Kesya Fradella Cashel salah satu pewaris dari perusahaan Cashel Grup, di usianya yang masih muda, orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Perusahaan mereka kini dikuasai oleh Billy yang merupakan adik dari ayahnya Kesya. Suatu hari Keysa diculik oleh Brian, lelaki yang selama ini menyukai nya, namun Keysa menolaknya karena Brian terkenal arogan dan sering ganti pasangan. Kehidupan Brian yang bergelimang harta membuatnya hidup semaunya. Seseorang menyelamatkan Keysa, dan memberi tahu Kesya jika orang tuanya tidak murni kecelakaan, melainkan ada orang yang sengaja mencelakai. Sejak hari itu Keysa berusaha menyelidiki kasus kematian orang tuanya. Selain itu sebuah pesan dari nomor 504 selalu memberi Keysa informasi penting untuk Keysa. Siapa pemilik nomor 504 itu? dan siapa yang menyelamatkan Keysa?
더 보기"Ma-mama,"
"Mama!"
"Jangan pergi Ma!"
"Mama, tidak!"
Keysa terbangun dari tidurnya, dikagetkan oleh sebuah mimpi bertemu dengan Mama-nya, mimpi itu terasa aneh seolah ada yang ingin Mamanya sampaikan dan kerap muncul dalam tidurnya. Tak lama pintu kamarnya ada yang mengetuk.
"Maaf Non, itu dipanggil tuan kecil untuk makan," ucap Bi Imah asisten rumah tangga.
"Iya Bi, sebentar lagi aku turun," jawabnya dengan nada malas.
"Baik Non, kalau begitu bibi mau kembali ke dapur,"
"Iya Bi, terima kasih,"
Bi Imah keluar meninggalkan Keysa yang masih terlentang di tempat tidur.
Kemudian Keysa melirik jam dinding.
"Waduh..udah siang ini, aku ada jadwal kuliah jam delapan," Keysa panik sambil langsung beranjak ke kamar mandi.
Selesai mandi dan ganti pakaian, Keysa langsung turun menggunakan lift menuju meja makan, disana Elvina dan Billy, juga Sherli sepupunya sudah siap untuk sarapan di meja makan.
Keysa langsung mengambil roti yang diolesi selai coklat dan langsung pergi.
"Key langsung berangkat Om, Tante,"
"Anak itu sudah besar, kok masih kayak anak-anak tingkahnya," sahut Billy.
"Biarin sajalah Pa," sergah Elvina
"Di kampus juga kelakuannya begitu tuh," tambah Sherli.
"Kamu juga sama saja Sherli,"
"Mama malah belain dia seh," sahut Sherli manja.
"Ya sudah, Papa berangkat dulu, nanti Papa pulang terlambat," ucap Billy.
"Iya Pa,"
"Sherli kamu kuliah yang bener,"
"Iya Pa,"
"Mama juga bentar lagi berangkat,"
Billy Melviano Cashel usianya menginjak lima puluh tahun merupakan salahsatu pewaris perusahaan Cashel Group yang sukses, terkenal kaya raya dan terpandang, beberapa perusahaannya sedang berkembang, jaringannya cukup luas sehingga cabangnya tersebar dibeberapa negara. Tidak heran jika saat ini dia tinggal disebuah rumah mewah yang sangat luas berada dipinggiran Ibukota dengan beberapa penjaga dan fasilitas yang serba mewah juga, disebelah kanan terdapat rumah khusus para pegawai.
Bisnis yang dijalankannya mulai dari properti, proyek pembangunan, pertambangan dan lainnya.
Sementara istrinya Elvina memegang sebuah galery busana. Setiap hari mereka sibuk dengan pekerjaannya. Billy ataupun Elvina kemanapun mereka pergi selalu menggunakan sopir pribadi dengan kendaraannya masing-masing, begitu juga Keysa yang memiliki nama panjang Keysa Fradella Cashel dan Sherli Deolinda Cashel, mereka ke kampus tidak pernah membawa mobil sendiri. Sebenarnya Keysa lebih suka naik angkutan umum tetapi Billy melarangnya dengan alasan keamanan.
Sejak umur lima tahun, Keysa tinggal dengan Billy yang merupakan Adik Papanya. Kedua orang tua dan Kakaknya mengalami kecelakaan ketika mengunjungi perusahaannya di Bali.
Mobil yang dibawanya jatuh ke jurang, jenazah kedua orang tuanya ditemukan seminggu setelah kejadian dalam kondisi mengenaskan dan susah untuk dikenali. Sementara tubuh kakaknya tidak ditemukan hingga saat ini dan kasusnya pun telah ditutup.
Billy adalah sosok Pemimpin yang sangat arogan, beberapa pegawai sangat takut kepadanya, ketika ada pegawai yang tidak melaksanakan perintahnya maka ia akan memecatnya. Kemana-mana selalu membawa bodyguard. Saat ini dia sedang ikut bersaing dengan beberapa perusahaan untuk memenangkan proyek pembangunan Rumah Sakit.
"Ada info apa?" Tanya Billy kepada Rama asistennya di ruangan kantornya.
"Nanti malam kita ada pelelangan proyek Bos"
"Sudah kau urus untuk penyelenggara dan yang lainnya?"
"Sudah Bos, aman,"
"Bagus kalau begitu, kita harus memenangkan proyek ini, jangan sampai proyek ini jatuh ketangan Golden Group," sahut Billy.
Salah satu pegawainya bernama Doni masuk dan langsung menghampiri Billy dan membisikan sesuatu. Billy sepertinya mendapat berita penting, dia hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Tak lama ponselnya berbunyi.
"Halo Mr. Xavier, kiriman anda sudah sampai, semoga bisnis kita berjalan lancar,"
"Saya senang bisa bekerjasama dengan Mr. Billy," ujar seseorang terdengar melalui ponsel yang dipanggil Mr. Xavier.
"Tentu saya juga sangat senang," balas Billy.
"Baiklah kalau begitu semoga bisnis kita lancar,"
"Baik Mr. Xavier," ucap Billy.
"Doni, kau ajak yang lain berangkat ke gudang, cek barang yang baru datang," perintahnya.
"Siap Bos,"
Doni langsung berangkat ke arah gudang di daerah Tangerang dengan membawa mobil operasional kantor.
Suasana kantor hari ini cukup sibuk, baru saja Doni pergi, gantian sekarang Hary yang datang.
"Bos kiriman kain sudah datang,"
"Langsung antar ke tempat Nyonya mu saja, kalau untuk urusan kain begitu jangan berurusan dengan saya, gitu saja kalian tidak bisa,"
"Baik Bos,"
Beberapa pabrik tekstil yang ada di Bandung sebagian adalah milik keluarga Cashel, betapa kekayaannya sangat melimpah, hampir semua bisnis mereka miliki. Kain itu untuk kebutuhan galery Elvina, meskipun produk lokal tetapi kualitasnya sangat bagus, karena bahan bakunya dari luar negeri karena mereka juga kerjasama dengan negara lain. Selang beberapa menit, ponsel Billy kembali berdering.
"Bos maaf kami belum selesai urusannya," lapor salah satu pegawainya.
"Kau ini gimana, gitu saja tidak becus!" Umpatnya.
"Maaf Bos, warga tidak mau tanda tangan kalau belum ada rumahnya,"
"Pokoknya kau urus, bagaimanapun caranya,"
"Baik Bos," Billy melempar ponselnya ke meja, sepertinya dia sedang menahan rasa kesal.
"Gimana orang itu bekerja, masa tidak bisa ngobrol sama warga, yang penting kan mereka tanda tangan dulu, repot kalau begini urusan, mana nanti malam sudah pelelangan," gerutunya.
Billy selalu memaksakan kehendaknya, semua yang dia inginkan harus didapatkannya dengan cara apapun. Bila perlu menyuap para partner nya, bahkan dia tidak segan untung membunuh yang dianggap menjadi saingannya. Dan dia sangat lihai dan licik menjalankan segala aktivitasnya.
Keysa sedikit gemetar ketika dia melihat pria tampan di depannya, dengan pikiran yang terus berkecamuk. "Yakin kamu tidak mengenaliku?" Tanya Pria itu. Keysa hanya menggelengkan kepala. Keysa melihat ke sekeliling ruangan memperhatikan satu per satu orang yang dan di sana, tetapi semuanya bergeming. Mungkin semua orang yang ada disini berada dalam perintah lelaki yang kini dihadapannya. Lelaki itu kemudian mengeluarkan sebuah benda dari dalam pakaiannya, sebuah kalung. Kerja mengamati kalung itu, persis dengan yang dipakainya. Lalu Keysa pun mengeluarkan kalung itu dari balik pakaiannya. "Kau?" Keysa berusaha mengucapkan sebuah nama, tetapi dia takut jika orang yang dihadapannya bukanlah orang yang dimaksud. "Sudah ingat sekarang?" Tanya lelaki itu. "Aku tidak yakin," "Siapa yang kau pikirkan? Katakan," tanya lelaki itu penasaran. "Percuma juga disebutkan, kamu mungkin tidak mengenalnya," "Coba saja," "Danish," Keysa terdiam sejenak, lidahnya terasa menyebutkan nama itu. "D
Keesokan harinya.Keysa akhirnya luluh, dia mengikuti apa yang diminta oleh Nathan. Dia menunggu apapun yang akan terjadi kedepannya. Namun Keysa yakin ada sesuatu dibalik semua ini, tapi apa? "Kenapa misteri ini begitu panjang sehingga aku sulit menemukan jawabannya?" Keysa mengeluh, sambil duduk termenung sendiri di dalam kamar.Menjelang malam, beberapa kendaraan berdatangan, Keysa mengintip dari balik tirai, tapi dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang-orang yang baru saja datang di rumah itu, karena suasana diluar begitu gelap."Siapa mereka, dan ada urusan mereka datang kesini," Keysa hendak keluar dari kamar, namun ternyata pintunya dikunci dari luar. "Sial, aku terkurung disini," ucapnya, tubuh Keysa terkulai kemudian terduduk dengan menyandarkan tubuhnya ke pintu.
Pagi hari, suara kicauan burung terdengar dari celah kamar. Keysa menggeliat seiring dengan geliat mentari pagi yang berusaha masuk ke dalam kamar. Keysa menatap langit langitnya, dia baru ingat jika semalam bersama Nathan. Dengan cepat dia beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar."Oh rupanya aku di rumah ini," Keysa masih ingat suasana rumah yang pernah dia datangi dulu.Kemudian dia perlahan mencari sosok Nathan ke arah ruang tengah, namun Nathan tidak ditemukan. Keysa kembali berjalan menuju pantry, tak kunjung menemukannya juga. Keysa kemudian duduk di sofa ruang tengah, memikirkan apa yang harus dia lakukan sekarang.Suara pintu rumah terdengar ada yang membuka, Keysa menoleh ke arah pintu dan muncul Nathan dengan membawa beberapa kantong sayuran dan segala kebutuhannya.
Setelah beberapa bulan magang di kantor Keenan, kini Kesya telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, begitu juga dengan Rere. Mereka sama-sama mendapat nilai yang sangat memuaskan."Selamat ya Key," ucap Rere ketika mereka berada di kampus, mengambil surat kelulusan."Kamu juga Re," balas Keysa, kemudian mereka saling berpelukan erat. "Mulai detik ini pertarungan kita dimulai, masa depan kita ada didepan, kita harus berjuang Re," lanjut Keysa."Apa yang akan kamu lakukan sekarang Key," tanya Rere.Keysa melepaskan pelukannya, kemudian dia menyandarkan tubuhnya ke dinding di depan ruangan Dosen. "Entahlah Re, aku ikuti arus saja," Keysa menghela nafas."Gimana kalau kita liburan?"
Siapa Sarah?" Ekspresi wajah Elvina berubah, yang awalnya terlihat bergairah, kini mengernyitkan dahi. Pernyataan Elvina sontak membuat Billy diam sejenak. Kemudian dia mengangkat tubuhnya dan berbaring disamping Elvina yang memandangnya aneh sambil menunggu jawaban.Billy yang awalnya begitu bersemangat, tiba-tiba kehilangan gairahnya, meskipun yang dipikirkan saat itu dia bersama Sarah.Sudah sejak lama dia tidak memiliki hasrat untuk bercumbu dengan Elvina, karena memang dia tidak begitu mencintai Elvina sejak awal menikah, ditambah lagi karena Elvina yang tidak begitu memperhatikannya, yang ada dipikiran Elvina uang dan bersenang-senang diluar."Kamu salah dengar," Billy akhirnya membuka suara. Dia mengutuk dirinya kenapa sampai menyebutkan nama itu.
Kabar mengenai musibah kebakaran itu menyebar ke semua rekan pengusaha, hingga beritanya muncul di media sosial. Billy maupun Elvina sangat terpukul dengan kejadian itu, apalagi ketika mereka mendapat kabar jika pihak asuransi tidak bersedia untuk mengeluarkan sedikitpun dana untuk mengganti kerugian perusahaannya."Sial!" Teriak Billy sambil membanting sesuatu yang ada didekatnya. "Bagaimana pihak asuransi tidak mau menanggung semua ini, sudah jelas ini semua murni, tanpa sengaja kebakaran, kamu pikir siapa yang sengaja membakar semua ini?" Billy memandang tajam ke arah Rama yang baru saja melaporkan terkait informasi dari pihak asuransi."Maaf Bos, informasinya mereka ada bukti bahwa itu bukan murni kebakaran," ucap Rama dengan kepala tertunduk."Bukti apa yang mereka temukan di lokasi?"
Pagi harinya Elvina terlihat sudah bangun, Sherli mengucek matanya yang masih merasa ngantuk. "Mama sudah bangun?" "Papa mu mana? Bagaimana keadaan disana?" Elvina langsung meluncurkan beberapa pertanyaan. "Mama sebaiknya tenang dulu, biarlah itu semua Papa yang urus," ucap Sherli berusaha menenangkan. "Mama harus melihatnya kesana," Elvina berusaha bangkit dari tempat tidur, tetapi Sherli segera menahannya. Keysa memicingkan matanya yang terlihat sangat mengantuk, namun telinganya mendengar obrolan Elvina dan Sherli. Dia langsung bangkit dari sofa. "Tante sebaiknya disini saja, biarkan Om Billy yang atur semua, jangan sampai Om Billy mala
Imah keluar dari kamar Keysa, dia langsung menuju kamarnya dan mencari sesuatu di dalam lemari pakaian, dan tak lama Imah mengeluarkan sebuah kotak kayu berukuran kecil, kotak itu sepertinya sudah lama berada di dalam lemari pakaian Imah.Imah mencari sesuatu dan akhirnya dia terlihat bibirnya tersenyum dan memegang selembar foto anak kecil.Tapi kemudian wajah Imah berubah sayu, dia seperti mengkhawatirkan sesuatu.'Apa aku ceritakan saja sama Non Keysa ya?'Beberapa detik Imah terdiam, dia sedang mempertimbangkan apa yang akan dilakukannya sekarang.Imah kemudian bergegas keluar dari kamarnya, dan kembali menuju kamar Keysa. Dia langsung disambut Keysa di depan pintu, Keysa dengan cepat m
Semua pandangan keluarga Cashel diruangan itu tertuju pada sepasang suami istri yang baru saja datang dan berdiri di hadapan mereka."Sarah?" Elvina yang pertama kali mengeluarkan suara dan memanggil nama Sarah yang sedang berdiri dengan senyumnya yang terlihat sedikit menggoda, ya... dia sedikit menggoda Billy yang terkejut juga ketika melihatnya, Sarah melirik Billy dan dia cukup paham sikap Billy yang sedikit panik. Sarah begitu senang karena berhasil membuat Elvina dan yang lainnya terkejut. "Hai Elvina," jawab Sarah santai.Sarah dan Febri kemudian menghampiri mereka dan mengulurkan tangannya. Elvina terlihat enggan menerima uluran tangan Sarah, selama ini Elvina merasa tersaingi oleh Sarah. Billy dan Sherli pun terlihat biasa saja menyambut kedatangan mereka. Tetapi Keysa dia mengerutkan dahinya, dia merasa pernah bertemu dengan Sarah, tapi Keysa lu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글