapan sepupu sekaligus kawan satu genknya sejak kecil.

"Bukannya seharusnya loe ketemu sama calon istri loe, kan?"

Geo kembali bungkam, dengan helaan nafas yang terdengar hingga di seberang sana. Dion pun memahami perasaan Geo saat ini.

"Sekarang, mending loe pulang aja dulu. Mama Alya sama Papa Gared pasti udah cemas nungguin loe. Begitu pula sama... C-calon loe."

Geo semakin malas mendengar ucapan sepupunya itu.

"Tadi gue udah ketemu calon istri loe, tau. Dia cantiiikkk banget. Tapi, agak galak dikit, sih." Dion terkekeh "Gue yakin loe bakalan suka sama dia."

Geo memutar bola matanya malas, karena ocehan Dion yang semakin tidak penting menurutnya.

"Gue sama Kak Gading udah on the way ke Bali, nih. Tapi tenang aja, kita bakalan pulang pas hari pernikahanmu nan-"

Geo langsung memutus panggilan tersebut, karena malas mendengar ocehan dari Dion.

Baru lima detik Geo mematikan panggilan dari Dion, ponselnya kembali bergetar. Dan ternyata, itu adalah panggilan telpon dari mamanya.

Geo membuang nafasnya kasar. Karena jujur saja, untuk pertama kali dalam hidupnya, dia malas mengangkat telpon dari mamanya.

Tapi, jika dirinya tidak mengangkat telpon tersebut. Pasti Mama dan Papanya akan marah besar dan menguruh banyak bodyguardnya untuk mencari dan menyeretnya kembali pulang.

Begitu Geo mengangkat panggilan dari mamanya, semua dugaan-dugaannya benar semua. Mamanya marah-marah dan memintanya untuk segera pulang.

Perjalanan pulang ke rumah sekitar dua puluh menit, dan akhirnya Geo memasuki halaman rumahnya dengan malas. Dengan langkah gontai, dia masuk ke dalam rumah yang megah tersebut.

"Mas Geo, Nyonya berpesan untuk langsung datang ke ruang makan saja," ujar kepala pelayan di rumah itu, yang kebetulan berpapasan di ruang depan.

Geo berbelok lalu berjalan menuju ruang makan. Di dalam ruangan itu, terlihat keluarga besarnya sedang menikmati makan malam sambil berbincang dengan wanita, yang kemungkinan adalah calon istrinya.

Sayangnya, wanita itu duduj membelakangi Geo. Memperlihatkan rambut panjangnya yang hitam legam.

"Wahh, itu dia Geo udah dateng," ucap Mama Alya begitu melihat kedatangan putranya.

Wanita di depan mama Alya itu menoleh, dan keduanya pun sama-sama terkejut.

Geo tidak pernah membayangkan bila calon istri yang di tentukan Mama dan Papanya itu adalah Gea Marisa. Mantanya pacarnya sewaktu masih di bangku SMA.

Sementara itu Gea merasa seperti terkena kesialan, sebab calon suaminya tersebut adalah Geo Mahendra. Jadi, Pak Mahendra itu adalah Papa dari Geo Mahendra? Laki-laki yang selama ini sangat ia benci sampai ke ulu hati.

Gea jadi mengingat kilasan masa lalunya waktu SMA dulu. Gea keheranan kepada teman-temannya, yang begitu tergila-gila dan mengagumi Geo Mahendra.

Cowok tengil yang menurut Gea penampilannya biasa-biasa saja, namun terlihat bak pangeran Yunani di mata semua cewek di sekolahannya.

Setiap jam istirahat, Gea duduk di bangku taman sekolahan bersama Dinda. Menyibukkan diri dengan membaca komik terbaru di yang baru saja di belinya. Sedangkan Dinda sibuk stalking sosmed milik Geo, cowok paling populer di sekolahan.

Mata Gea tak sengaja melirik ke arah lapangan, yang sudah banyak di kerumuni cewek-cewek caper, meneriaki nama Geo yang berhasil mencetak poin, saat bermain basket.

"Emang sih, di antara ke empat genknya, Geo gantengnya nggak ada obat," ucap Dinda senyum-senyum sendiri sambil terus memandangi foto Geo di ponselnya.

Gea memutar bola matanya malas saat mendengarnya.

Dari tengah-tengah lapangan basket, Geo bisa melihat Gea dan Dinda sedang duduk di bangku-bangku taman sekolah.

"Loe liatin apaan sih, Ge?" tanya Dion yang mencari arah fokus mata Geo.

"Enggak ada. Gue nggak liatin apa-apa." Bohong Geo.

"Alah, jangan bohong loe. Loe lagi liatin Gea di sana, kan?" goda Dion sambil menaik turunkan alis tebalnya.

Bukannya jawaban yang di dapatkan Dion, tapi sepupunya itu malah menoyor kepalanya hingga hampir terjengkang.

Ketenaran Geo semakin lama semakin mengganggu aktifitasnya di sekolahan. Seperti saat di kantin, dirinya tidak bisa makan dengan tenang. Karena banyak sekali cewek yang datang mengerubungi dirinya.

Dari hal-hal kecil seperti sapa-sapa manja, memberi hadiah, sampai maksa buat jadi pacarnya.

Geo hanya bisa menahan rasa kesal dan amarahnya di dalam hati. yang mana apabila dia meluapkan rasa kesalnya itu, hanya akan membuat citranya menjadi buruk.

Kalau sampai hal itu terjadi dan terdengar sampai ke telinga Mama dan Papanya. Sudah di pastikan, dirinya akan di kirimkan ke Eropa untuk tinggal bersama Eyangnya. Dan Geo tidak mau hal itu terjadi.

"Makanya, loe secepatnya harus punya cewek," saran Derrel sambil menyantap bakso yang di belinya.

"Bener juga di apa kata loe." Derrel menyetujui ucapan Dion. "Tapi beda cerita lagi, kalau Geo punya cewek yang beda sekolahan sama kita."

Dion tidak sependapat dengan usulan sahabatnya itu.

"Sia-sia dong b*g*. Cewek-cewek caper itu bakalan terus ngejar-ngejar Geo. Emang bagusnya itu, Geo pacaran sama cewek yang satu sekolahan sama kita."

"Iya juga, sih. Tapi kan, semua cewek di sekolah ini pada mau pacaran sama Geo. Gue yakin sih, kalau Geo beneran pacaran sama cewek di sekolahan ini, bakalan ada perang dunia ketiga sih, ini."

"Lagian mana ada cewek kaya gitu di sekolahan kita?" tandas Dion

"Pasti ada. Yang jelas, cewek itu harus nggak suka sama Geo."

"Ape loe bilang? Di sekolah ini mana ada yang nggak suka sama Geo?" ucap Derrel.

"Ada dong."

"Siape?" tanya Derrel sambil terkekeh.

"Gea Marisa."

"Gile loe ye,,, Maksud loe si emak lampir galak itu? Mana mau dia sama Geo? Dimimpiin Geo aja palingan dia juga kagak mau. Yang ada, Geo bakalan di bejek-bejek sama dia."

"Eithh, belum tentu. Cewek kaya Gea itu bisa aja jinak kalau ada pawangnya. Tapi ya gitu, kesehatan mental harus tetap terjaga." Dion tergelak di sambung oleh kawan-kawannya.

"Bener juga tuh, Ge. Kalau elo pacaran sama Gea, cewek-cewek caper itu udah nggak bakalan berani ngedeketin elo. Dan, kalaupun Gea kena bully, pasti dia tahan banting dan bakal nyerang balik cewek-cewek itu. Secara, Gea kan bar-bar banget kalau udah kesenggol dikit."

"That's trus. Makanya, mending Geo pacaran sama Gea. Lagian-" Dion tidak melanjutkan ucapannya.

"Lagian apa, Nyet?" tanya Derrel.

"Si Geo demen sama Gea," bisik Dion.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status