Share

Dua

"Hancurkan mereka semua atau bom saja rumahnya. Aku tunggu kalian di basecamp,"ucapku di ponsel rahasia yang selalu aku simpan di tempat aman.

Aku yakin mereka mengerti perintahku. Suamiku tak tahu siapa aku sebenarnya.

Aku geram melihat keegoisannya. Tak memikirkan perasaan dan hati kami.

Enam tahun menikah, ia tak tahu apa-apa. Lelaki itu hanya tahu aku selalu berada di rumah sebagai ibu rumah tangga. Istri penurut yang selalu memuja suaminya.

Apapun yang dilakukan suami, aku akan mendukung kecuali menikah lagi. Melakukan semua yang selalu menyenangkan hatinya.

Dulu, kami adalah pasangan yang serasi bagaikan amplop dan perangko, ke mana-mana selalu menempel.

Mas Ilham yang masih setia selalu menyanjungku, istri tercintanya. Melakukan hal romantis.

Awal menikah sangat indah. Bayangan yang selalu terlihat jelas di kepala. Tapi, itu dulu kini semua sudah berubah begitu juga diriku.

Benar pepatah bilang. Semakin tinggi jabatan, semakin besar pula godaannya.

Menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Akal sehatku sedikit hilang karena cemburu yang sudah merasuki tubuh. Mungkin lebih tepatnya kali ini aku kesetanan.

Bom akan meledak menghancurkan mereka, bisa juga pecahan kaca atau pecahan lain melukai orang lain yang tidak bersalah. Sungguh jahat diriku sangat jahat.

Keluar dari mobil dengan mondar-mandir masuk kembali ke mobil. Dasar aku, emang bukan wanita jahat. Mana mungkin nekad membom rumah yang nampak megah itu. Aku memang tak pantas sebagai ter*ris atau m*fia.

Mengambil ponselku dan menghubungi anak buahku." Batalkan pemboman ! Kita susun rencana selanjutnya," perintahku pada mereka. Aku juga tak mau profesiku ketahuan mereka.

Otakku mulai berpikir, ide itu akhirnya terlintas juga. Mengetik pesan kepada mereka yang menunggu perintah bos besarnya.

Hanya butuh setengah jam, mereka sudah siap dan sampai di TKP. Melihat dari Ipadku yang selalu kusembunyikan di dalam mobil. Mereka mengunakan kamera tersembunyi yang biasa digunakan untuk menyelesaikan sebuah misi. Tak sia-sia memesan kamera canggih keluaran terbaru.

Lima orang datang dengan alat spryer gendong. Mereka adalah anak buahku datang bersama dua orang petugas dinas kesehatan. Mereka memakai APD suit lengkap dengan peralatan mereka.

Wajah mereka yang duduk di ruang tamu terlihat panik melihat kedatangan petugas dengan pakaiannya setelah bi Inem mempersilahkan mereka masuk.

"Selamat siang! Apa benar Anda Pak Ilham?"

"Benar, saya Ilham. Kalian siapa?" Aku tertawa mendengar ucapan mas Ilham. Suaranya bergetar, dahinya mengernyit heran. Ia terlihat takut begitu juga keluarga Rita.

"Kami petugas penyemprotan disinfektan akan melakukan disinfeksi terhadap rumah Anda."

"Tapi, kami tidak ada yang positif," tolak suamiku.

"Maaf Pak Ilham, salah satu tamu Anda yang baru saja datang ternyata positif. Jadi kami akan membersihkan semuanya dan melakukan tes kepada kalian yang berada di ruangan ini." Aku yakin mereka pasti percaya saja karena situasi kota yang sedang tak kondusif.

"Apa kalian yakin tak salah orang?"

"Kami yakin, karena sesuai dengan alamat Bapak."

Wajah mas Ilham memucat, ia menoleh ke arah Rita. Tak berapa lama lagi. Wanita tua yang berada di samping Rita pingsan dalam keadaan duduk.

"Mama!" Rita menahan tubuh mamanya.

Kakak dan adik Rita segera bangkit dan hendak keluar. Namun, anak buahku menahan tubuh mereka.

"Maaf, kalian harus isolasi mandiri. Dilarang keluar dari ruangan ini sebelum hasil tes keluar." Mereka saling berpandangan dan saling mencurigai.

"Tidak mungkin! Kami sehat dan tak ada tanda-tandanya."

"Mohon kalian ikut prosediur!"

"Tidak mau! Lepaskan!" Mas Ilham diam saja tak membantu perdebatan ipar-iparnya dengan petugas.

Aku hanya bisa tertawa menatap layar kaca dihadapanku. Panik' gak panik' lah masa enggak.

Akhirnya, mereka mengikuti permainanku.

Petugas sedang melakukan SWAB. Kakaknya Rita menolak untuk melakukannya. Ia memberontak ketika alat mulai di keluarkan dari tempat.

Tubuh mas Ilham terduduk lemas. Aku bisa melihatnya pasrah. Ia tak akan bisa ke mana-mana selain berada di dalam rumah. Pada saat itulah aku mulai beraksi masuk ke dalam perusahaannya.

Kelima anak buahku melakukan penyemprotan. Mereka telah meletakkan mini camera di tempat yang aku inginnya. Setidaknya dalam beberapa hari ini, melihat tontonan gratis dari rumah itu. Mungkin, akan ada petunjuk yang lain.

Tunggu saja, aku akan membuatmu tak berdaya. Diam saja di rumah. Jangan ke mana-mana biarkan aku yang bekerja. Selamat menikmati hari pernikahan kalian.

Apakah aku jahat, tentu tidak. Mereka yang membuat aku seperti ini. Welcome Newborn Intan.

****

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
nggak JAHAT Mbak malahan MANTUL biar nyahoo tuh gila selangkangan eeeeeee Nikah siri tidak punya hak dong anak bernazab ke ibunya nggak mikir itu sama aja bohong
goodnovel comment avatar
Dapor Wiwit
bagusssss aku dk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status