Share

7 - Babi Hutan

Penulis: INIWONJUNG
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-05 23:08:57

Esoknya, Adam dan Shino mulai mengemasi semua barangnya. Sekitar 6 tahun Adam menghabiskan waktunya di pulau ini. Menjauh dari keramaian kota dan hiruk-pikuk manusia.

“Kau sudah selesai?” Wanita berjaket hitam itu sudah menggendong tasnya, bersiap kembali ke tempat penginapannya.

“Pergilah dulu, aku akan menyusul.” Pria itu pergi menuju kamar mandi, ia ingin membasuh mukanya.

“Oke, cepatlah. Jangan sampai kau ketinggalan, walaupun berpenyakitan, aku ini peserta lomba maraton.” ujar Shino.

Adam membasuh mukanya di kamar mandi, lalu ia membuka lemari kecil di kamarnya. Pria itu mengambil sebuah foto buram, yang memperlihatkan seorang gadis kecil yang dirangkul oleh laki-laki seusia remaja.

“Singkirkan ketakutanmu Adam.” gumam pelan Adam, foto itu ia masukkan ke dalam tasnya.

Di sepanjang jalan, Adam hanya diam saja membuntuti Shino. Pria itu cukup terkejut, melihat semangat Shino. Jarak antar dirinya dengan Shino cukup jauh. Entah mengapa, Adam tidak ingin berjalan di samping Shino. Ia memilih berjalan di belakangnya, seperti mengawasinya.

“Hei! Pelan-pelan saja! Apa supir kapalmu sangat benci menunggu?!”

“Aku ini tidak suka berlama-lama di bawah sinar matahari begini!”

Shino berdecak kesal, melihat Adam yang tampaknya berjalan dengan santai di belakangnya.

“Hei! Maafkan aku kemarin!” Adam merasa meminta maaf kepada Shino atas kejadian yang menimpa Shino kemarin. Ia sangat merasa bersalah.

“Apa?! Aku tidak mendengarmu!!”

“Ck, aku lupa kalau dia sedang berpakaian seperti teroris. Sepertinya tidak hanya kulitnya saja yang bermasalah, alat pendengarannya terkena juga.” Adam berlari mendekati Shino, pria tinggi itu mulai berjalan di samping Shino.

“Kau bicara apa tadi?”

“Aku minta maaf soal kejadian kemarin.” Adam menatap lurus ke depan, matanya tidak berani menatap Shino.

“Tenanglah, aku ini punya penangkalnya. Untuk apa aku kaya, jika obat saja tidak punya.” ucap Shino dengan nada sombongnya.

“Kau itu ternyata cukup sombong ya. Sudah kuduga, golongan wanita sekelasmu, memang kebanyakan memiliki sifat sombong yang mendarah daging.”

“Aku ini sombong agar orang-orang tidak meremehkanku.” Shino melirik sinis pria di sampingnya itu.

“Mulutnya kecil tapi mengapa dia cerewet sekali,” gumam pelan Shino.

“Apa katamu?” Adam mengernyitkan dahi, matanya menyipit menatap Shino.

“Kau ini, selalu saja berusaha mendengar isi hatiku. Bukan urusanmu.” Shino mendengus dan mengalihkan pandangannya ke samping, berlawanan dengan Adam.

“Kau tahu dari mana aku di sini?”

“Aku ini orang kaya, pastinya memiliki banyak koneksi. Orang sepertimu, mudah sekali untuk dicari. Dengan uang, harimu menjadi lebih mudah.”

Adam mulai geli dengan tingkah laku wanita kaya di sampingnya ini. Apa benar, orang kaya memang suka berperilaku menjengkelkan seperti ini?

“Hei, sebentar lagi kita akan ke mana?”

“Hai hei hai hei, memangnya namaku ini hei?”

“Aku tidak tahu namamu.”

“Kau tidak bertanya padaku.”

“Apa urusannya denganku?”

“Oh jadi di kantor nanti, kau mau memanggil bosmu ini dengan sebutan hei?”

“Semakin lama kau semakin menjengkelkan. Oke, siapa namamu tuan putri?” Adam berusaha sabar menghadapi sosok wanita yang akan menjadi bosnya kelak.

“Ai Hoshino, panggil saja Shino. Jangan panggil aku dengan sebutan tuan putri lagi.”

“Baik, bos Shino.”

“Sebentar, rasanya terdengar aneh. Panggil saja aku Hoshino, itu lebih baik. Mendengar kata bos dari mulut seorang pria tua, itu terkesan aneh.” Shino mencoba membayangkan Adam memangilnya bos saat di kantor. Ah, terdengar lebay.

Adam dibuat ternganga oleh perkataan yang dilontarkan wanita di depannya ini.

“Pria tua? Apa aku terlihat setua itu di matamu?” Adam mendengus kesal setelah Shino menyebutnya pria tua.

“Wajahmu tak terawat, rambutmu seperti tarzan dan brewok yang mengelilingi rahangmu seperti pria tua menurutku. Apalagi badanmu ini terlalu tinggi dan kek--”

“A-apa? Tarzan? Mulutmu jahat sekali. Bagaimana bisa perkataan yang menimbulkan keributan besar muncul dari mulut kecilmu itu? Kau sendiri, pakaianmu seperti teroris.” Adam mulai membalas perkataan Shino yang membuatnya ingin menebang semua pohon di hutan ini.

“Hah? Teroris?! Kau ini terlalu lama bersatu dengan alam, sampai outfit swag seperti ini kau bilang seperti teroris? Aku malah ingin tertawa, melihat penampilanmu yang sudah hampir mirip dengan orangutan dis--”

Tiba-tiba Adam menutup mulut Shino dengan tangannya dan menariknya ke balik pohon besar. Ia memberi isyarat kepada Shino untuk diam.

Seekor babi hutan sedang mengendus pohon di depan Adam dan Shino, tampaknya ia sedang mencari mangsa. Adam melepaskan tangannya dari mulut Shino, ia memperhatikan gerak-gerik babi hutan tersebut.

“Bagaimana ini?” bisik Shino pada Adam.

“Ssshhh,” Mata biru milik Adam masih serius menunggu kepergian babi hutan tersebut.

Saat ini tidak ada jarak antar mereka, Shino masih ingat waktu pertama kali ia bertemu Adam, dengan posisi seperti ini juga.

“Apa-apaan ini, mengapa kita terus bertemu dengan binatang liar di pulau ini. Terus posisi ini, ada apa dengan posisi ini?! Mengapa dekat sekali?!” batin Shino.

Ia berusaha mengalihkan wajahnya ke samping agar pipi kanannya tidak menyentuh wajah Adam. Jantungnya mulai berdetak tidak beraturan, keringatnya menetes sedikit demi sedikit dari dahinya.

“Jantungku kenapa? Apa ini termasuk gejala penyakitku?” gumam pelan Shino.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   79 - Putus?

    Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   78 - Berry Terkejut

    "Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   77 - Pernikahan Vivi

    Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   76 - Bergerak

    Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   75 - Kenakalan Remaja

    "Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   74 - Kebenaran Baru

    Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status