Share

Bab 6

"Darimana saja kau ini? Aku telah lelah mencarimu sedari tadi, apakah kau sengaja membuatku susah, huh?"Shikha mencecar wanita itu dengan banyak pertanyaan, wanita itu gelagapan, ia bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu. Clay menggiring Shikha untuk duduk dipantry, menyuruhnya untuk mengatur nafas sebelum kembali mencecarnya lagi.

"Katakan padaku, darimana saja kau ini?"tanya Shikha kembali setelah dirinya lebih tenang.

"Aku hanya pergi ke dapur sebentar untuk membuat secangkir kopi arabica, agar aku tidak lagi mengantuk dan agar suamimu tercinta itu tidak mengamuk padaku karena kinerjaku mulai menurun sekarang."jawab Clay, ia mulai menyeruput kopi yang masih panas itu dengan perlahan. Clay adalah sahabat Shikha sedari kecil, mereka sama-sama hidup di panti asuhan, Clay belum mengetahui jika pria yang dinikahi sahabatnya sendiri telah berlaku kasar selama ini. 

"Aku ingin meminta bantuanmu."kata Shikha penuh keyakinan.

"Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu kali ini?"tanya Clay.

"Kau mengenal pria yang bernama Danielle, bukan?"pertanyaan itu sontak membuat raut wajah Clay berubah, sorot mata Clay menyimpan seribu kebencian kepada lelaki itu.

"Aku ingin kau, menemuinya besok."Clay mengernyit dahi, apa maksud sahabatnya ini? Apakah Shikha ingin membuat rasa kebencian dalam diri Clay semakin membuncah?

"Mengapa harus menemuinya, Shikha? Aku sungguh muak melihat wajahnya, bahkan mendengar namanya saja aku sudah benci padanya."tegas Clay.

"Kumohon, bantu aku kali ini, Clay. Aku tak tahu lagi, dengan siapa aku ingin meminta pertolongan selain dirimu."pinta Shikha dengan mata berbinar, Clay menghela nafas gusar, ia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Oke baiklah, apa yang harus aku katakan kepadanya?"tanya Clay menyetujui permintaan sahabatnya itu. Shikha mendekat kearah Clay, kemudian membisikan sesuatu.

"Apa kau sudah tidak waras, Shikha!?"pekik Clay terkejut mendengar rencana gila sahabatnya ini. Shikha berdecak lesuh, ia bersedekap dada.

"Yayaya baiklah, aku akan melakukan sesuai dengan perintah, Nona muda Shikha."putus Clay, sungguh ini benar-benar membuat Clay hampir tiada. Shikha berteriak girang, kemudian mendekap erat tubuh anggun Clay.

"Ternyata kau di sini rupanya. Aku telah mencari keberadaanmu dari tadi dan kau malah sibuk bergosip bersama dengan sekertarisnya Johnson."sinis Aksa yang telah berdiri dihadapan mereka berdua.

"Maaf Tuan-Nona, Saya ingin melanjutkan pekerjaan Saya sekarang."Pamit Clay, kemudian melangkah pergi meninggalkan kedua pasangan yang saling membenci.

"Ikut denganku sekarang."Aksa menarik kasar pergelangan tangan Shikha dan membawanya kedalam ruangan, Shikha hanya bisa pasrah menerima perlakuan Aksa.

Aksa menyuruh Shikha untuk duduk di sofa yang berada dalam ruangan kerja Aksa.

"Temani aku makan siang."Kata Aksa dingin tanpa menatap wajah Shikha, Shikha yang terkejut mendengar permintaan langka dari Aksa pun terbatuk, dengan respon cepat Aksa memberinya segelas air.

"Kau ini, ingin membuatku menjadi seorang duda, huh? Bagaimana jika kau terbatuk, namun setelah itu kau tiada."ketus Aksa seraya menampilkan wajah khawatirnya. Sungguh Shikha ingin sekali menonjok wajah tampan CEO arrogant ini.

"Aku hanya ingin memintamu untuk duduk saja, temani aku makan siang."Shikha masih diam, ia memilih tak merespon segala celotehan suaminya ini. 

"Apakah aku sedang bermimpi? CEO arrogant sepertimu membawa bekal dari rumah?"tanya Shikha dengan raut wajah tak percaya.

Aksa berdecak kesal, semburat merah terbit dikedua pipinya. Ia sungguh malu, ini Kali pertama ia membawa bekal dari rumah, biasanya ia akan menyewa seorang koki untuk memasak makan siang serta malamnya.

"Aku hanya sedang mood saja, lagipula aku tidak membawa makanan yang kau masak tadi pagi. Jika Aku memakannya kembali, aku akan masuk rumah sakit karena keracunan."Tuhan! Tolong jangan halangi Shikha untuk mencabik-cabik wajah sok polos suaminya ini. Helaan nafas pasrah terdengar begitu jelas dalam pendengaran Aksa, dalam hati ia begitu senang karena berhasil membuat Shikha menuruti keinginannya tanpa perlu dibantah.

"Kau sudah makan siang?"Tanya Aksa seraya mengunyah makanannya.

Shikha menggeleng, batinnya dipenuhi dengan banyak pertanyaan. Aneh sekali sikap suaminya hari ini, apakah pria arrogant itu telah memenangkan tender besar? Atau kepalanya terbentur meja, hingga membuatnya amnesia? Yang jelas ini bukan sesuatu yang lumrah terjadi pada diri seorang pria kaku seperti Aksa.

"Jangan memikirkan hal yang aneh tentang dirimu hari ini, aku hanya bertanya saja sekaligus ingin berjaga-jaga. Jika sehari kau makan 5 kali, tubuhmu akan semakin bulat. Bagaimana jika seluruh gaun mahal yang telah aku beli untukmu tidak lagi muat saat kau kenakan dalam acara resmi? Aku sungguh tidak ingin merugi dengan membelikanmu gaun yang baru, dan jangan lupakan. Apa kata mereka nanti, jika melihat istri seorang CEO tampan sepertiku, memiliki istri yang tubuhnya bulat seperti donat?"kata Aksa tanpa rasa bersalah.

Oh ayolah! Shikha begitu geram akan seluruh perkataan suaminya barusan dan jangan lupakan ucapannya yang sok tahu tentang pikirannya itu, apakah ia telah bergaul dengan seorang peramal? Maka dari itu, ia dapat membaca pikirannya.

"Aku belum ada makan sedari pagi."Kata Shikha acuh, ia begitu sibuk memainkan ponselnya, ia benar-benar tak ingin lagi melihat wajah suaminya terlalu lama, serta mendengar seluruh ocehan dari mulut Aksa yang dirasa begitu tak berguna bagi dirinya.

Aksa yang kesal akan sifat cuek Shikha menghentakan sendoknya kekotak bekal makan siangnya dengan sengaja, hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Shikha yang mendengar hentakan sendok itu, terkejut dan hampir membuat ponselnya terjatuh dari genggamannya.

"Kau lihat apa, huh? Aku sedang berbicara padamu, mengapa kau mengacuhkanku dan lebih memilih bermain ponsel sialan itu? Oh aku mengerti, kau sedang berbalas pesan dengan seorang pria simpananmu itu?!"cecar Aksa marah. Aksa merupakan pria yang mudah sekali marah, jika seseorang berlaku tidak sopan padanya.

Mata Shikha membola, sungguh ia begitu terkejut atas tuduhan suaminya barusan. "Aku bosan menunggumu selesai makan, karena itu aku bermain ponsel untuk menghilangkan rasa jenuhku."kata Shikha, Aksa merebut ponsel Shikha dari genggamannya. 

"Buka!"perintah Aksa pada Shikha agar membuka password yang terpasang di ponsel Shikha.

"Passwordnya sama seperti nomor rekening milikmu yang telah kau berikan kepadaku."jawab Shikha, Aksa dibuat cengo oleh kepolosan Shikha dalam menjawab pertanyaannya.

"Bagus. Siapa yang telah menyuruhmu meng-install aplikasi media sosial, huh?"tanya Aksa melirik Shikha sekilas sebelum kembali menatap layar ponsel milik Shikha. Wanita muda itu tertunduk, ia baru ingat. Kalau aturan keluarga Dwiken, melarang seluruh darah keturunan Dwiken mempunyai aplikasi media sosial jenis apapun, bukan tanpa alasan yang jelas. Ini juga menyangkut tentang masa depan keturunan mereka.

Maklum saja jika Aksa begitu murka saat mengetahui aplikasi itu di unduh olehnya, ini baru Aksa yang tahu. Bagaimana jika

kakek dari Aksa mengetahuinya, Shikha bisa saja dihukum. Mungkin, bagi orang lain ini adalah hal yang sepele, namun aturan ini telah turun temurun terjadi dalam lingkungan keturunan darah biru seperti keluarga bermarga Dwiken  contohnya. 

Jikalau suaminya ini keturunan darah biru, lantas Shikha ini keturunan apa? Darah tinggi? Dirinya sering kali berpikir, bagaimana bisa Papinya Aksa meminangnya untuk dinikahi oleh anaknya.

Aksa mengangkat dagu Shikha dengan jemari telunjuknya, ia ingin istrinya ini menjelaskan semuanya.

"Katakan."

Shikha menggigit bibirnya dengan gusar, tangannya memilin ujung sweaternya. "A-aku minta maaf atas tindakanku yang telah menyalahi aturan keluarga Dwiken."lirih Shikha dengan suara melemah, ia sungguh menyesal. Meskipun ia begitu ingin membalas dendam atas perbuatan Aksa pada dirinya selama ini, namun disisi lain keluarga Dwiken begitu menyayanginya dengan tulus.

Terlihat begitu jelas dari raut wajah Shikha yang penuh dengan penyesalan, membuat kekehan kecil keluar dari bibir Aksa. Aksa mengacak rambut Shikha dengan gemas, ia sungguh baru mengetahui wajah lugu Shikha selama ini, ia mengira bahwa Shikha adalah sosok wanita yang jutek serta dingin. Namun, itu semua berbanding terbalik dengan situasi sekarang.

Shikha yang mendengar kekehan kecil Aksa, mengerjap beberapa kali. Apa yang terjadi? Mengapa Aksa begitu berubah 360° dari biasanya?

"Hapus aplikasi itu, My wife. Jika kau tak ingin aku adu 'kan kepada pemegang tahta tertinggi marga Dwiken, Tuan besar Auriga Atreya Dwiken. Kau harus menuruti apa kataku."kata Aksa, Shikha mengangguk polos. Ia meraih kembali ponselnya kemudian menghapus seluruh aplikasi media sosial yang terpasang diponselnya.

"Mengapa hari ini kau terlihat lebih santai? Ada kabar baik, sehingga kau begitu senang hari ini?"tanya Shikha penasaran.

"Ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status