Share

Bab 15

Penulis: Rexa Pariaman
Apa? Waktu kurang dari tujuh hari?

Ekspresi Henry langsung berubah. Dia pun membentak, "Ewan, kamu sadar nggak apa yang kamu katakan? Kalau kamu asal bicara lagi, jangan salahkan aku kalau bertindak kasar!"

"Diam!" Raja Naga memelototi Henry, lalu beralih menatap Ewan dan berkata, "Henry memang begitu, jangan dimasukkan ke hati. Tadi kamu bilang waktuku kurang dari tujuh hari, apa itu berarti kamu sudah tahu penyebab penyakitku?"

"Ya." Ewan mengangguk.

"Apa penyebabnya?" tanya Henry. Baginya, dokter-dokter top saja tak bisa menemukan penyebab penyakit Raja Naga, bagaimana mungkin Ewan bisa?

Ewan menjawab, "Kalau dugaanku benar, Raja Naga keracunan dan racunnya sangat langka."

Ucapan ini membuat ekspresi Raja Naga berubah sedikit. Henry sempat tertegun, lalu berseru, "Gimana kamu bisa tahu?"

Ewan menyahut, "Racun ini sangat jarang ditemukan, berasal dari Wilayah Miro, dikenal sebagai racun kutukan."

Kali ini, bahkan Raja Naga tidak bisa tetap tenang. "Ternyata aku nggak salah pilih orang. Selama sembilan tahun ini, nggak ada satu pun ahli medis yang berhasil menemukan penyebab penyakitku."

"Tapi, kamu hanya melihat sebentar dan sudah bisa tahu aku keracunan. Benar-benar anak muda yang luar biasa!" Raja Naga lanjut bertanya, "Terus, apa lagi yang kamu ketahui?"

Ewan menjawab dengan serius, "Raja Naga, aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan. Mohon dijawab dengan jujur."

"Silakan."

"Setelah terkena racun, awalnya tubuhmu nggak menunjukkan gejala apa pun, tapi sekitar setengah tahun kemudian mulai muncul rasa sakit di perut, 'kan?"

"Betul. Awalnya nggak terasa apa pun, tapi setelah enam bulan, perutku sakit sekali di siang hari. Saat diperiksa ke rumah sakit, hasilnya nihil."

Ewan mengangguk. "Racun kutukan ini bukan racun biasa, melainkan teknik sihir rahasia. Dalam catatan disebutkan bahwa Suku Yer memelihara serangga kutukan, ilmunya sangat rahasia, tak diketahui orang luar."

"Racun ini biasanya tersembunyi dalam darah, sehingga nggak bisa terdeteksi dengan ilmu medis biasa."

"Benar. Dulu Henry bawa aku ke banyak rumah sakit, tapi hasilnya nihil semua."

Ewan melanjutkan, "Setelah enam bulan, perutmu baru sakit di siang hari. Tapi lama-kelamaan, malah jadi malam hari yang terasa sakit, 'kan?"

"Benar!"

"Kemudian, kamu mulai takut dingin, terus merasa kedinginan, seperti berada di ruang es, betul?"

"Ya! Bahkan di puncak musim panas, aku harus pakai pemanas dan tidur pakai selimut tebal."

"Keadaan ini bertahan selama tiga tahun. Setelah itu, tubuhmu jadi sebaliknya, sangat takut panas, 'kan?"

"Benar sekali," Raja Naga mengangguk kuat. "Musim dingin, salju turun lebat, tapi aku tetap pakai kaus dan kipas angin. Meskipun begitu, aku masih merasa gerah."

"Setelah itu, tubuhmu jadi setengah panas setengah dingin. Aku yakin ini baru terjadi belum sampai dua minggu, benar?"

"Benar!"

"Dari pertama kali muncul gejala sakit perut, rasa sakit itu belum pernah berhenti. Terutama dalam setahun terakhir, jadi semakin teratur. Setiap malam jam 12 mulai sakit, berhenti jam 6 pagi. Rasa sakitnya seperti digigit ribuan semut, nggak ada obat yang bisa meredakannya, 'kan?"

"Iya, iya, semua yang kamu bilang benar!"

Pada titik ini, Ewan sudah yakin sepenuhnya mengenai racun yang ada di tubuh Raja Naga.

"Masih ada pertanyaan lain, Ewan?"

"Nggak ada lagi, tapi aku ada satu permintaan kecil. Tolong kerja samanya," sahut Ewan.

"Permintaan apa?"

"Tolong buka bajumu."

"Hah?" Raja Naga menatap Ewan dengan ekspresi aneh.

Melihat ekspresi itu, Ewan tahu Raja Naga salah paham. Dia buru-buru menjelaskan, "Jangan salah paham, aku cuma ingin memastikan racun di tubuhmu."

"Oh, rupanya begitu. Hahaha." Raja Naga tertawa, lalu melepaskan bajunya.

Ewan berjalan ke belakang Raja Naga, menunduk, dan langsung menarik napas dalam-dalam. "Ternyata benar ...," gumamnya.

Punggung Raja Naga terlihat sangat aneh, separuh berwarna merah gelap seperti terbakar, separuh lagi pucat seperti dibekukan. Di tengah punggungnya, ada satu garis urat berwarna ungu yang menonjol, seperti dua ular kecil yang saling melilit, memancarkan aura yang sangat dingin dan menyeramkan.

"Ewan, kamu lihat apa?" tanya Henry yang tidak sabar.

Ewan menjawab dengan wajah serius, "Sekarang aku yakin 100% kalau Raja Naga terkena Racun Ular Yin-Yang!"

"Kamu bisa tahu sampai sejauh itu?" Raja Naga sangat terkejut.

Selama ini, banyak dokter top yang dia temui, tetapi tidak ada yang berhasil menemukan penyebab sakitnya. Di sisi lain, Ewan bukan hanya menemukannya, bahkan bisa menyebutkan jenis racunnya secara tepat. Apa mungkin pemuda ini genius medis?

Raja Naga tentu tidak menyangka Ewan bisa mengetahui semua ini berkat warisan dari leluhur Keluarga Aditya yang tersimpan di pikirannya. Warisan itu sangat luas dan mendalam. Saat berpikir tadi, sebenarnya Ewan sedang mencari gejala yang mirip dengan kondisi Raja Naga.

Akhirnya, dia menemukan catatan tentang Racun Ular Yin-Yang.

Untuk memastikan, Ewan mengajukan beberapa pertanyaan dan memeriksa langsung urat di punggung Raja Naga. Hasilnya sangat cocok.

Racun Ular Yin-Yang adalah jenis racun kutukan yang sangat kejam. Korbannya tidak langsung meninggal, bahkan di awal tampak sehat-sehat saja.

Namun, racun itu akan perlahan menyiksa korban. Dimulai dari rasa dingin, lalu panas, dan akhirnya menghancurkan keseimbangan tubuh, membuat tubuh separuh panas dan separuh dingin. Disertai sakit perut yang terus-menerus, membuat hidup terasa lebih buruk dari kematian.

Sulit dibayangkan bagaimana Raja Naga bisa bertahan selama ini.

Ewan merasa iba. Dia berkata, "Kamu pasti sangat menderita selama ini ya?"

"Iya, sudah sembilan tahun. Setiap kali racunnya kambuh, rasanya perutku seperti disayat. Tapi, nggak ada obat yang bisa menyembuhkan. Untungnya, aku tetap bisa bertahan." Raja Naga tersenyum lega.

Ewan merasa kagum. "Ketekunanmu sungguh luar biasa. Kalau orang lain yang kena, mungkin nggak akan bertahan lebih dari tiga tahun."

"Sejak kecil aku latihan bela diri, tubuhku lebih kuat dari orang biasa. Ewan, kalau kamu bisa tahu jenis racunnya, apa berarti kamu bisa menyembuhkanku?" tanya Raja Naga sambil menatap Ewan dengan penuh harap.

Ewan tersenyum getir. "Aku nggak sehebat itu. Racun Ular Yin-Yang bukan racun biasa. Menetralisasi racun ini sangat sulit."

"Benar-benar nggak ada cara?" Raja Naga tidak menyerah.

Ewan berpikir sejenak, lalu menimpali, "Sebenarnya bukan nggak ada. Tapi ...."

"Tapi apa?"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Darwin
mantap cerita nya lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 218

    Ewan terkejut dan langsung mundur tiga meter ke belakang. Dia menyorotkan senter ke arah yang tadi mengejutkannya. Butuh waktu beberapa saat sebelum dia bisa melihat dengan jelas ... ternyata itu bukan wajah hantu, melainkan wajah manusia.Namun, wajah itu memang tampak menyeramkan.Kulit wajahnya kering keriput, penuh lipatan, dan kedua bola matanya menonjol keluar serta berwarna keputihan, mirip dengan mata ikan mati. Sepasang mata itu menatap Ewan tanpa berkedip, membuat bulu kuduknya berdiri.Ewan lalu menyinari bagian tubuh lainnya. Orang itu duduk di lantai, dengan rambut panjang tak terurus dan mengenakan pakaian yang compang-camping. Dari tubuhnya tercium bau busuk menyengat.Bau itu ... sama persis dengan bau yang berasal dari para korban racun kecubung. Artinya, orang ini juga telah terkena racun kecubung.Di benak Ewan, muncul berbagai pertanyaan.Siapa sebenarnya orang ini? Kenapa dia bisa berada di dalam kepala dewa? Bagaimana dia bisa keracunan kecubung?Ewan melangkah se

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 217

    "Kalian tetap di sini. Lubang itu dipenuhi energi negatif yang sangat pekat. Begitu terkena, akan sangat merepotkan," kata Ewan."Tapi kalau kamu masuk sendirian ....""Tenang saja, aku akan hati-hati."Begitu selesai bicara, Ewan melompat dengan ringan. Dalam sekejap, dia sudah berada di atas kepala dewa, tepat di bagian belakang tengkoraknya yang tingginya lebih dari 10 meter.Jessie melongo takjub. Dia berbisik, "Kapten, kemampuan fisik Pak Ewan hebat sekali, ya?"Ammar juga tampak kaget. Wajahnya penuh keterkejutan saat berkata, "Memang hebat. Kemampuan Ewan rasanya nggak kalah dari para petarung top di Daftar Harimau. Nggak heran kalau Raja Naga merekomendasikan dia kepada kita."Mata Jessie berkilat, lalu dia berkata, "Kapten, aku kepikiran satu hal ... tapi nggak tahu sebaiknya dikatakan atau nggak."Ammar langsung paham maksud Jessie dan menjawab, "Kamu ingin bilang ... merekrut Ewan ke dalam Aula Raja Maut?""Tepat sekali," ucap Jessie. "Pak Ewan bukan hanya jago bela diri, ta

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 216

    Ammar benar-benar terpaku. Tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa di bawah bangunan tempat tinggal ini, akan tergali sebuah patung kepala dewa sebesar ini.Patung kepala dewa itu tingginya lebih dari 10 meter, jauh berbeda dengan patung-patung dewa yang biasa terlihat di vihara. Biasanya, patung dewa tampak teduh dan penuh welas asih. Namun, patung kepala dewa yang satu ini justru memiliki ekspresi yang sangat mengerikan.Terutama bagian matanya yang hitam legam dan hanya dengan satu tatapan saja, sudah bisa membuat seluruh tubuh merinding ketakutan."Astaga ... kenapa bisa ada patung kepala dewa di sini?" tanya Jessie tak percaya.Namun, Ewan sama sekali tidak menggubrisnya. Dia menatap patung kepala dewa itu lekat-lekat, lalu diam-diam membuka mata batinnya. Saat pandangan Ewan berubah, dia melihat bahwa bagian mata patung dewa itu diselimuti kabut hitam.Kabut itu sangat pekat, seakan-akan nyaris membentuk wujud padat dan terus melingkupi mata patung kepala dewa yang tak kunjung

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 215

    "Tadi aku juga memeriksa tanah di bawah tanaman anggur, warnanya hitam pekat," kata Ewan."Jadi, bisa dipastikan seratus persen tempat ini adalah wilayah aura negatif ekstrem yang sangat langka.""Karena tempat ini merupakan wilayah negatif ekstrem, suhu di sini sangat rendah, seperti lemari pendingin alami. Itulah sebabnya, setelah orang-orang itu meninggal, tubuh mereka tidak menunjukkan adanya livor mortis."Ewan menatap Ammar dan Jessie, lalu bertanya, "Setelah kalian pertama kali kembali dari tempat ini, apa kalian mengalami hal-hal aneh? Atau mungkin ada gejala yang dirasakan tubuh kalian?""Ada," jawab Ammar. "Hari itu setelah pulang dari sini, aku diare terus-menerus. Baru kemarin agak membaik."Jessie berkata, "Malam itu aku mimpi buruk semalaman. Rasanya benar-benar menakutkan.""Begitulah. Kalian terkena paparan energi negatif dari tempat ini, jadi wajar kalau tubuh kalian menunjukkan gejala yang tidak nyaman. Tapi untungnya, kalian nggak terlalu lama berada di sini, jadi pa

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 214

    Ewan berdiri di depan sebuah rumah warga, tubuhnya langsung diselimuti rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Bulu kuduknya berdiri dan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh."Waktu ke sini sebelumnya, kalian juga merasa tempat ini sedingin ini?" tanya Ewan."Ya, sebelumnya juga begitu," jawab Jessie. "Tempat ini memang lebih dingin dibanding area lainnya.""Lebih dingin sedikit? Ini jelas seperti lemari es. Ewan, kamu belum tahu ... bagian dalam rumah malah jauh lebih dingin," sahut Ammar."Oh, ya?"Ewan melangkah masuk ke dalam rumah.Begitu masuk, hawa dingin langsung menyerangnya. Rasanya benar-benar seperti berada di dalam ruang pembeku.Padahal, Papandaya adalah kota panas dan sekarang sedang musim panas dengan suhu mendekati 40 derajat. Namun, suhu di dalam rumah ini malah sekitar minus lima derajat.Sangat tidak normal.Diam-diam, Ewan mengerahkan tenaga dalam untuk melawan dingin. Sementara itu, Ammar dan Jessie sudah menggigil kedinginan."Entah kenapa tempat sialan ini b

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 213

    Ewan menunjuk ke arah jenazah-jenazah di tanah dan melanjutkan, "Selain itu, siapa pun yang terkena racun kecubung, menjelang ajalnya akan mengalami halusinasi hebat seakan melihat hal paling mengerikan yang pernah mereka hadapi dalam hidup.""Itulah sebabnya semua jenazah ini meninggal dalam keadaan mata membelalak dan wajah penuh ketakutan.""Aku pernah dengar, bunga kecubung sudah punah total sejak ratusan tahun yang lalu," lanjutnya. "Lalu bagaimana mungkin orang-orang ini bisa terpapar racunnya?"Ewan menambahkan, "Sejauh yang aku tahu ... sampai saat ini, racun kecubung belum ada penawarnya.""Apa?!" Ammar dan Jessie langsung menunjukkan ekspresi ngeri di wajah mereka."Awalnya, mayat-mayat ini disimpan di ruang pendingin dengan suhu yang sangat rendah, jadi racunnya tidak menyebar keluar. Tapi setelah dijemur di bawah sinar matahari, racun itu akhirnya aktif sepenuhnya. Itulah sebabnya tubuh mereka berubah menjadi hitam."Ewan berkata lagi, "Sekarang, setiap inci kulit dan pori-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status