Share

Tiga

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-21 09:34:52

Aku berdiri dihadapan makam papaku. Memandang gudukan tanah bertaburan bunga warna-warni. Rumah tempat terakhir milik papa selalu bersih dan terawat.

"Pa, lihatlah! Menantu pilihan papa telah menghianatiku. Aku pikir kami akan bahagia, ternyata kebahagian itu hanya sesaat. Ia seorang b*jingan." Hanya senyum yang hanya bisa aku berikan.

Lelaki tua yang telah terkubur di dalam tanah, ia yang memaksaku untuk menikah dengan mas Ilham.

Tak menyalahkannya hanya saja aku kecewa dengan keegoisan beliau ketika masih hidup. Aku akan merebut kembali apa yang telah ia berikan kepada mantu kesayangannya.

Wanita yang telah mendampinginya selama hidupnya hanya mendapatkan rumah dan uang bulanan dari perusahaan.

Air mataku tak dapat kutahan. Kehidupanku ternyata menyakitkan." Sejak pertama kali bertemu aku tak mencintainya. Setelah rasa itu tumbuh dengan cepat. Ia menikahi wanita lain." Isakku semakin kencang. Aku kecewa namun, tak menyalahkan papa karena memilih mas Ilham.

Ponselku berdering di dalam tas. Mengambilnya perlahan dan melirik pemilik nomor yang melekat di layar ponselku. Mas Ilham menghubungiku.

Menghapus air mata dan menarik napas panjang. Aku tak mau, ia mengetahui kalau aku sedang menangis.

"Intan, kamu ke mana? Kenapa belum pulang?" tanyanya dengan nada tinggi tanpa mengucapkan salam.

"Aku di pemakaman papa, kenapa?" jawabku malas.

"Pulanglah! Aku butuh kamu," ucapnya melembut. Seolah-olah aku akan luluh.

"Tidak aku tak akan pulang," tolakku cepat.

"Pulanglah. Bi Inem dan pak Dewo telah pergi. Siapa yang mengurus aku?"

"Kamu punya istri lain. Suruh saja wanita itu memasak dan mengurusmu. Mengapa harus aku?"

"Tidak bisa. Dia lagi hamil. Kandungannya lemah," mohonnya dengan mengiba.

"Maaf, Mas. Aku tak akan pulang tak ingin menganggumu. Seharusnya, kamu bahagia tak ada aku di sana. Kalian bebas melakukan apa saja."

"Tapi, Intan sayang. Aku ...." Ia terdiam tak meneruskan ucapannya.

Mungkin ia ingin mengatakan kalau dirinya beserta keluarga istri barunya melakukan isolasi mandiri.

"Sudahlah! Nikmati saja waktu kalian di rumah itu." Segera menutup panggilannya tanpa mengucapkan kata yang lain. Biarlah ia kesal hingga kepalanya pecah berhamburan.

Pintar sekali dia, menyuruhku pulang untuk menjadi pembantu mereka. Bi Inem, wanita itu aku yang menyuruh untuk balik ke kampung selama dua minggu. Biar tahu rasa mereka bagaimana lelahnya mengurus rumah sebesar itu. Nikmati harimu, mas.

***

Kaki jenjangku melangkah memasuki gedung tinggi berlantai lima. Tempat ini adalah tempat kerjaku, The Corp. Tak banyak yang tahu apa yang tersembunyi di dalamnya.

Gedung ini memiliki tempat perawatan kecantikan dan butik. Aku mendirikannya sejak tiga tahun yang lalu dengan uangku sendiri.

Mas Ilham hanya tahu kalau aku suka datang ke sini untuk melakukan perawatan. Bukan itu yang aku lakukan. Melainkan melakukan pekerjaan yang sedang aku tekuni menjadi pemilik agen mata-mata rumah tangga dan sejenismya.

Banyak istri atau suami yang menjadi korban perselingkuhan. Kami akan membantu menemukan jawabannya.

Atau masalah lain yang tak berhubungan dengan perselingkuhan.

"Hai, Big Bos baru muncul. Bagaimana permainanmu?" Merangkul bahuku dengan senyum ciri khasnya. Ia adalah Cheri.

"Lumayan, tapi itu belum seberapa."

"Jangan kasih ampun suami kayak gitu. Sudah dapat istri yang perfect masih aja ngebolang," sambung Adel. Ia berjalan tak jauh dari kami.

"Tenang saja, aku akan memberikan yang lebih menyakitkan." Ucapanku penuh kebenc*an.

Kami saling merangkul masuk ke dalam ruangan. Tempat kami bekerja membantu mereka yang telah dibohongi oleh pasangannya.

Aku memang seorang agen mata-mata, kenapa aku tak tahu kebusukan suamiku sejak dulu karena mata dan hatiku tertutup cinta serta perlakuannya yang lembut membuat aku mabuk kepayang.

Kami memang dijodohkan dan aku terpaksa menikahinya. Mas Ilham membuatku jatuh cinta dan aku terbuai oleh bujuk rayunya.

Seorang dokter belum tentu ia selalu sehat pasti ada masanya akan sakit. Semua guru belum tentu mengetahui seluruh ilmu dunia bagitu pula diriku sama seperti mereka.

Agen ini aku dirikan bersama kedua sahabatku. Kami sejak sekolah selalu bersama-sama. Menerima semua kekurangan dan kelebihan kami. Saling mendukung antara satu dengan yang lain.

"Intan, aku punya ide yang bagus. Kita kasih pelajaran buat suamimu," ucap Cheri dengan senyum jahatnya.

Cheri berbisik di telingaku. Aku menganggukkan kepala. Adel juga menempelkan telinganya. Senyum terukir di bibir kami. Kami saling berpandang dan tertawa.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
gaspoool Mbak Intan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status