Share

BAB 25

Aqmal mengirim mobil—beserta supirnya, tentu saja—untuk menjemputku dan Ibu ke sebuah restoran mewah di kota.

Om Anton bersedia mengawasi adik-adikku untuk pertama kalinya, dan aku membayangkan mereka semua duduk di sofa, menonton sepak bola, dan minum bir. Ibu meyakinkanku bahwa dia sudah menyiapkan nasi dan lauk-pauk untuk mereka makan malam sebelum pergi, jadi tidak ada kemungkinan adik-adikku akan kelaparan.

"Ini sangat mengasyikkan," kata Ibu kepadaku, begitu kami sampai di restoran. Tentu saja baginya; ini malam yang menyenangkan. Kapan lagi bisa makan di restoran semewah ini.

Sepanjang perjalanan ke sini, Ibu banyak menanyaiku tentang keluarga Adib—apa yang mereka suka? Apakah mereka tampak seperti keluarga kriminal? Seberapa kaya, sih, mereka?

Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan budaya aneh keluarga Bramantyo, jadi aku hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan ibuku sesingkat dan sewajar mungkin

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status