Share

Bab 5

Author: Rexa Pariaman
Ketika Ewan pulang ke rumah, ibunya, sudah selesai memasak.

Begitu melihat Ewan dalam keadaan basah kuyup, ibunya terkekeh-kekeh sembari bertanya, "Ewan, kenapa badanmu basah kuyup? Nggak mungkin jatuh ke Danau Anggrek, 'kan?"

"Ibu memang hebat bisa tahu itu," kata Ewan takjub.

"Benaran jatuh ke Danau Anggrek?" tanya ibu Ewan. Ekspresinya berubah menjadi serius. Dia bertanya lagi, "Cepat ceritakan pada Ibu. Apa yang terjadi?"

Ewan menceritakan kejadian saat dirinya menolong seseorang di Danau Anggrek.

Selesai mendengarnya, ibu Ewan mengangguk dan memuji, "Yang kamu lakukan sudah benar. Jasa menolong orang lebih besar dari kebaikan apa pun. Tapi, Ewan, ke depannya kalau menghadapi situasi seperti itu lagi, kamu harus berhati-hati dan memperhatikan keselamatanmu."

"Aku mengerti," balas Ewan.

"Cepat ganti pakaian bersih, lalu makan," tutur ibu Ewan.

"Baik," sahut Ewan.

Ibunya Ewan bernama Aruna Chandra. Dia berasal dari Soharia. Ewan hanya tahu sedikit tentang latar belakang ibunya. Dia hanya pernah mendengar samar-samar dari ibunya dulu, bahwa ibunya terlahir dari sebuah keluarga terpandang.

Mengenai seberapa besar keluarga itu, Ewan tidak tahu dan tidak ingin tahu. Bahkan, di dalam lubuk hatinya, dia sangat membenci keluarga itu. Jika bukan karena keluarga itu tidak berperasaan dan mengusir Aruna, kehidupan Ewan dan ibunya tidak akan semenderita ini.

Tentu saja, jika dibandingkan dengan keluarga ibunya, Ewan lebih membenci ayahnya. Selama bertahun-tahun, ayahnya tidak pernah mengunjungi mereka. Pria itu sama sekali tidak peduli dengan hidup Aruna dan Ewan.

Menurut Ewan, pria yang sangat tidak bertanggung jawab seperti itu tidak pantas hidup di dunia ini.

Selama ini, Aruna telah menanggung banyak penderitaan membesarkan Ewan seorang diri. Bahkan di usianya yang baru 40-an tahun, rambut di pelipisnya sudah memutih.

Ketika makan, Ewan beberapa kali hendak berbicara, tetapi akhirnya dia mengurungkan niatnya. Dia sangat ingin bertanya sebenarnya siapa ayah kandungnya. Namun, begitu melihat rambut putih di pelipis Aruna dan kerutan jelas di ujung matanya, Ewan menahan diri.

"Ewan, kenapa akhir-akhir ini Ibu nggak melihat Mona? Apa kalian bertengkar?" tanya Aruna.

"Kami nggak bertengkar. Dia cuma sibuk kerja," jawab Ewan berbohong. Dia tidak berani berterus terang kepada Aruna bahwa Mona mengkhianatinya.

Di dalam hatinya, Aruna sudah menganggap Mona sebagai menantunya sejak awal. Jika tahu Mona mengkhianati Ewan, takutnya Aruna akan emosi sampai pingsan.

"Ewan, lain kali ajak Mona makan di rumah, ya. Ada yang mau Ibu katakan padanya," tutur Aruna.

Ewan menatap Aruna dengan bingung seraya bertanya, "Ibu mau bilang apa padanya?"

"Apa lagi? Tentu saja pernikahan kalian," sahut Aruna.

Aruna tersenyum sembari melanjutkan, "Sejak lulus kuliah sampai sekarang, kalian sudah berpacaran dua tahun. Hubungan kalian juga sangat stabil. Ibu pikir mau cari kesempatan untuk bertemu orang tua Mona dan tetapkan pernikahan kalian. Menurutmu gimana?"

"Menurutku nggak dulu," jawab Ewan. Dia bergumam dalam hati sebelum berkata, "Ibu, aku dan Mona baru lulus. Pekerjaan kami belum stabil. Nggak buru-buru menikah."

"Kenapa nggak buru-buru? Putra Bibi Widya yang tinggal di sebelah rumah kita seumuran denganmu. Dia saja sudah punya anak," timpal Aruna.

Aruna membujuk, "Kamu patuh saja pada Ibu. Lain kali ajak Mona makan di rumah. Biar Ibu bicara dengannya."

Ewan seketika merasa pusing. Selesai makan, dia segera tidur lebih awal.

Meski sudah berbaring di tempat tidur, entah mengapa Ewan tidak bisa terlelap. Semua hal yang terjadi hari ini seolah-olah film yang terus berputar di dalam benaknya. Begitu memikirkan Mona berselingkuh dengan Dylan, Ewan sangat marah.

"Suatu hari nanti, aku akan memberitahumu kalau mengkhianatiku itu kesalahan terbesar dalam hidupmu," gumam Ewan. Lantaran tidak bisa tidur, lebih baik mencerna semua hal yang ada di dalam benaknya.

Warisan leluhur Keluarga Aditya bukan hanya "Kitab Jimat Akademi Sidoar", tetapi juga ada teknik medis, seni bela diri, teknik kultivasi, ilmu rahasia strategi, dan sebagainya. Ewan memejamkan mata dan mulai melatih semua hal itu.

....

Semalam berlalu. Ketika membuka mata pada pagi hari, Ewan bukan hanya tidak merasa lelah, sebaliknya merasa segar. Sekujur tubuhnya seakan-akan memiliki energi yang tidak ada habisnya.

Setelah makan sarapan, Ewan pergi ke pos perawat untuk mulai bertugas.

Rumah Sakit Papandaya adalah rumah sakit besar. Ada lebih dari 30 orang di pos perawat. Sebagian besar adalah paman dan bibi berusia sekitar 40 sampai 50 tahun. Ewan satu-satunya perawat muda.

Begitu tiba di pos perawat, Ewan melihat dua orang bibi sedang menyeka air mata.

"Apa yang terjadi?" tanya Ewan pada paman di samping.

Paman itu menjelaskan, "Dimarahi pasien. Kemarin, ada satu pasien yang dirawat di ruang perawatan khusus nomor 301. Temperamennya sangat buruk. Sudah ganti 4 perawat dan semuanya dimarahi habis-habisan. Dia sangat susah ditangani."

Ketika mereka sedang berbicara, kepala perawat yang mengurus pos perawat melihat Ewan. Katanya, "Ewan, kamu pergi ke ruang perawatan khusus nomor 301."

Jantung Ewan seketika berdetak kencang. Dia menengadah menatap kepala perawat sekilas.

"Apa lihat-lihat? Cepat pergi! Kalau pasien mengajukan keluhan terhadapmu, siap-siap dipecat!" bentak kepala perawat dengan galak.

"Baik," sahut Ewan sebelum berbalik pergi.

Kala ini, terdengar suara kepala perawat dari belakang. Dia menyindir, "Memangnya siapa kamu? Beraninya singgung Pak Dylan. Benar-benar nggak tahu diri."

Ewan tidak menanggapi dan langsung menuju ruang perawatan khusus nomor 301. Begitu masuk, dia melihat seorang pasien wanita sedang duduk di atas tempat tidur. Terlintas kilatan kekaguman di matanya karena wanita itu benar-benar sangat seksi.

Wanita itu mengenakan kemeja ungu muda berlengan tiga perempat. Kerahnya sangat rendah hingga memperlihatkan payudaranya yang putih dan mulus dengan semburat kemerahan pada kulitnya. Payudaranya bergetar lembut saat dia bergerak.

Selain itu, pinggang wanita itu ramping. Meski sedang duduk di tempat tidur, lekuk tubuhnya yang sempurna juga bisa terlihat dari samping.

Yang paling memikat adalah kaki kirinya diletakkan di luar selimut. Panjang dan lurus. Kulitnya yang putih mulus dan kaki mungilnya yang sempurna membuat orang terbayang-bayang. Dengan bentuk badan dan kulit sebagus ini, sebenarnya wajah seperti apa yang cocok untuknya?

Ewan tanpa sadar melihat wajah wanita itu. Tepat pada saat ini, wanita itu juga menyadari keberadaan Ewan. Tatapan mereka bertemu.

Pada detik ini, napas Ewan berhenti. Hanya satu hal yang ada di dalam benaknya. Bagaimana bisa ada wanita semenawan ini di dunia?

Wanita itu berusia sekitar 30 tahun. Dia memiliki rambut hitam panjang, wajah tirus, mata bulat, dan pesona alami yang membuat orang tak bisa menahan diri untuk memikirkan satu hal. Dia terlihat seperti wanita penggoda.

"Siapa kamu? Untuk apa kemari?" tanya wanita itu. Suaranya sangat merdu, tetapi nada bicaranya sangat dingin.

Ewan tersadar dari lamunannya. Dia menimpali dengan malu-malu, "Halo, aku perawat baru."

"Perawat?" tanya wanita itu. Setelah mengamati Ewan sejenak, dia bertanya lagi, "Mana kartu identitasmu?"

Ewan buru-buru mengeluarkan kartu identitasnya.

Wanita itu melirik sekilas kartu identitas perawat milik Ewan, lalu bertanya, "Apa yang tadi kamu lihat?"

Wajah Ewan memerah. Dia berkata dalam hati, 'Nggak mungkin bilang aku sedang lihat kamu, 'kan?'

Tidak disangka, wanita itu mengatakannya sendiri. Dia bertanya lagi, "Apa tadi kamu sedang lihat aku?"

Ewan terpaksa mengangguk.

"Kalau begitu, apa aku cantik?" tanya wanita itu sambil mengedipkan mata dengan genit.

"Cantik!" sahut Ewan.

Wanita itu lanjut bertanya, "Terus, menurutmu bagian mana yang paling menarik dariku? Wajahku atau ...." Dia tidak menyelesaikan ucapannya dan tiba-tiba melakukan gerakan yang membuat jantung Ewan berdebar-debar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Lucky Dorkas
lemah lembut
goodnovel comment avatar
M Agus Herwanto
mantaaap sederhana
goodnovel comment avatar
M Agus Herwanto
cerita apik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 508

    Bagian Pengobatan Tradisional.Ruang praktik dokter.Hari ini akhir pekan, Eko dan Mini sedang libur, hanya Betandi yang berjaga di ruang praktik.Ewan baru saja sampai di pintu, dia langsung melihat seorang ibu-ibu berusia sekitar 50-an sedang memohon dengan suara bergetar, "Dokter, kumohon, tolong periksa penyakit saya.""Aku tadi sudah bilang, 'kan? Kalau mau berobat ke aku, harus daftar nomor antrean dulu. Kamu bahkan belum daftar, gimana aku bisa periksa?"Betandi memegang ponselnya dengan kedua tangan sambil asyik bermain gim. Dia bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arah ibu itu."Dokter, saya nggak bisa daftar lewat ponsel, saya ....""Aduh, kamu ini nyebelin banget ya! Daftar saja nggak bisa, mau periksa apa!"Sikap Betandi sangat buruk.Mendengar ucapan itu, wajah Ewan langsung menggelap."Dokter, saya tinggal di desa. Sekali ke rumah sakit butuh tiga jam perjalanan, sangat merepotkan. Tolong, saya mohon periksa saya." Ibu itu terus memohon.Ewan melirik sekilas. Wajah ibu itu

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 507

    "Kamar Dagang Quora sebesar itu, nggak mungkin nggak ada masalah. Dengan begitu, nanti aku bisa punya alasan yang sah untuk menyingkirkan Hiram.""Ewan, kalau Hiram sudah disingkirkan, siapa yang akan jadi ketua?" tanya Abyaz.Orang pertama yang terlintas di kepala Ewan adalah Lisa. Pertama, Lisa punya bakat dagang. Kedua, Lisa adalah wanitanya, jadi dia sangat percaya. Hanya saja, yang membuatnya ragu adalah Lisa mungkin tidak punya cukup waktu dan tenaga.Ewan berpikir sejenak, lalu berkata kepada Abyaz, "Untuk sementara aku belum ada kandidat yang cocok. Kamu bantu awasi dulu.""Siap."Dua puluh menit kemudian, mobil mereka sampai di Rumah Sakit Papandaya.Dari kejauhan, Ewan sudah melihat Neva berdiri di depan pintu rumah sakit.Hari ini, Neva berbeda dari biasanya. Dia tidak mengenakan setelan kerja atau jas dokter putihnya, melainkan sebuah gaun hitam ketat. Pinggangnya ramping, sepasang kakinya jenjang dan lurus, menampilkan lekuk tubuh yang sempurna.Ewan juga memperhatikan, ri

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 506

    Ewan berdiri terpaku di tempat. Mona sudah pergi. Bersamaan dengan itu, perasaan cinta yang dulunya paling murni dan tulus juga telah sirna.Ewan tahu, ada orang dan ada hal yang pada akhirnya akan hanyut seiring waktu dan takkan pernah kembali lagi .... Segala dendam dan emosi antara dirinya dan Mona pun berakhir sampai di sini!"Bu, apa aku terlalu lembut hati?" Ewan bertanya lirih.Tadi dia memang sempat muncul niat membunuh, tapi di detik terakhir, dia tetap tidak tega dan akhirnya memilih memberi Mona jalan hidup."Nak, yang kamu lakukan sudah benar." Aruna menjawab dengan sungguh-sungguh, "Bagaimanapun, dulu kalian pernah saling mencintai. Meski dia melakukan banyak kesalahan, kamu nggak boleh jadi orang yang kejam.""Kalau dipikir-pikir, kamu malah harus berterima kasih pada Mona. Kalau bukan karena pengkhianatannya, kamu nggak akan tumbuh secepat ini."Memang benar, jika Mona tidak mengkhianatinya, mungkin Ewan tidak akan menjadi dirinya yang sekarang."Sudahlah, jangan bahas d

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 505

    "Kamu masih punya satu kebodohan lagi, yaitu menjilat Laksh untuk menindasku, heh ...."Ewan tersenyum tipis, "Kamu tahu bagaimana Laksh mati?""Dia meninggal karena kecelakaan mobil ...." Ucapan Mona belum selesai, Ewan sudah melontarkan tiga kata."Aku yang bunuh.""Apa!"Mona menggeleng dengan keras, "Nggak mungkin! Itu nggak mungkin! Aku lihat sendiri beritanya, Pak Laksh mati karena kecelakaan mobil.""Kalau kecelakaan itu aku yang atur?" Ewan tersenyum.Dalam sekejap, Mona sontak merinding. Dia merasakan senyum Ewan seperti senyum iblis yang menakutkan. Ewan sudah berubah. Bukan hanya asing dan kuat, tapi juga jadi menakutkan sampai ke tingkat ekstrem.Mungkin di dunia ini, semua hal akan berbalik arah ketika mencapai titik ekstrem. Dalam rasa ketakutan yang memuncak, Mona tiba-tiba bangkit dari lantai dan menunjuk Ewan dengan histeris sambil memaki."Kamu bajingan, kamu penipu!""Kamu penipu besar!""Kamu jelas-jelas kaya raya, tapi kamu nggak kasih tahu aku, membuatku hanya bis

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 504

    Mendengar Ewan berkata akan menuntut balas padanya, hati Mona langsung panik. Sambil mundur dia terus berkata, "Jangan bunuh aku, jangan bunuh aku ...."Tiba-tiba, dia berbalik dan lari."Kamu kira bisa lari?" Ewan mendengus dingin.Abyaz segera melompat maju. Dalam beberapa langkah saja, dia sudah menangkap Mona dan menyeret Mona kembali.Bugh!Abyaz melemparkan Mona ke depan Ewan, lalu bertanya, "Ewan, mau kita gimanakan wanita ini? Tenggelamkan ke sungai, atau kubur hidup-hidup?"Mona ketakutan sampai menangis tersedu-sedu. Dia berlutut di hadapan Ewan dan memohon, "Kumohon, jangan bunuh aku, jangan bunuh aku ... huhuhu ....""Diam!" Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Mona, disertai bentakan bengis Ewan. Mona langsung terdiam, tidak berani lagi menangis dengan keras."Aku harus akui, dulu aku memang menyukaimu. Bahkan, aku sempat membayangkan kita akan menikah, lalu kamu menemaniku berbakti pada ibuku. Tapi aku nggak pernah menyangka, demi sebuah status pegawai tetap, kamu tega

  • Dokter Sakti Penguasa Dunia   Bab 503

    "Bos Ewan, maafkan aku. Aku benar-benar keliru, aku salah."Dug! Dug! Dug! Vadel berulang kali menghantamkan kepalanya ke lantai, takut sekali kalau Ewan sampai mengambil nyawanya. Hiram juga panik dan buru-buru berkata, "Bos Ewan, salahku yang nggak bisa menjaga adikku. Tolong lepaskan dia, kumohon."Aruna sempat membuka mulut, awalnya dia ingin membujuk Ewan agar tidak membunuh orang. Namun teringat ucapan Ewan tadi bahwa dia tidak boleh ikut campur urusan Organisasi Draken, akhirnya dia kembali terdiam.Beberapa saat kemudian, barulah Ewan membuka suara. "Hari ini, aku nggak akan membunuhmu."Mendengar itu, Aruna menghela napas lega. Hiram dan Vadel juga sama. Mereka langsung menghela napas panjang, seolah beban besar di pundaknya telah terangkat.Ewan kembali duduk di kursi, menatap Vadel sambil berkata, "Hari ini kamu bisa selamat, karena dua orang.""Yang pertama, ibuku. Ibuku berhati baik dan selalu menjunjung kebaikan, jadi aku nggak akan membunuh orang di depannya.""Yang ked

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status