Share

Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami
Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami
Penulis: Nannys0903

Satu

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-21 09:32:28

"Intan kenalkan ini calon istri Mas," ucapnya tanpa beban sedikit pun. Tangan mereka saling bertautan. Melihat hal itu hatiku terasa teriris sembilu. Namun, berusaha untuk tegar dan tenang.

Aku melirik ke arah mereka yang berdiri tak jauh dariku. Sengaja memilih acara talk show yang lucu agar hatiku tak terluka parah.

"Intan, tolong kecilkan suaranya. Ini Rita calon istri Mas," bentaknya merasa tak dianggap.

"Oo ...."

Adegan Sule dan Andre di televisi membuatku tertawa hingga air mata ini menetes.

Mas Ilham mematikan televisi dan berdiri tepat di depanku. Sorotan matanya menyeramkan dan bagian rahang telihat mengeras.

"Intan, aku sedang bicara denganmu. Ada tamu malah nonton TV," sungutnya kesal. Melirik wanita yang berdiri tak jauh dari kami.

Aku mendongakkan wajahku dan berdiri tepat di depannya. Wajah mas Ilham terlihat memerah. Memutar bola mata malas dan melewati tubuhnya tanpa berucap.

"Intan, minggu depan aku akan menikahinya," teriaknya di belakang tubuhku. Mungkin ia kesal karena aku bersikap masa bodoh.

"Lalu aku harus apa?" tanyaku tanpa menoleh. Rasa sakit menyeruak dalam dada. Sebegitu cintanya kau kepada wanita itu. Apa dia lupa siapa yang selalu berada di sampingnya susah dan duka.

"Terima dia sebagai adik madumu. Dia akan tinggal di rumah ini bersama kita."

Aku membalikkan tubuhku. Menguatkan hati dan berusaha setegar mungkin. Tersenyum meremehkan sang wanita.

"Rita akan menjadi istri keduaku dan mama untuk Bayu. Dia bisa membantumu juga. Hiduplah dengan rukun."

Ucapannya tak membuatku terkejut. Wajah lelaki itu terlihat bingung. Ingin tertawa boleh tidak. Kami memiliki seorang anak laki-laki berumur lima tahun. Apakah dia tak memikirkan perasaan aku dan anaknya. Sebegitu mudahnya mengatakan hal demikian.

Kupandangi Rita dengan tatapan dingin. Perutnya terlihat membuncit. Sudah aku duga, suamiku telah berselingkuh. Ia telah menanam benih di rahim wanita lain hingga janin itu tumbuh. Apakah diriku tak bisa memuaskan dirinya. Servis yang selalu membuat dia ternganga nyatanya tak membuat dirinya setia. Egois lelaki egois.

Rita, teman kuliah suamiku. Mereka beda tingkatan. Wanita itu berumur lebih tua dariku. Dulu mereka adalah sepasang kekasih. Rita dijodohkan oleh orang tuanya. Kini, wanita itu telah berstatus janda. Entah apa masalahnya aku tak tahu.

Diam-diam aku tahu permainan mereka. Suamiku sering pulang larut malam. Terkadang, ke luar kota di akhir pekan. Waktu yang seharusnya digunakan untuk berkumpul dengan keluarga. Ia gunakan untuk memadu kasih bersama selingkuhannya.

"Terserah, kamu. Aku melarang, kamu akan tetap menikahinya. Untuk apa izinku. Mana pernah kamu memikirkan perasaan kami." Suaraku begitu santai akan tetapi hatiku sakit tak berdarah.

"Intan, mengapa kamu bicara begitu? Aku memikirkan kamu dan Bayu. Semua rumah dan seluruh hartaku untuk kamu, Sayang."

Dulu ucapannya membuatku melayang bagaikan di udara. Sekarang tidak, perasaan cintaku sudah kubuang ke jurang dan tak akan aku pungut kembali cinta itu.

"Izinkan aku menikah lagi." Ia menyodorkan surat izin menikah kepadaku.

Mereka ingin menikah resmi. Sungguh terlalu sekali lelaki itu. Kuambil kertas itu melirik sekilas dan menyobek dihadapan pria yang telah aku urus selama lima tahun lebih.

Mas Ilham terlihat marah. Aku tersenyum dan berkata," Menikahlah dan ceraikan aku."

"Tidak! Aku tak mau menceraikanmu. Sampai kapanpun tak akan pernah!"

Aku tertawa terbahak-bahak hingga air mata mengalir dari ujung mata. Sakit sangat sakit rasanya. Kukuatkan hati dan setenang mungkin. Ia ingin menikah lagi tapi tak mau melepaskanku.

"Serakah, lelaki serakah! Kamu pikir aku akan menandatangani kertas itu dan mengizinkan kalian menikah sah. Tidak!" Menekan kata agar ia mengerti. Tak ada wanita yang siap dimadu. Perasaan kami bukan mainan.

Wanita selingkuhan suamiku hanya diam dan menunduk. Ia meremas jarinya, wajahnya pucat.

"Kita bisa hidup bahagia dan aku akan bersikap adil. Aku janji."

"Janjimu palsu! Kamu ingat, dulu kamu berjanji kepada almarhum ayahku dan kini kamu mengingkarinya."

"Intan, aku harus bertanggung jawab karena Rita hamil anakku. Aku mohon izinkan aku."

"Maaf aku tak bisa, Mas. Bawa pergi perempuan itu dari rumah ini. Aku tak ingin dia menginjakkan kaki lagi di sini. Pergilah kau dari sini!" ucapku dengan lantang.

"Ini rumah, Mas. Kamu gak bisa usir kami!" Mas Ilham menarik lengan Rita ke lantai atas. Wanita itu melirik aku dan tersenyum kemenangan.

Mereka masuk ke kamar tamu samping kamar milikku. Suara pintu tertutup dengan kencang mengakibatkan bunyi yang mengema di dalam rumah.

Lihat saja akan aku buat kalian menyesal. Akan aku buat hadiah terindah yang tak akan kalian lupakan.

~~~

Hari pernikahan mereka berlangsung di rumah kami. Aku tak membantu sedikit pun. Biarlah Rita yang mengurusnya. Walaupun, lelaki itu memarahiku dengan segala perkataan kasarnya.

"Intan, kamu masa tega. Lihat Rita sedang hamil anakku. Kamu urus acara ini. Jangan duduk dan menonton televisi saja. Bantu Rita!" teriaknya membela simpanannya.

"Ini pernikahanmu dan dia. Mengapa aku yang repot. Urus saja sendiri. Aku tak mau tahu."

Wajah mas Ilham semakin memerah. Ia menarik lenganku kasar dan melayangkan tangannya ke udara.

Plak!

Ia melukai pipiku dan hatiku. Kubalas perbuatannya dengan menamparnya kembali.

Plak! Plak!

"Jangan pernah menamparku kalau kamu tak mau kutampar," ucapku lantang.

Mas Ilham mengusap pipinya akibat ulahku. Lelaki itu menatapku heran. Mungkin dia bingung mengapa aku melawan.

Ijab kabul telah diucapkan. Sengaja aku tak keluar kamar menyaksikan pernikahan mereka. Apa aku tak merasa sakit. Jelas sangat sakit. Lebih baik tak melihatnya.

Bayu berada di rumah neneknya selama dua minggu. Aku tak mau anakku terluka akibat ulah papanya. Tak ada setetes air mata yang menetes. Air mata ini terlalu mahal untuk dirinya.

Melangkahkan kaki keluar kamar dengan menggunakan dress di atas lutut dengan model tali yang menyilang di belakang punggung. Berdandan secantik mungkin menghadapi kehidupan yang baru.

Mas Ilham sedang duduk di sofa bersama keluarga Rita. Mereka menoleh ke arahku karena suara high heel merah milikku terdengar nyaring.

Mata suamiku membesar, ia melihat penampilanku yang berubah. Sejak menikah penampilanku sederhana. Suamiku tak mengizinkan untuk berpenampilan terbuka. Kali ini aku akan melakukan semua yang ia larang.

"Kamu mau ke mana?" tanya mas Ilham dengan wajah memerah. Aku melewatinya begitu saja seolah-olah mereka tak ada. Ia terus memanggilku hingga aku berada di mobil hadiah ulang tahun pemberian suami yang telah menghianti istrinya.

Melaju mobil dengan santai. Menghubungi seseorang yang aku percayai.

"Hancurkan mereka semua atau bom saja rumahnya. Aku tunggu kalian di basecamp."

Aku yakin mereka mengerti perintahku. Suamiku tak tahu siapa aku sebenarnya.

Selamat tinggal untukmu pengantin baru dan beserta keluarganya. Hadiah terindah dariku untuk kalian.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Kereeeeeeen lanjutkan
goodnovel comment avatar
Fahmi
Aku yakin mereka mengerti perintahku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status