Share

Empat

Penulis: Nannys0903
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-21 09:36:47

Aku tersenyum puas melihat mereka yang panik dari layar laptopku. Empat cctv mini tersembunyi di ruang keluarga, ruang tamu, ruang kerja, dan juga kamarku.

Tante Vivi Sepertinya mengamuk. Ia tak betah berdiam diri di dalam rumah.

"Kamu Ilham, kenapa juga mengundang orang untuk hadir di pernikahanmu. Kalau begini kita semua yang kebingungan. Bagaimana kalau salah satu dari kita positif," makinya. Mas Ilham diam tak menjawab.

"Iya, nih. Bikin repot. Udah gak ada pembantu lagi. Siapa yang masak dan beres-beres rumah ini. Aku gak mau dan gak sudi." Lisa, adik Rita menimpali.

"Pokoknya saya gak mau tahu. Kamu harus menanggung semuanya!"

"Tenang, Ma. Mas Ilham akan tanggung jawab. Sekarang ada M-banking dan delivery. Semua pasti gak kelaparan. Iya, kan Sayang."

"Kalian mau makan apa?" tanya mas Ilham. Ia mengeluarkan ponselnya. Di saku celana.

"Mama mau bubur ayam jamur, ice capucino dan tomyum seafood untuk nanti siang jangan lupa tambah udon. Pesan di Oishi suki saja. Di sana rasanya enak, pedasnya pas dan tak terlalu asam.

"Aku juga mau kwetiaw sapi dan es campur spesial," ucap Lisa.

Mas Ilham mengetik pesanannya melalui delivery online. Mereka juga memesan makanan dalam jumlah banyak.

Wajah suamiku berubah bingung. Ia mengutak-atik ponselnya dengan tangan gemetar. Bagaikan menonton film layar lebar. Aku terkekeh melihat raut wajahnya.

"Rit, Rita! Kok, saldo Mas habis. Kamu buat pakai apa?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Lah, kok aku. Aku cuma pakai tiga ratus ribu dua hari yang lalu."

"Ini kenapa saldo hanya lima belas ribu? Kamu yang memakai aplikasi ini terakhir kali."

"Mas, kok nuduh aku! Aku tak tahu. Jangan salahkan aku. Mungkin kamu lupa mengisinya."

"Aku ingat sisa saldo masih ada tujuh ratus ribu. Gak mungkin aku lupa."

"Bisa saja kamu lupa. Aku gak tahu," sungut Rita kesal.

"Lalu siapa kalau bukan kamu!" bentaknya. Mas Ilham mulai memperlihatkan taring giginya.

Mata Rita mengembun ia hampir menangis.

"Sudah, Ilham. Kamu bisa bayar pakai M-banking. Cepat kami lapar!" cetus tante Vivi.

Lelaki yang telah menikahiku menghembuskan napas panjang, ia kembali duduk dan mengerutu." Menyusahkan saja satu keluarga."

"Hei! Saya dengar ucapan kamu!" maki tante Vivi.

"Maaf, Tante." Mas Ilham melanjutkan tujuannya.

Menatap layat kaca ponsel mahalnya.

"Si*lan! Ke mana uangku!"

"Mas, ada apa?" tanya Rita tak kalah panik.

"Saldo Mas, habis tak ada yang tersisa." Tubuhnya luruh ke bawah sofa.

"Biar aku saja yang keluar," ucap kakak Rita. Ia bangkit hendak membuka pintu." Kuncinya mana?" teriaknya.

Aku hanya bisa mendengar teriakkannya karena tak ada kamera di dekat pintu. Semua pintu telah kami kunci dari luar dan jendela tak akan bisa mereka buka karena tertutup teralis besi.

Ha ... ha ... Rasakan kalian! Selamat menikmati indahnya kebersamaan. Semua saldo milik mas Ilham telah ditrasfer ke rekeningku. Ia akan merasakan hidup pas-pasan di dalam rumah mewah.

Akan aku buat mereka frustasi dan akhirnya kehilangan akal sehat.

Untung saja perhiasan dan barang-barang berharga sudah diamankan oleh anak buahku. Mereka juga mengunci lemari milikku. Kalau tidak bisa hilang semua barang-barangnya.

Mas Ilham dan Rita memutuskan tidur terpisah. Padahal malam ini, malam pertama mereka. Di dalam kamarku mas Ilham terlihat gusar. Ia menatap foto aku dan dirinya. Mengusap figuran yang menempel di dinding.

Apa dia menyesal? Entahlah aku tak tahu. Saat ini aku tak memikirkan perasaannya. Ia saja tak memikirkan perasaanku.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. Mengizinkan masuk dan menutup layar laptopku.

"Bos, ini berkas yang dicari. Sepertinya ada keanehan." Ia menyodorkan beberapa kertas.

"Ini surat apa, Del?" Aku mengernyit heran.

"Lihatlah! Surat ini dibuat sebelum kalian menikah. Di sini terlihat tanggal dan tahunnya." Tangannya menunjukkan paling bawah sebelah kanan.

Mengapa aku tak pernah tahu tentang ini. Darahku seketika mendidih hingga ke ujung kepala.

"Ber*ngsek! Lelaki itu sudah keterlaluan! Nafasku tersengal-sengal. Mengepal tangan menahan emosi." Lebih baik kita siksa saja dia!" teriakku lantang.

"Sabar, Intan! Santai saja. Kita lakukan secara perlahan. Perusahaan itu milikmu hanya saja om Brian, papamu menyerahkannya kepada Ilham dengan cara menikahimu. Lakukan rencana awal."

Adel berusaha menenangkanku. Ia tahu betul sifatku. Rasa geram ini sangat menyiksa. Walaupun, lelaki itu masih berstatus suami.

"Sorry, aku terbawa suasana. Makasih sudah banyak merepotkanmu."

"Ha ... ha ... Seperti dengan orang lain saja. Kita sudah seperti saudara. Kamu, aku, dan Cheri. Masalahmu adalah masalahku juga."

Kalau saja bukan Cheri yang memergoki mas Ilham berada di Bali. Aku pasti tak tahu apa-apa. Cheri sedang melakukan penyelidikan kepada tersangka perselingkuhan. Beruntung aku memiliki pekerjaan seperti ini.

"Hei, Bos! Kok melamun. Sudah tak usah dipikirkan. Masih banyak lelaki tampan, setia, dan baik di sana. Hidup ini memang berliku-liku tetap enjoy. Kalau tak kuat tinggal ngopi. Kalau gak punya kopi, tidur bae." Ia terkekeh.

"Tentu saja. Aku akan menikmatinya. Pergilah, lakukan tugasmu selanjutnya."

"Asiap, Big Bos!' Adel meletakkan tangannya di kening."

Aku tertawa melihat tingkah bar-baran Adel, setidaknya itu bisa memberi hiburan untukku.

"Untuk sementara, aku tinggal di rumahmu, Del. Boleh tidak?"

"Wah, tentu boleh. Pasti Bundaku senang."

"Terima kasih, Del."

"No problem," ucapnya. Ia keluar ruanganku melambaikan tangannya.

Menatap surat yang telah ditanda tangani almarhum papa dan suamiku. Sebenarnya apa yang terjadi antara mereka.

Menikahiku dan papa memberi semua saham yang seharusnya milikku. Apa maksud semua ini. Aku akan mencari tahu hingga ke akar-akarnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
nikah modal kolor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Ektra Part

    Aku menatap langit begitu cerah, begitu juga suasana pagi ini. Wanita berkebaya putih dengan hijab senada duduk di samping pria yang akan menghalalkannya. Suara bayi menangis berada di sampingku. Bayi itu milik Lisa. Lisa telah melahirkan seorang anak perempuan. Bayi mungil berwajah mirip dengan ibunya. "Mungkin dia haus," ucapku mengusap kepala mungil bayi berusia dua bulan..Wanita yang dipercaya menjaga anak Lisa segera mengambil susu dalam botol. Susu itu bukan susu kaleng atau susu sapi. Tetapi, susu asli dari ibunya langsung yang diambil dan disimpan dalam lemari pendingin. Bayi mungil itu langsung menyedot ASI dalam botol dot dengan cepat. "Kasihan, haus ya." Gemas sekali melihat anak itu. Kuusap perut yang semakin membesar. Sebentar lagi anak ini juga lahir. Tinggal menunggu waktu yang tepat. Ijab kabul mulai di lontarkan. Mas Bro telah memenuhi keinginan Lisa. Ia telah belajar salat dan mengaji. Di hadapan Lisa melantunkan ayat suci Al-Quran. Lisa menerima Mas Bro se

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Dua

    Bab 142 "Mas ngapain di situ?" Aku menoleh ke arah belakang, Rita datang menghampiriku. Ia duduk di samping sambil ikut menikmati keindahan malam. "Bagus pemandangannya." "Tadi acaranya meriah banget, ya. Pengantinnya juga cantik dan serasi.""Iya, Intan selalu cantik," pujiku tanpa menyadari perkataan yang terlontar. "Oh, pantesan dari tadi kamu itu lihatin Intan terus ternyata belum move on!" Rita bertolak pinggang. Ia menjewer telingaku hingga hampir terlepas. "Aduh! Aduh! Sakit Rita!" "Kamu tadi bilang cantik." "Intan perempuan pasti cantik masa aku bilang ganteng. Gak lucu kan?" Rita melepaskan tarikannya dari telingaku. Aku mengusap pelan telinga yang kini terlihat memerah. "Kamu itu cemburu aja. Kamu juga cantik, kok. Gak kalah sama Intan." "Apanya cantik. Boro-boro beli skincare, serum atau pelembab. Pakai bedak sama lipstik aja sudah bersyukur." "Kamu gak pakai bedak juga masih cantik." "Gombal! Mana ada?" "Ada, buktinya kamu." Aku mencolek dagu Rita. Bagaimanap

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh Satu

    Bab 141 Setelah aku menganti pakaian. Aku menghampiri putraku di dalam kamar. Jari mungil Bayu menari di atas buku gambar. Memberikan warna yang tepat dan sesuai. "Bayu sedang apa?" tanyaku lembut dan bersahabat. "Mewarnai," ucap anakku polos. Aku menatap hasil gambar anakku. Ia pandai menggambar dan melukis. Hobi baru saat ini. "Siapa yang mengajari kamu?" "Papa." Kuusap lembut surai anakku. Aroma shampo sejak dulu masih sama dan tak berubah. "Bayu, tadi dipanggil Om Rey kok begitu?" Aku mulai bertanya perlahan mungkin ada hubungannya dengan mimpi Bayu kala itu. Ia mengatakan kalau aku tak boleh menikah. "Om Rey akan ambil mama dari Bayu," ucap anakku polos. Tangannya tak berhenti mewarnai. Aku mengernyit heran, apakah ada orang yang berbicara hal tidak-tidak dengannya."Gak mungkin. Kamu anak Mama. Gak ada yang bisa memisahkan kita." Bayu duduk dan menyilangkan kaki. Tatapan polosnya membuatku semakin gemas. "Dulu Papa nikah lagi dan pergi meninggalkan Bayu. Ia memilih T

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Empat Puluh

    Bab 140 Kami mengikuti Om Leo bersama gadis muda. Ia tampak seperti anak kuliahan. Usianya sekitar dua puluh tahun. Om Leo tampak mengusap paha gadis yang mengenakan rok mini itu. Suara manja terdengar di bibirnya. Aku pastikan kalau hasrat Om Leo sedang naik. Mata yang pernah aku lihat ketika ia melihat bagian sensitifku. "Bagaimana aku makan makanan ini kalau pakai masker?" keluh Rey yang sejak tadi menatap makanannya. "Pindah duduk di sini. Mereka tak akan bisa melihat wajahmu." Rey mengikuti apa yang aku sarankan, pria itu makan dengan lahap. Aku mencegah kepalanya agar tak menoleh ke arah Om Leo. "Makan saja jangan tengok-tengok." "Calon istriku luar biasa," pujinya menatapku. Kami memilih duduk di dekat pot besar jadi tubuh Rey tertutup tanaman itu. Om Leo juga tak menyadari kehadiran kami di sini. Rey sudah selesai dengan makanannya. Aku meminta pelayan untuk membungkusnya saja. Segera membayar tagihan restauran dan bangkit dari duduk. "Papa masih di dalam kenapa kita

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Sembilan

    Bab 139Kaki Rey sudah lebih baik, aku selalu menemaninya ke mana saja. Serly sudah pulang ke Indonesia. Sedangkan Tante Aura masih ada urusan di negara ini.Adel sudah kembali ke rumahnya. Aku bahagia melihat keadaan Bundanya Adel. Ia masih mengingatku tak seperti dulu. Ganggu jiwanya sudah sembuh. Adel dan Om Arga saling bekerja sama untuk merawatnya. Mereka Keluarga yang kompak apalagi On Arga mampu menjadi sosok ayah untuk Adel. "Kalau kita sudah menikah kamu mau anak berapa?" tanya Rey ketika kami berjalan-jalan ke taman. Suasana dan cuaca hari ini sangat mendukung kami untuk menikmati keindahan negara Singapura. Rey, masih mengunakan kursi roda. "Nikah aja belum sudah tanya mau anak berapa?" "Ya, namanya rencana masa depan. Jadi harus di perkirakan." "Memangnya kamu sanggup berapa?" Kehentikan langkah di depan air mancur. Aku berdiri tepat di hadapan Rey, kuangkat dagu ke arah pemuda itu. "Kamu mau ronde berapa?" godanya mengerlingkan mata. "Nakal!" Kujewer telinganya p

  • Hadiah Terindah Di Pernikahan Kedua Suami   Seratus Tiga Puluh Delapan

    Bab 138 Aku dan Serly telah berada di bandara Singapura. Reyhan dan teamnya berada di sini. Kami berjalan menuju hotel Reyhan. Sengaja aku tak menghubungi pria itu untuk memberikan sedikit surprise. Langkahku lebih cepat sebelumnya, Serly tampak kelelahan. "Haduh, pelan-pelan bisa gak si Bu Bos?" "Eh, ini udah pelan. Kamu aja pakai sepatu tinggi begitu. Apa gak lelah?" "Ini sepatu pemberian pacarku jadi aku pakai biar ia senang." "Dasar bucin. Kita ini jalan-jalan jauh bukan ke mall atau ke cafe." "Lebih bucin lagi terbang ke luar negeri demi sang kekasih." Aku hanya tertawa pelan, kita berdua memang sama-sama bucin. Kulangkahkan kaki memasuki sebuah hotel mewah. Hotel bintang lima memiliki keindahan yang tak bisa ditandingi. Pemandangan luar biasa bagi para wisatawan. Singapura memiliki ciri khas keindahan sendiri. "Kita akan ke mana?" tanya Serly mengandeng tanganku. "Kita ke kamar hotelnya.""Memang kamu tahu tempatnya?" "Ya ampun, tentu saja tahu. Ayo kita tanya resep

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status