“Berhenti, Della,” ucap Duke Elrica melihat ke arah anak perempuan yang dia sayang.
Della tengah sibuk menikmati teh susu yang sangat dia sukai, dia duduk dengan eksperesi tenang. Namun, siapa sangka rantai yang sangat banyak dan membelenggu Zhi juga Adir adalah perbuatan Della sendiri, adik perempuan Zhi.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Zhi dengan suara yang tertahan.
“Tidak bisakah kakak sedikit memiliki sopan santun layaknya seorang bangsawan ketika mereka berada di meja makan,” jawab Della meletakkan cangkir porselen yang penuh dengan bunga berwarna merah muda.
Altair dan Zhi berdiri ditengah lapangan, mereka berdua sedang berdiri saling berhadapan dan menatap satu sama lain. Duke Elrica beserta yang lain sudah duduk di atas bangku penonton, bangku tersebut terbuat dari bongkahan batu keras besar yang di pahat menyerupai tempat duduk. Jika terlihat dari jauh terasa enggan untuk duduk diatas bongkahan putih bersih karena bisa saja akan membekukan pantat sendiri. Adir baru saja berpikir demikian, namun setelah dia menatap tempat duduk yang sangat banyak dan mengelilingi tempat besar tersebut akhirnya memberanikan diri untuk duduk, ternyata apa yang dipikirkan tidak terlihat demikian. Atap langit berbentuk kubah dengan runcing-runcing batu keras yang tajam menjorok ke bawah tepat di tengah lapangan tanding. Disek
Karena terdesak Zhi menghilangkan tombak yang dia pegang sejak tadi, hal itu terjadi supaya dia bisa menangkap batu keras yang berada jauh di atas. Dia berusaha untuk menggapai salah satu batu keras yang tajam dan akhirnya dia berhasil menangkapnya.Dengan menggunakan tangan yang lain Zhi menebas tubuh Altair hingga terpental. Mana Zhi hanya menyentuh sedikit Mana yang melindungi tubuh Altair. Merasa usahanya gagal Zhi terdiam sejenak dengan tubuh yang tergelantung.“Sial!” gerutu Zhi.“Kalau saja aku bisa sepertinya yang bisa melayang di udara, pasti mudah bagiku untuk menyerangnya,” kata Zhi dalam hati.“Aku harus sedikit memprovokasinya,” sambung lagi.Altair berdiri melihat ke arah Zhi di atas sedang bergelantungan.“Masih belum,” batin Altair.“Kenapa kau tidak mengeluarkan senjat
Rantai-rantai perak beralih dan mengincar badan tombak yang berada di dekat Zhi. Dia merangsek cepat tanpa sepengetahuannya dimana serangan itu berasal dari Altair, kepala tombak yang berada dibawah tubuh Zhi terjerat lalu di hempaskan dengan kuat.Zhi yang tidak bisa mengendalikan tubuhnya agar tetap berada di atas udara mulai terjatuh, dia memerintahkan salah satu tombak yang menyerang Altair untuk segera menangkap dirinya dan berhasil. Zhi mulai kembali tersanggah, Altair yang melihat kejadian tersebut tidak menunggu waktu lama dengan menggerakkan semua rantai yang dia miliki dan membalut seluruh tangan sehingga kedua tangannya kini seperti sedang menggunakan sarung tinju yang terbuat dari besi.Altair memukul telak untuk menyerangnya, Zhi yang masih men
Kaki Altair berpijak di atas batu keras menahan busur panah yang mengarah tepat di wajah Zhi. Wajah yang nampak kesal akan kekalahan yang dia dapat harga diri dan kekuatan yang terlampau jauh berbeda seakan terkoyak.Pertarungan hari ini dimenangkan oleh Altair, senjata yang sering melekat padanya serta sebagai lambang kekuatan akhirnya jatuh. Keringat Altair bercucuran mengenai senjata Mana miliknya yang mengeluarkan uap panas.Tatapan hina yang dia lontarkan kepada lawannya, kini sedang berdiri di atas badannya yang tidak berdaya melihat dengan lekat. Untuk sekian lama mereka yang berada di ruangan sedang menahan nafas.“Pertandingan kali ini dimenangkan dari Altair Onder de,” teriak Duke Elrica dengan keras.Altair mendorong dengan pelan batu keras yang dia pijak meletakkan Zhi ke tanah lapang, setelah Zhi mendarat dengan selamat sebuah peluru perak keluar dari batu keras melesat
Altair terjun ke bawah menyusul Adir yang baru masuk terlebih dahulu, Duke Elrica mengikuti mereka ke dalam lubang tersebut dengan jubah yang dia kenakan tadi menutup lubang pintu masuk perpustakaan. Jari jemari kerap tersentuh batu keras Mana yang berwarna-warni, mereka turun di tahan oleh angin Mana yang masuk di celah-celah celana. Lubang terowongan sangat panjang berliku terkadang lutut dan pantat mereke terkena hantaman dinding. Altair juga bisa melihat bayangan dirinya yang penuh dengan luka dan tipu daya, terbiaskan oleh batu keras Mana yang berukuran besar. “Ini tidak akan pernah selesai,” pikir Altair. Duke Elrica berdiri kokoh sambil memegang lentera di tangan kanannya. Setelah mendarat dengan aman, Duke Elrica berjalan maju ke tempat lain karena ruangan yang sangat gelap dan dingin dia meletakkan lentera di wadah khusus. Bentuknya sangat unik mirip de
Panah Mana melesat dengan cepat suara gemericik rantai ikut membuat kegaduhan, Altair melihat ke arah Adir memastikan kondisinya baik-baik saja dan belatih mendarat di atas atap merentangkan lima kerangkanya agar tertahan dengan kuat. Krencing... Krencing.. Duke Elrica yang sedang duduk di tempat kerjanya melihat kedatangan Altair sedang memapah Adir yang sedang tertidur. Raut wajahnya terkejut melihat mereka berdua tiba-tiba muncul dari sana. “Hufth..” desah Duke Elrica memegangi kepalanya. “Ada apa?” tanya Duke Elrica seolah-olah tidak tahu. Altair hanya mengernyitkan dahinya dan berjalan meninggalkan ruang kerja Duke Elrica sendirian. Altair mencari kepala pelayan yang baru saja akan masuk ke ruang kerja. Sikap kepala pelayan terlihat panik melihat kondisi Adir yang sedang di gendong, dengan cepat kepala pelayan mengantarkan
“Altair kau harus segera kembali ke Rhodes,” kata ayahnya.Duke Leon menghubungi Altair saat dia masih berbicara dengan Zhi di perpustakaan mereka. Alat komunikasi yang dia bawa tiba-tiba merespon sebuah panggilan percakapan. Altair yang berharap dia bisa menemukan sesuatu di kediaman Bedros harus menahan keras keinginannya itu.Rhodes diserang wabah penyakit, penyakit itu mengeluarkan Mana abu-abu pekat yang mengakibatkan mata mereka berwarna merah, badan berbintik serta mengeluarkan nanah yang berbau busuk. Rata-rata penyakit tersebut menyerang warga sekitar Rhodes, dimana awal mereka mengetahui gejala tersebut saat ada seorang pemburu liar masuk ke daerah tengah hutan.Disana masih wilayah kekuasaan Bedros, Zhi yang duduk menghadap ke arah Altair terkejut dan gelisah. Raut wajahnya berubah saat mendengar pembicaraan mereka berdua.“Kenapa kau menyuruhku pulang ayah?”
Badai salju menerpa wilayah Bedros. Kedua tunggangan mereka menderu dan memacu diri dengan lincah. Zhi berada di depan memandu mereka berdua untuk kembali ke ibu kota, sang serigala membawa sebuah pedang besar terikat melintang di salah satu sisi kaki depannya.Pedang itu tidak bisa membuat pergerakannya terhalangi sedikitpun untuk berlari kencang.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Altair kepada Adir, melihat sosoknya kembali bisa duduk dengan tegap.“Ya dan terima kasih,” jawab Adir dengan malu.“Sebentar lagi kita akan kembali ke kota,” masih mengendalikan kudanya dengan benar.“Keadaan di kota sangat kacau,” sambung Altair lagi.“Begitukah?” ucap Adir memastikan.Badai salju dengan angin yang sangat deras membuat pohon-pohon pinus bergerak hebat, menghalangi pergerakan mereka ba