Home / Romansa / 365 Hari Bersama Sang CEO / 8 - Kembali Ke Hong Kong

Share

8 - Kembali Ke Hong Kong

Author: INIWONJUNG
last update Last Updated: 2023-07-05 23:12:40

“Sampai berapa lama kita harus seperti ini?” bisik pelan Shino. Wanita itu sudah tidak tahan dengan posisi ini yang terlihat ambigu.

“Diamlah, jaga mulutmu untuk tidak bergerak. Berbicaralah dalam hati saja.” Mata Adam terus mengintip babi hutan itu dibalik pohon.

Shino perlahan melirik ke arah mata biru Adam, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Entah, mulai kapan ia merasa seperti ini. Sepertinya ia harus segera berobat.

“Apa warna matamu itu asli?” Shino kembali membuka mulutnya.

Kini, pria itu menjauh dari tubuh Shino. Babi hutan itu sudah pergi menjauh dari mereka, ini saatnya melanjutkan perjalanan mereka.

“Ada apa denganmu?” Adam tidak menghiraukan perkataan Shino, ia mulai mengambil langkah terlebih dulu dari Shino.

“Sepertinya memang asli,” batin Shino.

Sinar matahari mulai sedikit terlihat, mereka akhirnya menemukan jalan keluar dari hutan pinus yang sangat gelap dan suram itu, jauh dari sinar matahari. Tetapi, itu juga sedikit membuat Shino mulai kewalahan, karena ia harus cepat-cepat menghindar dari matahari.

Shino mulai menghela napas, ia sudah lelah setelah berjalan melewati hutan seluas itu.

“Kau ingin istirahat?” Adam menawarkan Shino untuk istirahat sebentar, ia membawa sedikit buah-buahan dari rumahnya.

Pria itu memang sengaja membawa makanan cadangan karena takut kelaparan di perjalanan.

“Kita tidak punya waktu, ayo cepatlah daripada aku meleleh di sini.” ujar Shino pada pria itu.

“Tapi kau terlihat kelelahan, kita mencari tempat untuk berteduh saja.” Adam kembali menawarkan Shino untuk istirahat. Tetapi, Shino kembali menolaknya dengan alasan takut terlambat.

“Bagaimana bisa wanita kurus kering ini bisa sampai di rumahku? Nyalinya patut kuakui,” batin Adam. Ia tidak habis pikir dengan semangat wanita di sampingnya ini.

Wanita dengan tubuh kurus kering tapi memiliki mulut yang cukup lihai dalam berbicara, penampilan yang mirip teroris, dan tingkah laku seperti tuan putri ini akan menjadi bosnya.

Dan Adam harus melayaninya selama satu tahun, ia harus tahan dengan segala perilakunya. Membayangkannya saja sudah membuat Adam ingin kabur.

Tapi apa boleh buat, Ada perasaan sedikit iba yang menyelimuti hatinya. Shino mengingatkan ia dengan adiknya dahulu.

“Sebentar lagi, kita naik kapal feri dan kembali ke Hong Kong terlebih dulu.” Shino mulai membuka percakapan di antara mereka berdua.

“Apa yang akan kita lakukan di Hong Kong?” tanya Adam.

“Kau tidak perlu tahu, itu urusanku. Pertama-tama yang kau lakukan nanti di Hong Kong adalah mandi.” Shino mulai mengipas wajahnya dengan kardus yang ia bawa dari rumah Adam.

Adam sedikit tersinggung dengan perkataan yang dilontarkan wanita itu, ia mengedarkan pandangannya ke samping.

“Aku tidak menyukainya.” gumamnya pelan.

“Saat pertama kali bertemu denganmu, aku berusaha menahan tanganku agar tidak menutup hidungku. Kau sendiri mana tahu, bau tubuhmu yang sudah seperti bau babi hutan.” Shino mulai tidak bisa mengontrol ucapan yang keluar dari mulutnya.

Ah, mulai lagi pertengkaran rounde kedua.

“Memangnya kau tahu, babi hutan itu baunya seperti apa?”

“Bau hutan, namanya juga babi hutan.” ucap Shino tanpa berpikir. Adam memutar bola matanya, ia mulai malas untuk berbicara dengan wanita cungkring di sampingnya ini.

Mereka mulai mendekati pantai tempat Shino pertama kali sampai di pulau ini. Tampak sebuah kapal feri sedang menunggu penumpangnya di sana. Shino tersenyum melihat kapal itu, tubuhnya mulai lelah dan ingin segera merebahkan di tempat ternyaman yang ada di kapal feri itu.

“Kau sendiri yang menyewa kapal itu?” tanya Adam pada wanita di sampingnya kini.

“Iya, tidak ada kendaraan yang bisa mengantar ke sini dengan penduduk lainnya. Kita harus mencari cara sendiri untuk sampai di sini.”

“Kau cukup berani ya, datang ke pulau ini sendirian tanpa siapapun yang menemanimu. Apalagi kau ini seorang perempuan.”

“Aku ini anggota komunitas pendaki di kotaku, dan mereka sering mengadakan acara mendaki gunung berama-ramai. Yaah, mengapa aku takut. Aku lebih takut dengan matahari daripada hantu ataupun manusia.”

Adam dibuat terpukau dengan kata-kata wanita galak di sampingnya ini, ternyata Shino tidak asal pergi ke pulau ini sendirian. Ia sudah mempersiapkan segalanya jauh sebelum hari ini terjadi.

“Ternyata ia cukup berpengalaman,” batin Adam

Mereka akhirnya sampai di kapal tersebut, Adam membantu Shino mengangkat tasnya melewati tangga.

“Nona kau hebat sekali, berhasil kembali dalam tiga hari. Seperti yang kau janjikan pada kami. Awalnya kami takut anda tidak kembali, entah dimakan binatang buas atau mati tersesat dan kelaparan.” ucap salah satu awak kapal tersebut, pria itu sudah cukup tua. Tetapi, semangatnya bekerja sebagai awak kapal masih terasa seperti anak baru.

Shino hanya tersenyum menanggapinya, ia sudah sangat lelah untuk bergerak. Kecuali untuk bernapas.

Setelah sampai di dalam, Shino segera merebahkan tubuhnya dan tertidur. Berbeda dengan Adam, saat ini ia sedang memejamkan matanya menikmati angin laut yang membelai wajahnya perlahan. Dan kapal mulai bergerak menjauh dari pulau tersebut, meninggalkan kenangan pertemuan Adam dan Shino untuk pertama kalinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   79 - Putus?

    Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   78 - Berry Terkejut

    "Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   77 - Pernikahan Vivi

    Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   76 - Bergerak

    Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   75 - Kenakalan Remaja

    "Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   74 - Kebenaran Baru

    Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status