Share

Bab 14

Author: Rexa Pariaman
Ewan terkejut, lalu mendongak memandang Raja Naga.

Wajah Raja Naga tampak sehat dan merona, tubuhnya penuh tenaga, tidak terlihat seperti seseorang yang akan mati. Ewan buru-buru berkata, "Raja Naga, jangan bercanda. Menurutku, tubuhmu sangat sehat."

"Aku nggak bercanda, aku benar-benar hampir mati," timpal Raja Naga dengan ekspresi serius.

"Aku ini cuma dokter kecil, masih dalam masa magang. Kalau kamu benar-benar menderita penyakit serius, aku pasti nggak bisa menyembuhkannya!"

Ewan hampir menyesal setengah mati. Jika dia tahu akan terjebak dalam situasi seperti ini, mati pun dia tidak akan datang ke tempat ini.

Orang tua di depannya ini adalah tokoh besar di dunia mafia Papandaya! Kalau dia tidak berhasil mengobati, bisa-bisa nyawanya jadi taruhannya.

"Aku yakin kamu bisa menyembuhkanku," kata Raja Naga.

Ewan tersenyum pahit. "Jujur saja, aku sendiri bahkan nggak percaya pada kemampuanku sendiri."

"Ewan, kamu masih muda. Anak muda harus percaya diri." Raja Naga tersenyum. "Apa kamu tahu kenapa aku mencarimu?"

Ewan menggeleng. Dia heran, kenapa ada begitu banyak dokter terkenal, tetapi malah dirinya yang tidak punya reputasi ini diminta mengobati Raja Naga? Jangan-jangan ... Raja Naga punya masalah kejiwaan?

Raja Naga tampaknya bisa membaca pikiran Ewan. Dia bertanya sambil tersenyum, "Kamu pikir aku gila ya?"

"Aku nggak berani berpikir seperti itu."

"Alasan utama aku memanggilmu ke sini adalah karena saat pertemuan kemarin, kamu bertanya apakah aku sakit. Masih ingat?"

"Ingat." Ewan ingin menampar dirinya sendiri. Kalau tahu begini, kemarin dia tidak akan asal bicara.

"Selama sembilan tahun ini, aku sudah menemui begitu banyak dokter hebat. Tak satu pun yang bisa melihat kalau aku sakit. Tapi kamu, hanya dengan sekali pandang, sudah bisa mengatakan aku sakit. Karena itu, aku percaya kamu bisa menyembuhkanku."

Ewan tersenyum getir. "Raja Naga, jujur saja, kemarin aku hanya asal bicara ...."

"Asal bicara, tapi bisa tahu aku sakit. Itu justru menunjukkan keahlianmu yang luar biasa."

Luar biasa apanya? Kalau benar hebat, masa dia dipindahkan ke pos perawat?

Ewan membulatkan tekad, penyakit ini tidak bisa dia obati. Raja Naga bukan orang biasa. Kalau terjadi kesalahan, mungkin dia akan mati mendadak.

Walaupun impiannya adalah menjadi dokter paling mulia di dunia, itu semua tak ada artinya kalau nyawanya melayang!

Setelah berpikir demikian, Ewan berkata, "Raja Naga, kamu terlalu melebihkan-lebihkan kemampuanku. Aku ini cuma dokter magang dan baru hari ini dipindahkan ke pos perawat. Mungkin dua hari lagi, aku akan dipecat dari rumah sakit. Aku benar-benar nggak sanggup mengobatimu, sebaiknya cari dokter lain yang lebih hebat."

"Jadi, kamu menolakku?" Senyuman di wajah Raja Naga perlahan menghilang.

Ewan terdiam. Diam berarti iya.

"Kamu tahu, gimana akhir dari orang-orang yang menolakku sebelumnya?"

"Gimana?"

"Henry, kamu yang jawab."

Henry menatap Ewan dan berkata, "Orang-orang yang pernah menolak Raja Naga, semuanya sudah kulempar ke sungai untuk jadi makanan ikan."

Hiiisss .... Ewan menarik napas dalam-dalam. Wajahnya langsung pucat. "Raja Naga, tolong jangan menakutiku begini. Aku ini penakut."

"Aku nggak menakutimu. Sudah bertahun-tahun nggak ada yang berani menolakku." Raja Naga berdiri dengan tangan di belakang punggung, membelakangi Ewan, lalu meneruskan, "Aku memanggilmu karena aku percaya kamu punya kemampuan untuk menyembuhkanku."

"Asal kamu bisa menyembuhkanku, aku bisa memberikan kemewahan dan kehormatan yang tak habis kamu nikmati. Di Papandaya ini, kamu akan jadi orang besar."

"Kalau kamu nggak bisa menyembuhkanku ...." Raja Naga tiba-tiba berhenti berbicara.

"Kalau nggak bisa, kamu akan membunuhku?" tanya Ewan dengan gugup.

"Kamu takut mati?" Raja Naga balik bertanya.

"Takut." Ewan berpikir, 'Siapa sih yang nggak takut mati?'

"Kalau kamu takut mati, lakukanlah yang terbaik untuk menyembuhkanku. Karena aku juga takut mati."

Mendengar ini, Ewan sadar bahwa tidak ada jalan mundur. Dia harus mengobati Raja Naga. Kalau tidak, nyawanya dalam bahaya!

"Biar aku periksa kondisimu dulu ya," kata Ewan.

"Kamu bersedia mengobatiku?" tanya Raja Naga.

'Tentu saja! Kalau nggak, aku bisa mati! Mana berani aku menolak!' batin Ewan. Untuk pertama kalinya, Ewan merasa profesi dokter adalah pekerjaan penuh risiko tinggi.

Raja Naga tertawa. "Ewan, kamu takut ya?"

"Nggak," jawab Ewan dengan keras kepala.

Raja Naga tertawa keras. "Henry nggak bohong padamu. Orang-orang yang menolakku memang sudah jadi makanan ikan, tapi nggak satu pun dari mereka adalah dokter."

Ewan merasa dirinya masuk perangkap.

Raja Naga meneruskan, "Orang-orang yang kubunuh itu pantas mati. Dokter itu menyelamatkan nyawa, membunuh mereka akan membuatku berdosa."

"Raja Naga, jujur saja, aku sama sekali nggak tahu kondisi penyakitmu. Aku juga nggak yakin bisa menyembuhkanmu," ucap Ewan.

Raja Naga tersenyum. "Ewan, kalau kamu sudah berusaha semaksimal mungkin dan tetap gagal, aku nggak akan menyalahkanmu. Itu berarti ajal memang sudah datang, Tuhan sudah memanggilku."

"Kalau begitu, aku mulai periksa sekarang."

"Oke." Raja Naga duduk. "Apa yang harus aku lakukan?"

"Cukup ikuti instruksiku." Usai mengatakan itu, Ewan menatap wajah Raja Naga dan mengamatinya dengan saksama.

Kemarin saat bertemu Raja Naga, Ewan sudah merasa bahwa ada yang salah dengan tubuh orang tua ini, seperti ada penyakit serius tersembunyi. Namun, karena Raja Naga menyangkal, Ewan tidak memeriksanya lebih lanjut.

Setelah mengamati cukup lama, Ewan mengernyit. Wajah Raja Naga tampak sehat, tatapannya penuh semangat. Dari ekspresinya, dia tidak terlihat sakit, bahkan terlihat jauh lebih sehat dari sebagian besar orang.

"Aneh ...," gumam Ewan. "Raja Naga, kemarikan tangan kananmu."

Raja Naga mengulurkan tangan kanannya. Begitu Ewan memegang pergelangan tangan Raja Naga, dia langsung terkejut, seolah-olah memegang es batu.

Tangan Raja Naga sangat dingin, seperti baru dikeluarkan dari ruang pendingin. Dingin yang menembus sampai ke tulang membuat Ewan menggigil.

Ewan merasa kasihan kepada orang tua ini. Bagaimana dia bisa bertahan selama ini? Dia menutup mata dan meraba denyut nadi Raja Naga dengan hati-hati.

Anehnya, denyut nadinya normal, tidak tampak ada gejala penyakit sama sekali. Ewan kembali mengernyit. "Raja Naga, sekarang tangan kirimu."

Raja Naga memberikan tangan kirinya. Kali ini berbeda total. Tangan kirinya panas seperti bara api. Saat dipegang, rasanya seperti menggenggam arang yang menyala, membuat telapak tangannya terasa terbakar.

Ewan kembali meraba denyut nadinya. Anehnya, denyut nadi masih tetap stabil, tidak ada tanda-tanda penyakit. Bagaimana bisa begini?

"Ewan, gimana?" tanya Raja Naga sambil tersenyum.

"Biar kupikirkan dulu." Ewan mengernyit. Setelah merenung sepuluh menit, tiba-tiba dia berkata, "Aku tahu jawabannya!"

"Apa itu?" tanya Raja Naga langsung.

"Kamu sakit parah dan waktumu nggak akan lebih dari tujuh hari lagi!"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 218

    Ewan terkejut dan langsung mundur tiga meter ke belakang. Dia menyorotkan senter ke arah yang tadi mengejutkannya. Butuh waktu beberapa saat sebelum dia bisa melihat dengan jelas ... ternyata itu bukan wajah hantu, melainkan wajah manusia.Namun, wajah itu memang tampak menyeramkan.Kulit wajahnya kering keriput, penuh lipatan, dan kedua bola matanya menonjol keluar serta berwarna keputihan, mirip dengan mata ikan mati. Sepasang mata itu menatap Ewan tanpa berkedip, membuat bulu kuduknya berdiri.Ewan lalu menyinari bagian tubuh lainnya. Orang itu duduk di lantai, dengan rambut panjang tak terurus dan mengenakan pakaian yang compang-camping. Dari tubuhnya tercium bau busuk menyengat.Bau itu ... sama persis dengan bau yang berasal dari para korban racun kecubung. Artinya, orang ini juga telah terkena racun kecubung.Di benak Ewan, muncul berbagai pertanyaan.Siapa sebenarnya orang ini? Kenapa dia bisa berada di dalam kepala dewa? Bagaimana dia bisa keracunan kecubung?Ewan melangkah se

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 217

    "Kalian tetap di sini. Lubang itu dipenuhi energi negatif yang sangat pekat. Begitu terkena, akan sangat merepotkan," kata Ewan."Tapi kalau kamu masuk sendirian ....""Tenang saja, aku akan hati-hati."Begitu selesai bicara, Ewan melompat dengan ringan. Dalam sekejap, dia sudah berada di atas kepala dewa, tepat di bagian belakang tengkoraknya yang tingginya lebih dari 10 meter.Jessie melongo takjub. Dia berbisik, "Kapten, kemampuan fisik Pak Ewan hebat sekali, ya?"Ammar juga tampak kaget. Wajahnya penuh keterkejutan saat berkata, "Memang hebat. Kemampuan Ewan rasanya nggak kalah dari para petarung top di Daftar Harimau. Nggak heran kalau Raja Naga merekomendasikan dia kepada kita."Mata Jessie berkilat, lalu dia berkata, "Kapten, aku kepikiran satu hal ... tapi nggak tahu sebaiknya dikatakan atau nggak."Ammar langsung paham maksud Jessie dan menjawab, "Kamu ingin bilang ... merekrut Ewan ke dalam Aula Raja Maut?""Tepat sekali," ucap Jessie. "Pak Ewan bukan hanya jago bela diri, ta

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 216

    Ammar benar-benar terpaku. Tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa di bawah bangunan tempat tinggal ini, akan tergali sebuah patung kepala dewa sebesar ini.Patung kepala dewa itu tingginya lebih dari 10 meter, jauh berbeda dengan patung-patung dewa yang biasa terlihat di vihara. Biasanya, patung dewa tampak teduh dan penuh welas asih. Namun, patung kepala dewa yang satu ini justru memiliki ekspresi yang sangat mengerikan.Terutama bagian matanya yang hitam legam dan hanya dengan satu tatapan saja, sudah bisa membuat seluruh tubuh merinding ketakutan."Astaga ... kenapa bisa ada patung kepala dewa di sini?" tanya Jessie tak percaya.Namun, Ewan sama sekali tidak menggubrisnya. Dia menatap patung kepala dewa itu lekat-lekat, lalu diam-diam membuka mata batinnya. Saat pandangan Ewan berubah, dia melihat bahwa bagian mata patung dewa itu diselimuti kabut hitam.Kabut itu sangat pekat, seakan-akan nyaris membentuk wujud padat dan terus melingkupi mata patung kepala dewa yang tak kunjung

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 215

    "Tadi aku juga memeriksa tanah di bawah tanaman anggur, warnanya hitam pekat," kata Ewan."Jadi, bisa dipastikan seratus persen tempat ini adalah wilayah aura negatif ekstrem yang sangat langka.""Karena tempat ini merupakan wilayah negatif ekstrem, suhu di sini sangat rendah, seperti lemari pendingin alami. Itulah sebabnya, setelah orang-orang itu meninggal, tubuh mereka tidak menunjukkan adanya livor mortis."Ewan menatap Ammar dan Jessie, lalu bertanya, "Setelah kalian pertama kali kembali dari tempat ini, apa kalian mengalami hal-hal aneh? Atau mungkin ada gejala yang dirasakan tubuh kalian?""Ada," jawab Ammar. "Hari itu setelah pulang dari sini, aku diare terus-menerus. Baru kemarin agak membaik."Jessie berkata, "Malam itu aku mimpi buruk semalaman. Rasanya benar-benar menakutkan.""Begitulah. Kalian terkena paparan energi negatif dari tempat ini, jadi wajar kalau tubuh kalian menunjukkan gejala yang tidak nyaman. Tapi untungnya, kalian nggak terlalu lama berada di sini, jadi pa

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 214

    Ewan berdiri di depan sebuah rumah warga, tubuhnya langsung diselimuti rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Bulu kuduknya berdiri dan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuh."Waktu ke sini sebelumnya, kalian juga merasa tempat ini sedingin ini?" tanya Ewan."Ya, sebelumnya juga begitu," jawab Jessie. "Tempat ini memang lebih dingin dibanding area lainnya.""Lebih dingin sedikit? Ini jelas seperti lemari es. Ewan, kamu belum tahu ... bagian dalam rumah malah jauh lebih dingin," sahut Ammar."Oh, ya?"Ewan melangkah masuk ke dalam rumah.Begitu masuk, hawa dingin langsung menyerangnya. Rasanya benar-benar seperti berada di dalam ruang pembeku.Padahal, Papandaya adalah kota panas dan sekarang sedang musim panas dengan suhu mendekati 40 derajat. Namun, suhu di dalam rumah ini malah sekitar minus lima derajat.Sangat tidak normal.Diam-diam, Ewan mengerahkan tenaga dalam untuk melawan dingin. Sementara itu, Ammar dan Jessie sudah menggigil kedinginan."Entah kenapa tempat sialan ini b

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 213

    Ewan menunjuk ke arah jenazah-jenazah di tanah dan melanjutkan, "Selain itu, siapa pun yang terkena racun kecubung, menjelang ajalnya akan mengalami halusinasi hebat seakan melihat hal paling mengerikan yang pernah mereka hadapi dalam hidup.""Itulah sebabnya semua jenazah ini meninggal dalam keadaan mata membelalak dan wajah penuh ketakutan.""Aku pernah dengar, bunga kecubung sudah punah total sejak ratusan tahun yang lalu," lanjutnya. "Lalu bagaimana mungkin orang-orang ini bisa terpapar racunnya?"Ewan menambahkan, "Sejauh yang aku tahu ... sampai saat ini, racun kecubung belum ada penawarnya.""Apa?!" Ammar dan Jessie langsung menunjukkan ekspresi ngeri di wajah mereka."Awalnya, mayat-mayat ini disimpan di ruang pendingin dengan suhu yang sangat rendah, jadi racunnya tidak menyebar keluar. Tapi setelah dijemur di bawah sinar matahari, racun itu akhirnya aktif sepenuhnya. Itulah sebabnya tubuh mereka berubah menjadi hitam."Ewan berkata lagi, "Sekarang, setiap inci kulit dan pori-

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status