Share

Bab 7

Author: Xyra
last update Last Updated: 2022-02-27 01:09:27

"Ada sesuatu yang ingin ku katakan padamu,"Shikha mengernyit dahi, menunggu kalimat selanjutnya.

"Aku ingin kau berpura-pura menjadi adik perempuanku, di depan para klien asal Turkey besok,"sontak perkataan itu menuai kecaman dari Shikha, apa maksud pria bodoh ini? Ia kan istrinya, mengapa harus berpura-pura menjadi adik perempuannya? 

"Apa maksudmu? Kau menyuruhku untuk berpura-pura? Bahkan, menjadi adik perempuanmu!? Apa kau sudah tidak waras?"Tanya Shikha dengan nada yang sedikit meninggi.

Aksa menampilkan wajah dinginnya, ia bergerak semakin mendekati Shikha. "Aku masih waras, tidak sepertimu bahkan seperti ayahmu itu. Ck ck! Kasihan sekali,"katanya dengan wajah pura-pura prihatin.

Jika dirinya dihina oleh Aksa itu tidaklah mengapa, namun jika Aksa berani menghina ayahnya. Sungguh, jangan salahkan Shikha jika ia lepas kendali dan bisa saja melukai Aksa.

"Kau!! Aku hanya diam selama ini, ketika kau terus menghinaku, namun kali ini aku tak akan tinggal diam karena kau telah menghina ayahku!"bentak Shikha, ia menodongkan jarinya tepat pada wajah Aksa yang begitu dingin.

Jantung Shikha seakan ingin melompat dari tempatnya, ketika merasakan jemari besar Aksa mendarat tepat di bibir mungilnya.

"Jangan berteriak padaku, aku tak suka seorang wanita meneriakiku seperti ini."lirih Aksa.

"Ikuti apa kataku, ini tender besar. Aturan keluarga Dwiken telah turun menurun, menjadikan istri mereka sebagai adik perempuan, ketika berada dalam acara pertemuan college asal negara Turkey."jelas Aksa, fakta baru yang belum pernah Shikha ketahui kini telah dijelaskan oleh Aksa.

"Setelah pertemuan itu berakhir, aku berjanji akan mentraktir eskrim untukmu. Kau suka makanan manis 'kan?"tanya Aksa dengan wajah penuh keseriusan.

"Aku tidak suka hal yang manis, aku lebih suka uang."kata Shikha, sungguh! Jika bukan karena rencananya, Aksa tak ingin bersikap lembut pada Shikha. Uang baginya hanyalah sebuah kertas, tidaklah begitu penting sekali, jadi jika Shikha menginginkan sesuatu ia pasti akan menurutinya segera.

"Mmm ... Baiklah sebutkan berapa nilai yang kau mau?"dari raut wajah Aksa begitu yakin bahwa pria itu sungguh serius.

"Nanti akan ku beritahu, kau sudah selesai makan?"tanya Shikha seraya melirik sekilas ke arah bekal kotak makan siang yang dipegang oleh Aksa.

"Belum, satu suap lagi. Tapi, aku sudah kenyang, kau habiskan saja."katanya seraya menyodorkan bekal itu pada Shikha.

Shikha masih dalam posisi cengo, ia masih mencerna seluruh perkataan Aksa barusan.

"Habisin, mubazir."kata Aksa, ia meraih sendok dan mengarahkannya tepat di depan mulut Shikha yang terkulum.

"Kau kira aku ini ku--"ucapannya terhenti, kala sendok itu telah masuk lebih dulu kemulut Shikha yang terbuka tadi saat dirinya mengomel pada Aksa.

Shikha mengunyahnya dengan sangat tidak ikhlas, seraya melirik kesal pada wajah Aksa yang tertawa begitu renyah.

Semakin dikunyah, rasa pada makananya semakin tidak asing dan begitu familiar bagi lidahnya. Ini masakan yang ia buat tadi pagi, jadi pria arrogant ini begitu gengsi mengakui bahwa dirinya telah memakan masakan Shikha.

"Mengapa kau tersenyum aneh seperti itu? Apa kau sudah gila?"tanya Aksa saat mendapati Shikha tersenyum.

Shikha mengangkat satu alisnya. "Dalam pasal berapa, disebutkan bahwa manusia tidak diizinkan untuk tersenyum?"tanya Shikha.

Aksa mengedikkan bahu. "Ntahlah, aku tak peduli. Tapi, jika saat bersamaku, kau jangan pernah tersenyum."

Wanita berusia 20 tahun itu menggeleng seraya tertawa kecil. "Kau benar-benar seorang pria yang manipulatif, Tuan Aksa."

Tawa Aksa pecah, perutnya kini mulai keram karena tertawa. Lelucon Shikha benar-benar membuat Aksa kehilangan kesadaran akan dirinya, Shikha menatap horor Aksa. Apakah kepala pria ini benar-benar telah terbentur benda? Atau dirinya kemasukan roh penghuni ruang kerjanya? Sungguh! Ini membuat Shikha tak dapat mencerna situasi sekarang, ini Kali pertama Shikha melihat dan mendengar tawa lepas Aksa selama ia hidup bersama Aksa.

Shikha mengangkat tangannya, kemudian menempelkan punggung tangannya pada kening Aksa, wajah Shikha terpahat begitu serius.

"Kau sedang sakit, Aksa."kata Shikha seraya mengelus dagunya, memberi penjelasan seakan dirinya seorang dokter yang sedang memeriksa keadaan pasiennya.

Aksa mengetuk kepala Shikha dengan keras, hingga membuat wanita itu mengadu kesakitan.

"Aku sehat dan aku baik-baik saja, jangan berpikir bahwa aku tertawa karena senang. Tapi, aku tertawa karena ulah kebodohanmu selama ini."kata Aksa.

"Bagaimana bisa kau baru menyadari bahwa diriku begitu manipulatif?"lanjutnya seraya bersedekap dada.

"Aku menyadarinya saat pertama kali bertemu denganmu,"kata Shikha datar.

Alis hitam tebal milik Aksa naik keatas, ia begitu penasaran akan fakta yang ingin diungkap Shikha nantinya.

"Kau pria yang begitu arrogant, manipulatif, cerdik, tentunya kejam."kata Shikha menekan setiap kata yang ia ucapkan.

"Lalu? Kau juga wanita yang sangat bodoh, pembawa sial, jelek, dan tentunya polos."hina Aksa tak ingin kalah.

"Ya terserah apa katamu, aku tak peduli."ujar Shikha, ia berdiri kemudian melangkah pergi dari ruangan Aksa. Namun, tangan kekar itu mencegahnya.

"Aku belum memerintahkanmu untuk pergi dari ruanganku, kau ingin mencari masalah lagi denganku, huh?"Aksa melangkah semakin mendekati Shikha. Hingga membuat Shikha semakin terpojok ke dinding, wanita itu begitu takut akan tatapan yang dilayangkan Aksa pada dirinya.

Aksa meraih dagunya dan mengangkatnya untuk menatap dirinya. "Aku tak suka wajahmu tertunduk,"kata Aksa seraya menyelipkan anak rambut Shikha pada daun telinganya yang lebar.

"Karena kau telah sering bahkan sangat mudah mengangkat wajahmu untuk menentangku, Shikha."lanjut Aksa, satu tangannya mengangkat kedua tangan Shikha ke atas dan mengunci pergerakan Shikha.

"Aku sungguh jijik berada diposisi ini bersama dengan seorang pria yang arrogant sepertimu,"kata Shikha, ia masih terus berusaha melepaskan diri dari kungkungan tubuh Aksa yang begitu proposional. Namun, semakin ia berusaha melarikan diri, semakin kuat pula cengkraman tangan Aksa padanya.

"Oh...benarkah? Aku sungguh terkesan atas keberanianmu untuk menentangku dan akan ku beritahu satu hal tentang fakta diriku,"Aksa memberi jeda pada kalimatnya, ia mengusap sensual pipi Shikha membuat sang empunya mengerang dalam atas sentuhan jemari Aksa yang begitu sensitif.

Aksa tersenyum sinis, ia menggeleng Karena respon Shikha atas sentuhannya.

"Aku tak suka basa-basi dalam hal apapun dan aku telah mengetahui semua rencanamu untuk menggagalkan rencanaku,"Shikha sedikit panik, bagaimana bisa Aksa mengetahui tentang rencannya menyelidiki rencana Aksa yang ingin menggagalkan kepulangan ayahnya lusa, namun Shikha berusaha untuk tetap tenang.

Pria itu mengernyit, bukan ini respon yang ingin ia dapatkan dari Shikha. Ini begitu jauh di luar ekspetasinya.

"Maksudmu?"tanya Shikha setelah lama bungkam.

"Kau telah mengenalku, bahkan kau sungguh mengerti akan sifatku selama ini yang begitu membenci dirimu. Jadi, garis besarnya kau telah dapat membaca situasi bahkan mimik wajahku ketika menyampaikan berita tentang kepulangan ayahmu,"ucap Aksa.

Shikha tertawa renyah, ia menggeleng. "Pikiranmu begitu kuno, Tuan Aksa. Bahkan, kau masih mempercayai hal yang tak mungkin terjadi pada kehidupan nyata,"

Aksa mengerang kesal. "Baiklah, kau ingin memulai ini. Jadi, jika pikiranku masih kuno karena mempercayai hal semacam itu, maka aku akan membawamu kedunia fiksi agar seluruh pikiran kuno ku tersampaikan."katanya seraya tersenyum pada satu sudut bibirnya saja. Nafas Shikha tercekat, rasanya pembuluh darah yang bertugas memompa darah kejantung seakan berhenti bekerja untuknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Circle Ular

    Sejak kepulangan Tuan Leo, Shikha masih terdiam dan bungkam setelah mengetahui banyak rahasia yang tersimpan begitu rapi tentang suaminya. Dari kecil hingga beranjak dewasa, semua telah di ceritakan secara detail oleh Leo yang tak lain adalah sahabat kecil Aksa. "Shikha, papi ingin menanyakan sesuatu kepadamu?" Suara Ganendra berhasil membuyarkan lamunan Shikha yang tengah duduk di kursi kebesaran milik suaminya. Wanita itu membenarkan posisi duduknya, kemudian tersenyum menyambut kedatangan Ganendra di ruangan itu. "Tentu saja papi, Shikha akan menjawabnya." Ucap Shikha. Pria paruh baya itu menarik kursi yang berada di hadapan Shikha, jadi kini mertua dengan menantu duduk dengan posisi berhadapan. "Papi mengecek CCTV beberapa jam yang lalu, melihat bahwa gadis itu datang disaat tuan Achilleo datang. Apa yang gadis itu katakan kepadamu?" Tanya Ganendra, wajah pria itu begitu khas dengan rahang yang bersih dari rambut-rambut halus, mata tajam, hingga bentuk wajah yang nyaris sempu

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Tuan Achilleo

    "Bagaimana jika kesepakatan ini kita bicarakan sembari makan siang?" Tawar pria itu pada Shikha, Shikha mengangguk Samar. Ia tak yakin akan sefokus itu jika membicarakan hal penting di luar ruangannya terlebih di luar kantor, ia rasa itu bukanlah hal yang tepat. Melihat raut wajah Shikha yang menampilkan raut wajah bimbang, Leo yang peka akan hal itu kemudian menawarkan untuk rapat dengan memesan ruangan VVIP yang berada di restaurant yang akan mereka tuju. Akhirnya setelah beberapa saat merundingkan hal tersebut, Shikha menyetujuinya. Leo menyetir mobil untuk Shikha, alasannya agar Shikha merasa nyaman jika tidak banyak yang ikut dengan mereka. "Terimakasih," ucap Shikha saat Leo menjamunya dengan segelas orange juice yang telah disiapkan waiters itu. "Mengapa tuan sangat tertarik dengan project ini? Masih banyak project-project perusahaan lain, yang masih jauh lebih menguntungkan daripada project ini yang bersifat sosial." Tanya Shikha seraya membuka laptop bergambar apel itu, n

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Nenek sihir

    "Aish, lihatlah bagaimana gadis itu berhasil membuatku telat untuk menghadiri pertemuan klien dari Italy pagi ini." Shikha berjalan tergesa-gesa seraya merutuki tindakan gadis itu tadi pagi, sebenarnya dirinya juga salah. Harusnya dirinya tak meladeni omong kosong gadis payah itu pagi-pagi, namun karena sikap bar-bar gadis itu yang menggedor brutal pintu kamarnya dirinya mau tak mau menghadapi segala resiko yang akan terjadi. "Nona, Tuan Achilleo telah tiba setengah jam yang lalu, beliau terus bertanya kapan Nona tiba di kantor untuk menemuinya. Tadinya Saya ingin menghubungi Nona, namun Nona telah tiba di kantor, apakah telah terjadi sesuatu kepada, Nona?" Seorang wanita langsung mencecar dirinya dengan seribu pertanyaan saat dirinya baru saja tiba di dalam ruang kerjanya. Shikha menggeleng, "Tidak, Saya baik-baik saja." "Oh, ya, terimakasih telah memberitahuku. Tolong persiapkan ruang meeting dan segera menghubungi Tuan Ganendra, Saya akan mengurus persiapan lainnya." perintah Sh

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Mengikuti permainannya

    Setelah berpikir panjang, Shikha merasa bahwa idenya itu begitu kejam. Namun setelah ia mengingat-ingat kembali bagaimana wanita itu menghancurkan rumah tangga mertuanya, ia kini semakin yakin bahwa idenya itu pantas diterapkan oleh kedua wanita jalang itu. Shikha baru saja keluar dari kamar mandi sebelum bersiap-siap tidur, namun ia dikagetkan dengan suara benda yang baru saja mengenai kaca jendela kamarnya, namun tak sampai membuat kaca jendela itu pecah. Dengan rasa penasaran, wanita itu membuka jendelanya dan menemukan batu yang berukuran kepalan tangannya. Ada hal yang mengganjal dari batu itu, batu itu terbungkus oleh secarik kertas, mungkin ini berisi pesan sesuatu. Ia menunduk untuk meraih batu yang terselimuti kertas, kemudian membukanya perlahan. Shikha meremat kertas itu, kemudian membuangnya ke tempat sampah. Setelahnya ia kembali masuk ke kamar untuk bersiap-siap tidur, siapa yang mengirim surat ancaman itu. Itu begitu tidak efesien, harusnya jika ingin mengancamnya set

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Untuk sementara waktu

    "Papi akan menjelaskan tentang segalanya kepadamu." Kata Ganendra setelah ia mengambil posisi duduk di hadapan Shikha. Menantu perempuannya itu masih terlihat begitu kesal dengan menampilkan raut wajah ditekuk layaknya kertas origami, bagaimana tak kesal? Dirinya dihina dan dituduh sebagai wanita perebut suami orang?! Ah, yang benar saja, batin Shikha kesal. "Tolong jelaskan, Pi." pinta Shikha sedikit tak sabar karena pria tua itu hanya diam setelah beberapa saat lalu mengatakan akan memberitahu tentang segalanya kepada dirinya. Ganendra menghela nafas gusar, ia dilanda rasa cemas yang kian membelenggu sekarang. Rahasia yang selama ini disembunyikan keluarganya dan juga Aksa kini harus ia katakan kepada istri dari putra tunggalnya itu, mau tak mau ia harus segera mengatakan ini kepada Shikha. "Dia adalah adik Aksa_Suamimu, Nak." Damn! Bak tersambar petir, Shikha tertegun dengan mata yang membola dengan sempurna atas pernyataan tentang kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, dilai

  • 365 Hari Bersama CEO Arrogant   Hal Baru

    Ganendra kini tengah menjadi pusat perhatian karena mengamit jemari mungil milik seorang wanita. Langkahnya mantap, hingga membuat banyak pasang mata kagum akan kharisma pria berumur itu.Tak ada senyum yang tercetak dari bibir ranum pria itu, melainkan terganti dengan kerutan di dahi yang disebabkan oleh faktor usia atau mungkin memang pria itu kini tengah memiliki sebuah masalah.Mereka kini telah masuk ke ruangan private milik Ganendra."Saya akan mengadakan pertemuan dengan rekan bisnis Saya sebentar lagi, dan untuk itu Saya minta anda jangan keluar dari ruangan ini sebelum Saya datang." Peringat Ganendra seraya melonggarkan dasinya.Wanita itu mengangguk. "Bagaimana jika aku kehausan?" tanyanya sedikit ragu.Ganendra membuang pandangan ke arah lain, kemudian ia berdecih pelan namun mungkin masih terdengar oleh wanita itu. "Saya akan mengirim seseorang untuk menemani anda di sini, katakan saja apa yang anda inginkan. Dia akan menuruti perintah anda." jawab Ganendra, garis rahang p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status