Keysa turun dari mobil mewah, dia langsung berlari mencari ruangan tempat dimana dia ada kelas hari ini. Dengan nafas terengah-engah, akhirnya dia sampai dan disana semua mahasiswa dan dosen telah hadir.
"Selamat pagi Pak," sapa Keysa, semua yang hadir menoleh kearahnya.
"Kebiasaan kamu Keysa, selalu terlambat," sahut Dosennya.
"Iya pak maaf, dijalan macet,"
"Kalau macet ya perkirakan kamu datangnya lebih pagi,"
"Iya Pak, maaf,"
"Ya sudah, masuk,"
"Terimakasih pak," jawab Keysa sambil masuk ruangan dan duduk disamping Rere temannya.
Pembelajaran mata kuliah Antopologi Hukum pun berlangsung, Keysa dengan seksama memperhatikan apa yang diterangkan oleh Dosen nya, sambil sesekali dia mencatat nya di buku. Keysa mengambil Fakultas Hukum karena sejak dulu dia bercita-cita menjadi seorang Advokat yang handal. Selama dua jam mata kuliah itupun berakhir.
"Ke kantin yuk," ajak Rere.
"Iya, aku dari tadi cuma makan roti," balas Keysa.
Mereka berangkat ke kantin dilantai bawah kampus.
Kampus Harapan tempat Keysa dan Sherli kuliah, merupakan kampus swasta termahal di Jakarta, mahasiswa dan mahasiswinya dari kalangan orang-orang kaya semua. Jarang sekali mereka tidak membawa kendaraan. Di sepanjang tempat parkir mobil-mobil mewah memenuhi pelatarannya. Kampus itu sangat luas, fasilitasnya lengkap, Kantinnya pun sangat bersih, semua menu lengkap, untuk harganya? Hmm jiwa missquen akan berontak jika mencoba iseng makan disana.
Keysa dan Rere duduk di pojokan kantin, mereka memesan beberapa makanan.
"Key, Brian datang," bisik Rere ketika melihat sosok laki-laki tinggi, dia terkenal sangat tajir melintir, keluarganya merupakan pengusaha pertambangan memiliki cabang dibeberapa daerah di Indonesia.
Namun saat ini keluarganya tinggal diluar negeri, sementara Brian hanya tinggal sendiri disebuah apartemen mewah di pusat Ibukota Jakarta. Hidup bergelimang harta tanpa didampingi orang tua membuat kehidupan Brian tidak beraturan hidup semaunya, pergaulannya bebas, setiap hari maen Billiar dan pergi ke Bar. Brian kemudian menghampiri meja Keysa.
Sudah sejak lama dia menyukai Keysa, tetapi Keysa selalu mengabaikannya bahkan menolaknya ketika pertama kali Brian mengungkapkan keinginannya, Brian bukanlah tipe lelaki idaman buatnya karena dia tidak suka cowok kasar seperti Brian, karena Brian dikampus juga terkenal sering ganti-ganti pasangan.
"Ternyata kita bertemu disini, nona manis," sapa Brian sambil menarik kursi disamping Keysa.
Keysa hanya diam dan fokus ke makanan nya tanpa menggubris ocehan Brian. Brian mengambil makanan yang sedang disantap oleh Keysa, membuat Keysa gerah dengan tindakannya.
"Apa mau kamu?" Tanya Keysa kesal.
"Aku tidak mau apapun, cuma mau kamu," bisik Brian ditelinganya.
"Jangan kurang ajar kamu," Keysa berusaha mendorong tubuh Brian, tetapi Brian dengan dengan cepat meraih tangannya, dan memegang pipi Keysa dengan kencang.
"Jangan kasar kamu, jika tidak mau aku kasarin juga,"
"Hmmm," Keysa hanya bisa menggeram.
"Suatu saat kamu akan saya dapatkan, ingat itu!" Brian lalu pergi dengan nada mengancam.
Keysa mengelus pipinya yang terasa sakit.
Semua pengunjung kantin hanya menoleh nya sebentar, mereka sudah faham terhadap Brian, dan tidak ada yang berani melawannya. Rere dari tadi hanya diam tidak bisa membantu Keysa.
"Key kamu tidak apa-apa?" Tanya Rere gugup.
"Tidak apa-apa Re, ayo kita makan lagi," ajaknya.
"Ini kamu minum dulu," Rere mengambilkan gelas minum untuk Keysa. Dan Keysa menerimanya dan langsung meneguk airnya sampai habis.
"Aku heran sama cewek-cewek yang ngejar dia," Ucap Keysa setelah dia mulai tenang.
"Yang penting mereka itu happy Key,"
"Gimana mau happy, sama cowok tidak ada akhlak begitu,"
"Sudahlah kamu jangan cari masalah sama dia, sepertinya dia itu nekat orangnya Key,"
"Aku gak takut Re,"
"Key udahlah," Rere berusaha mengingatkannya.
Selesai makan, mereka kembali ke kelas mengikuti mata kuliah kedua. Dosen mulai menerangkan materi kuliahnya.
"Kali ini kita kuliah pertama di semester delapan, saya akan memberikan materi tentang Hukum Persaingan Usaha, ada yang bisa menjelaskan?"
Keysa mengangkat tangannya.
"Hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha," ucapnya.
"Betul sekali Keysa,"
Kemudian Dosen melanjutkan memberikan penjelasan terkait materi tersebut. Ditengah materi Rere yang duduk disebelah Keysa berjarak satu meter melihat Keysa tertidur dikursi belakang. Rere melempar Kesya dengan kertas yang digulungnya membentuk sebuah bulatan kecil. Keysa kaget setelah lemparan bola kertas Rere tepat mengenai wajahnya. Keysa langsung terbangun dan melirik kiri kanan, beruntung Dosen tidak melihatnya.
Kesya melihat ke arah Rere yang sejak tadi memanggilnya pelan pelan. Rere memberi kode supaya Keysa jangan tidur dan segera keluar untuk cuci muka. Keysa mengangguk dan dengan cepat dia meminta ijin keluar untuk mencuci muka.
Di koridor kampus Keysa bertemu lagi dengan Brian, Keysa berusaha menghindari Brian tapi Brian mengejarnya dan meraih tangannya.
"Aww..mau apa lagi kamu? lepaskan tanganku sakit," sergahnya.
"Kenapa kamu menghindari ku?"
"Aku tidak menghindar," Keysa berusaha menutupi.
"Kamu tidak akan bisa jauh dari aku Key,"
"Lepaskan Brian, aku harus masuk kelas,"
"Sorry," ucap Brian sambil melepaskan tangan Keysa.
Kesya lalu pergi dengan wajahnya yang memerah karena kesal. Lalu dia mengelus dan mengibaskan tangannya yang sakit karena cengkraman kuat Brian. Baru sampai didalam ruangan, Dosen menerangkan jika materi hari ini selesai. Keysa langsung duduk dan mengusap wajahnya dengan tisu.
"Lama banget kamu di toilet, selesai materi baru datang,"
"Tadi ada Brian lagi,"
"Mau ngapain lagi dia?"
"Entahlah,"
"Ya udah pulang yuk,"
"Aku telpon supir, biar dia jemput dulu, temenin ya Re sampai dia datang," kata Keysa.
"Ayo kita nunggu didepan parkir saja,"
Keysa berniat untuk langsung pulang matanya terasa berat, mau cepat tidur karena semalam dia begadang main game. Tak lama supir yang biasa antar jemput Keysa tiba, Keysa langsung pamit sama Rere.
"Sampai ketemu besok Re,"
"Oke Key, bye,"
"Ayo jalan Pak, kita langsung ke rumah ya," pinta Keysa ke sopirnya.
"Baik Non,"
"Lewat Tol saja biar cepet pak,"
"Iya Non,"
Keysa sedikit gemetar ketika dia melihat pria tampan di depannya, dengan pikiran yang terus berkecamuk. "Yakin kamu tidak mengenaliku?" Tanya Pria itu. Keysa hanya menggelengkan kepala. Keysa melihat ke sekeliling ruangan memperhatikan satu per satu orang yang dan di sana, tetapi semuanya bergeming. Mungkin semua orang yang ada disini berada dalam perintah lelaki yang kini dihadapannya. Lelaki itu kemudian mengeluarkan sebuah benda dari dalam pakaiannya, sebuah kalung. Kerja mengamati kalung itu, persis dengan yang dipakainya. Lalu Keysa pun mengeluarkan kalung itu dari balik pakaiannya. "Kau?" Keysa berusaha mengucapkan sebuah nama, tetapi dia takut jika orang yang dihadapannya bukanlah orang yang dimaksud. "Sudah ingat sekarang?" Tanya lelaki itu. "Aku tidak yakin," "Siapa yang kau pikirkan? Katakan," tanya lelaki itu penasaran. "Percuma juga disebutkan, kamu mungkin tidak mengenalnya," "Coba saja," "Danish," Keysa terdiam sejenak, lidahnya terasa menyebutkan nama itu. "D
Keesokan harinya.Keysa akhirnya luluh, dia mengikuti apa yang diminta oleh Nathan. Dia menunggu apapun yang akan terjadi kedepannya. Namun Keysa yakin ada sesuatu dibalik semua ini, tapi apa? "Kenapa misteri ini begitu panjang sehingga aku sulit menemukan jawabannya?" Keysa mengeluh, sambil duduk termenung sendiri di dalam kamar.Menjelang malam, beberapa kendaraan berdatangan, Keysa mengintip dari balik tirai, tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang yang baru saja datang di rumah itu, karena suasana diluar begitu gelap."Siapa mereka, dan ada urusan mereka datang kesini," Keysa hendak keluar dari kamar, namun ternyata pintunya dikunci dari luar. "Sial, aku terkurung disini," ucapnya, tubuh Keysa terkulai kemudian terduduk dengan menyandarkan tubuhnya ke pintu.
Pagi hari, suara kicauan burung terdengar dari celah kamar. Keysa menggeliat seiring dengan geliat mentari pagi yang berusaha masuk ke dalam kamar. Keysa menatap langit langitnya, dia baru ingat jika semalam bersama Nathan. Dengan cepat dia beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar."Oh rupanya aku di rumah ini," Keysa masih ingat suasana rumah yang pernah dia datangi dulu.Kemudian dia perlahan mencari sosok Nathan ke arah ruang tengah, namun Nathan tidak ditemukan. Keysa kembali berjalan menuju pantry, tak kunjung menemukannya juga. Keysa kemudian duduk di sofa ruang tengah, memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.Suara pintu rumah terdengar ada yang membuka, Keysa menoleh ke arah pintu dan muncul Nathan dengan membawa beberapa kantong sayuran dan segala kebutuhannya.
Setelah beberapa bulan magang di kantor Keenan, kini Kesya telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, begitu juga dengan Rere. Mereka sama-sama mendapat nilai yang sangat memuaskan."Selamat ya Key," ucap Rere ketika mereka berada di kampus, mengambil surat kelulusan."Kamu juga Re," balas Keysa, kemudian mereka saling berpelukan erat. "Mulai detik ini pertarungan kita dimulai, masa depan kita ada didepan, kita harus berjuang Re," lanjut Keysa."Apa yang akan kamu lakukan sekarang Key," tanya Rere.Keysa melepaskan pelukannya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya ke dinding di depan ruangan Dosen. "Entahlah Re, aku ikuti arus saja," Keysa menghela nafas."Gimana kalau kita liburan?"
Siapa Sarah?" Ekspresi wajah Elvina berubah, yang awalnya terlihat bergairah, kini mengernyitkan dahi. Pernyataan Elvina sontak membuat Billy diam sejenak. Kemudian dia mengangkat tubuhnya dan berbaring disamping Elvina yang memandangnya aneh sambil menunggu jawaban.Billy yang awalnya begitu bersemangat, tiba-tiba kehilangan gairahnya, meskipun yang dipikirkan saat itu dia bersama Sarah.Sudah sejak lama dia tidak memiliki hasrat untuk bercumbu dengan Elvina, karena memang dia tidak begitu mencintai Elvina sejak awal menikah, ditambah lagi karena Elvina yang tidak begitu memperhatikannya, yang ada dipikiran Elvina uang dan bersenang-senang diluar."Kamu salah dengar," Billy akhirnya membuka suara. Dia mengutuk dirinya kenapa sampai menyebutkan nama itu.
Kabar mengenai musibah kebakaran itu menyebar ke semua rekan pengusaha, hingga beritanya muncul di media sosial. Billy maupun Elvina sangat terpukul dengan kejadian itu, apalagi ketika mereka mendapat kabar jika pihak asuransi tidak bersedia untuk mengeluarkan sedikitpun dana untuk mengganti kerugian perusahaannya."Sial!" Teriak Billy sambil membanting sesuatu yang ada didekatnya. "Bagaimana pihak asuransi tidak mau menanggung semua ini, sudah jelas ini semua murni, tanpa sengaja kebakaran, kamu pikir siapa yang sengaja membakar semua ini?" Billy memandang tajam ke arah Rama yang baru saja melaporkan terkait informasi dari pihak asuransi."Maaf Bos, informasinya mereka ada bukti bahwa itu bukan murni kebakaran," ucap Rama dengan kepala tertunduk."Bukti apa yang mereka temukan di lokasi?"
Pagi harinya Elvina terlihat sudah bangun, Sherli mengucek matanya yang masih merasa ngantuk. "Mama sudah bangun?" "Papa mu mana? Bagaimana keadaan disana?" Elvina langsung meluncurkan beberapa pertanyaan. "Mama sebaiknya tenang dulu, biarlah itu semua Papa yang urus," ucap Sherli berusaha menenangkan. "Mama harus melihatnya kesana," Elvina berusaha bangkit dari tempat tidur, tetapi Sherli segera menahannya. Keysa memicingkan matanya yang terlihat sangat mengantuk, namun telinganya mendengar obrolan Elvina dan Sherli. Dia langsung bangkit dari sofa. "Tante sebaiknya disini saja, biarkan Om Billy yang atur semua, jangan sampai Om Billy mala
Imah keluar dari kamar Keysa, dia langsung menuju kamarnya dan mencari sesuatu di dalam lemari pakaian, dan tak lama Imah mengeluarkan sebuah kotak kayu berukuran kecil, kotak itu sepertinya sudah lama berada di dalam lemari pakaian Imah.Imah mencari sesuatu dan akhirnya dia terlihat bibirnya tersenyum dan memegang selembar foto anak kecil.Tapi kemudian wajah Imah berubah sayu, dia seperti mengkhawatirkan sesuatu.'Apa aku ceritakan saja sama Non Keysa ya?'Beberapa detik Imah terdiam, dia sedang mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya sekarang.Imah kemudian bergegas keluar dari kamarnya, dan kembali menuju kamar Keysa. Dia langsung disambut Keysa di depan pintu, Keysa dengan cepat m
Semua pandangan keluarga Cashel diruangan itu tertuju pada sepasang suami istri yang baru saja datang dan berdiri di hadapan mereka."Sarah?" Elvina yang pertama kali mengeluarkan suara dan memanggil nama Sarah yang sedang berdiri dengan senyumnya yang terlihat sedikit menggoda, ya... dia sedikit menggoda Billy yang terkejut juga ketika melihatnya, Sarah melirik Billy dan dia cukup paham sikap Billy yang sedikit panik. Sarah begitu senang karena berhasil membuat Elvina dan yang lainnya terkejut. "Hai Elvina," jawab Sarah santai.Sarah dan Febri kemudian menghampiri mereka dan mengulurkan tangannya. Elvina terlihat enggan menerima uluran tangan Sarah, selama ini Elvina merasa tersaingi oleh Sarah. Billy dan Sherli pun terlihat biasa saja menyambut kedatangan mereka. Tetapi Keysa dia mengerutkan dahinya, dia merasa pernah bertemu dengan Sarah, tapi Keysa lu