Share

8 - Kembali Ke Hong Kong

“Sampai berapa lama kita harus seperti ini?” bisik pelan Shino. Wanita itu sudah tidak tahan dengan posisi ini yang terlihat ambigu.

“Diamlah, jaga mulutmu untuk tidak bergerak. Berbicaralah dalam hati saja.” Mata Adam terus mengintip babi hutan itu dibalik pohon.

Shino perlahan melirik ke arah mata biru Adam, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Entah, mulai kapan ia merasa seperti ini. Sepertinya ia harus segera berobat.

“Apa warna matamu itu asli?” Shino kembali membuka mulutnya.

Kini, pria itu menjauh dari tubuh Shino. Babi hutan itu sudah pergi menjauh dari mereka, ini saatnya melanjutkan perjalanan mereka.

“Ada apa denganmu?” Adam tidak menghiraukan perkataan Shino, ia mulai mengambil langkah terlebih dulu dari Shino.

“Sepertinya memang asli,” batin Shino.

Sinar matahari mulai sedikit terlihat, mereka akhirnya menemukan jalan keluar dari hutan pinus yang sangat gelap dan suram itu, jauh dari sinar matahari. Tetapi, itu juga sedikit membuat Shino mulai kewalahan, karena ia harus cepat-cepat menghindar dari matahari.

Shino mulai menghela napas, ia sudah lelah setelah berjalan melewati hutan seluas itu.

“Kau ingin istirahat?” Adam menawarkan Shino untuk istirahat sebentar, ia membawa sedikit buah-buahan dari rumahnya.

Pria itu memang sengaja membawa makanan cadangan karena takut kelaparan di perjalanan.

“Kita tidak punya waktu, ayo cepatlah daripada aku meleleh di sini.” ujar Shino pada pria itu.

“Tapi kau terlihat kelelahan, kita mencari tempat untuk berteduh saja.” Adam kembali menawarkan Shino untuk istirahat. Tetapi, Shino kembali menolaknya dengan alasan takut terlambat.

“Bagaimana bisa wanita kurus kering ini bisa sampai di rumahku? Nyalinya patut kuakui,” batin Adam. Ia tidak habis pikir dengan semangat wanita di sampingnya ini.

Wanita dengan tubuh kurus kering tapi memiliki mulut yang cukup lihai dalam berbicara, penampilan yang mirip teroris, dan tingkah laku seperti tuan putri ini akan menjadi bosnya.

Dan Adam harus melayaninya selama satu tahun, ia harus tahan dengan segala perilakunya. Membayangkannya saja sudah membuat Adam ingin kabur.

Tapi apa boleh buat, Ada perasaan sedikit iba yang menyelimuti hatinya. Shino mengingatkan ia dengan adiknya dahulu.

“Sebentar lagi, kita naik kapal feri dan kembali ke Hong Kong terlebih dulu.” Shino mulai membuka percakapan di antara mereka berdua.

“Apa yang akan kita lakukan di Hong Kong?” tanya Adam.

“Kau tidak perlu tahu, itu urusanku. Pertama-tama yang kau lakukan nanti di Hong Kong adalah mandi.” Shino mulai mengipas wajahnya dengan kardus yang ia bawa dari rumah Adam.

Adam sedikit tersinggung dengan perkataan yang dilontarkan wanita itu, ia mengedarkan pandangannya ke samping.

“Aku tidak menyukainya.” gumamnya pelan.

“Saat pertama kali bertemu denganmu, aku berusaha menahan tanganku agar tidak menutup hidungku. Kau sendiri mana tahu, bau tubuhmu yang sudah seperti bau babi hutan.” Shino mulai tidak bisa mengontrol ucapan yang keluar dari mulutnya.

Ah, mulai lagi pertengkaran rounde kedua.

“Memangnya kau tahu, babi hutan itu baunya seperti apa?”

“Bau hutan, namanya juga babi hutan.” ucap Shino tanpa berpikir. Adam memutar bola matanya, ia mulai malas untuk berbicara dengan wanita cungkring di sampingnya ini.

Mereka mulai mendekati pantai tempat Shino pertama kali sampai di pulau ini. Tampak sebuah kapal feri sedang menunggu penumpangnya di sana. Shino tersenyum melihat kapal itu, tubuhnya mulai lelah dan ingin segera merebahkan di tempat ternyaman yang ada di kapal feri itu.

“Kau sendiri yang menyewa kapal itu?” tanya Adam pada wanita di sampingnya kini.

“Iya, tidak ada kendaraan yang bisa mengantar ke sini dengan penduduk lainnya. Kita harus mencari cara sendiri untuk sampai di sini.”

“Kau cukup berani ya, datang ke pulau ini sendirian tanpa siapapun yang menemanimu. Apalagi kau ini seorang perempuan.”

“Aku ini anggota komunitas pendaki di kotaku, dan mereka sering mengadakan acara mendaki gunung berama-ramai. Yaah, mengapa aku takut. Aku lebih takut dengan matahari daripada hantu ataupun manusia.”

Adam dibuat terpukau dengan kata-kata wanita galak di sampingnya ini, ternyata Shino tidak asal pergi ke pulau ini sendirian. Ia sudah mempersiapkan segalanya jauh sebelum hari ini terjadi.

“Ternyata ia cukup berpengalaman,” batin Adam

Mereka akhirnya sampai di kapal tersebut, Adam membantu Shino mengangkat tasnya melewati tangga.

“Nona kau hebat sekali, berhasil kembali dalam tiga hari. Seperti yang kau janjikan pada kami. Awalnya kami takut anda tidak kembali, entah dimakan binatang buas atau mati tersesat dan kelaparan.” ucap salah satu awak kapal tersebut, pria itu sudah cukup tua. Tetapi, semangatnya bekerja sebagai awak kapal masih terasa seperti anak baru.

Shino hanya tersenyum menanggapinya, ia sudah sangat lelah untuk bergerak. Kecuali untuk bernapas.

Setelah sampai di dalam, Shino segera merebahkan tubuhnya dan tertidur. Berbeda dengan Adam, saat ini ia sedang memejamkan matanya menikmati angin laut yang membelai wajahnya perlahan. Dan kapal mulai bergerak menjauh dari pulau tersebut, meninggalkan kenangan pertemuan Adam dan Shino untuk pertama kalinya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status