Share

Menolak Bantuan

Kirana mulai membiasakan diri dengan tugas baru. Sejak diangkat menjadi sekretaris pribadi Allaric. Ia terlihat lebih santai dari sebelumnya. Allaric tidak mau membebankan semua pekerjaan padanya. Kirana hanya memeriksa dam menyusun berkas yang akan ia serahkan pada Bos-nya. 

"Pukul berapa Kita meeting hari ini?" tanya Allaric.

"Pukul dua, Tuan," jawab Kirana.

"Kau sudah siapkan berkas yang akan dipakai meeting nanti?" lanjut Allaric.

"Sudah, Tuan," jawab Kirana lagi.

Allaric hanya mengangguk senang. Alan memperhatikan kedua orang yang berjalan di depannya dengan tersenyum. Sampai di ruangannya, Allaric langsung duduk di kursi kebesaranya. Alan juga duduk dan langsung membuka laptopnya untuk memeriksa beberapa email yang masuk. Kirana sendiri segera membuatkan minuman untuk Bos dan asistennya.

"Tuan, malam ini ada janji temu dengan, Clara," cetus Alan tiba-tiba.

"Aku sibuk!" sahut Allaric cuek.

Kirana masuk dengan nampan di tangannya. Secangkir kopi ia letakkan di meja kerja Bos-nya dan satunya lagi untuk sang asisten.

"Aku mau secepatnya menjadikannya milikku," cetus Allaric.

"Maksud Anda, Kirana?" tanya Alan.

"Yah! Siapa lagi?" Allaric menganggukan kepalanya.

"Saya akan mencari cara untuk membantu Anda," timpal Alan.

"Aku dan Davindra mengadakan taruhan untuk merebut hati Kirana," ucap Allaric.

"Apa? Taruhan?" tanya Alan.

"Yah! Davindra mengatakan padaku, jika Aku tidak akan bisa mendapatkan Kirana. Sebab, Kirana bukan gadis seperti yang sering berada di sekelilingku. Davindra juga mengatakan, jika Aku tidak berhasil mendapatkannya. Aku harus melepaskan dan membiarkannya bebas," papar Allaric.

"Membebaskan? Maksudnya?" tanya Alan.

"Kau tau sendiri hubungan antara Kirana dan Davindra tidak akan pernah mendapat restu dari kedua orang tuanya. Bahkan, mereka telah mempersiapkan wanita lain untuk menjadi pendamping putranya," ungkap Allaric.

"Apa Kirana tau?" tanya Alan.

"Tidak! Aku yakin, jika sampai dia tau. Dia pasti akan segera meninggalkan Davindra," sahut Allaric.

"Lalu, kenapa Anda tidak menggunakan kesempatan ini untuk membuat keduanya berpisah?" tanya Alan lagi.

"Aku tidak sepengecut itu. Menggunakan cara kotor untuk menyingkirkan sainganku. Aku akan bermain adil kali ini," tutue Allaric tersenyum penuh arti.

"Saya mengerti," sahut Alan.

***

Kirana kembali mengunjungi mamanya yang masih berada di rumah sakit. Seorang suster menghampirinya dan mengatakan. Jika, Dokter ingin bertemu dan berbicara padanya. Kirana pun segera menemui Dokter di ruangannya. 

"Mama, Kamu harus segera menjalani operasi cangkok jantung," ujar Dokter.

"Apa, Dok? Operasi cangkok jantung?" tanya Kirana terkejut.

"Yah! Itu pun harus dilakukan di luar negeri," ungkap Dokter.

"Berapa biayanya, Dok?" tanya Kirana.

"Biayanya sekitar 15M," jawab Dokter.

"Apa?" 

Dengan langkah gontai Kirana meninggalkan ruangan Dokter. 

"Kemana Aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu singkat?" batin Kirana.

Ia pun memutuskan untuk kembali ke kantornya untuk menemani Allaric meeting. Tiba di kantornya, Kirana segera memeriksa semua berkas yang akan ia serahkan pada Allric. Setelahastikam semuanya siap. Ia pun segera menemui Allaric dan menyerahkannya.

Sepanjang rapat berlangsung, Kirana lebih banyak diam dan merenung. Hingga meeting selesai, Kirana tetap diam. Ia mengikuti langkah Allaric dan Alan kembali ke ruangannya.

"Kita makan siang dulu, Tuan," ucap Alan.

"Kau benar. Ayo!" ajak Allaric.

Kirana masih diam dan larut dalam pikirannya. Allaric memberi kode pada Alan untuk mengajak Kirana. Lamunan Kirana buyar saat Alan menepuk pundaknya.

"Ya, Tuan!" seru Kirana.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Alan.

"Yah!" Kirana mengangguk mengiyakan.

"Tuan, mengajak Kita untuk makan siang," ujar Alan.

"Tapi, Saye belum begitu lapar," tolak Kirana sopan. Saat ini, Ia sama sekali tidak ada nafsu makan. Ia masih memikirkan kondisi mamanya.

Allaric kembali melirik ke arah Alan.

"Kau harus makan tepat waktu. Setelah ini, Kau harus menemani Tuan menemui klien Kita yang lain!" seru Alan.

"Apa? Saya, menemani, Tuan? Anda? tanya Kirana.

"Saya akan keluar kota dan besok pagi akan kembali," ungkap Alan.

Kirana berpikir sejenak.

"Apa Kau keberatan?" terdengar suara bariton Allaric yang menyadarkan Kirana.

"Tidak, Tuan!" seru Kirana cepat.

"Ayo!" Allaric melangkahkan dan berjalan lebih dulu.

****

"Apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" tanya Allaric pada Kirana, saat keduanya makan malam. Setelah selesai meeting.

"Tidak ada, Tuan. Saya mungkim hanya kelelahan," jawab Kirana ringan.

"Apa, Kau mau cuti beberapa hari?" tanya Allaric.

"Tidak, Tuan! Tidak perlu!" seru Kirana menolak.

"Aku tidak akan memaksa karyawanku untuk bekerja di luar kemampuannya. Jika, Kau lelah. Kau boleh ambil cuti dan istirahat. Aku juga, selain bekerja Kau juga harus menjaga mamamu di rumah sakit," papar Allaric.

Kirana hanya diam. 

"Makanlah, Aku akan mengizinkanmu libur beberapa hari mulai besok." Allaric memberikana piring berisi steak miliknya yang telah ia potong untuk Kirana.

Kirana kembali membisu. Sikapnya semakin membuat Allaric yakin, kalau saat ini gadis pujaannya ini sedang ada masalah.

"Jika, Kau ada masalah. Jangan sungkan untuk mengatakannya padaku," lanjutnya.

Kirana hanya menjawan dengan anggukan. Setelah selesai makan malam. Allaric mengantarkam Kirana langsung ke rumah sakit. Semula Kirana menolak dengan mengatakan jika ia ingin pulang ke rumah terlebih dahulu.

Namun, dasar Allaric yang keras dan keinginannya yang tidak bisa di tolak. Akhirnya, Kirana memilih pulang ke rumah sakit. 

Tiba di rumah sakit. Davi telah berada di sana dan menunggunya.

"Kamu dari mana saja? Mama tadi kejang-kejang," ucap Davi.

"Maaf, Aku baru selesai meeting menemani atasanku," sahut Kirana cemas.

"Lebih baik. Sekarang Kamu, temui Dokter dulu dan menanyakan kondisi Mama," ujar Davi.

Kirana mengangguk dan segera meninggalkan Davi dan Allaric.

"Apa yang terjadi?" tanya Allaric pada Davi.

"Dia tidak memberitahumu?" tanya Davi balik.

Allaric hanya menggeleng.

Davi tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Mamanya, saat ini sedang koma dan harus segera melakukan operasi pencangkokan jantung di luar negeri," ungkap Davi.

Allaric menyipitkan matanya. Ia pun menarik kesimpulan. Ini adalah penyebabnya seharian ini Kirana banyak melamun dan diam.

"Aku akan membantunya!" seru Allaric.

"Membantu apa? Membantu biaya operasinya? Jangan mimpi." Davi tersenyum mengejek.

"Kenapa? Apa Kau tidak yakin kalau Aku bisa membujukny?" tanya Allaric.

"Kau coba saja," tantang Davi.

"Akan Aku buktikan padamu!" seru Allaric.

Davi hanya memasang senyum tak yakin.

****.

Keesokan harinya, Alan menemui Kirana.

"Kau di minta ke ruangan Bos sekarang!" seru Alan.

"Ada apa, Tuan?" tanya Kirana bingung.

"Sudah! Pergi saja," jawab Alan.

Kirana pun beranjak dan segera bergegas ke ruangab Bos nya. Setelah mengetuk pintu dan mendapat jawaban dari dalam. Kirana pun melangkah masuk.

"Anda panggil Saya, Tuan?" tanya Kirana.

"Duduklah, ada satu hal yang ingin Aku katakan padamu," sahut Allaric.

Kirana pun menurut. Allaric mengeluarkan beberapa lembar kertas dan memberikannya pada Kirana.

"Ini apa, Tuan?" tanya Kirana.

"Aku tau, Kau sedang menghadapi masalah besar tentang penyakit ibumu," ucap Allaric.

"Apa?" tanya Kirana terkejut.

"Kau tandatangani itu dan Alan yang akan mengurus semuanya," ucap Allaric.

"Tapi, Saya rasa tidak perlu, Tuan," tolak Kirana halus.

"Ini perlu. Sangat perlu," sahut Allaric.

"Tuan, Saya kira Anda sudah salah paham disini. Saya memang sedang banyak masalah akhir-akhir ini dan itu bukan masalah biaya pengobatan mama Saya," jelas Kirana. Ia tidak mau kalau sampai berhutang budi pada atasannya. Sebab, ia sudah mendapat peringatan keras dari Davi untuk tidak terlalu dekat dengan sosok Allaric.

Apa lagi jika sampai ia berhutang budi. Untuk itu, Kirana berusaha keras berjuang untuk mencari uang untuk biaya operasi mamanya.

bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status