Home / Romansa / 7 Sumpah / Teman Kepo

Share

Teman Kepo

Author: Az Zidan
last update Huling Na-update: 2021-04-02 20:15:51

-7 Sumpah-

Mimpi adalah kunci untuk kita

Menaklukkan dunia

Berlatihlah tanpa lelah

Sampai engkau merainya.

Laskar pelangi -- Nidji

--------------------------------------------

Kebersamaan bersama teman adalah waktu istimewa bagi Airin. Sekalipun terkadang mereka usil, bawel, dan kepo. Bagi Airin itulah teman. Dengan berbagai sifat dan karakter mereka, yang akhirnya menjadi 'Kita' untuk Airin dan semua sahabatnya.

Celoteh Zia masih menggema di dalam rumah Airin, bersamaan dengan suara derasnya air hujan dan suara guntur yang menggelegar serta keclapan kilat-kilat dan hembusan angin kencang yang mencoba menerobos masuk melalui celah-celah jendela.

"Main kesini dong lu, gue sama Airin sendiri di rumah Airin. Gue tunggu ya, sekalian bawain gue cemilan, kerak telur, batagor dan siomay ya." celetuknya dalam telepon. Sembari memainkan rambutnya yang bergelombang di bagian bawah

Zia tengah menghubungi salah satu sahabatnya, untuk ikut menginap di rumah Airin.

"Lu kira gue pembokat lu? Hutang lu yang kemarin belum lu bayar Zi! Bayar dulu baru gue beliin." balas seseorang yang di seberang. Dengan nada sinis bermaksud menggoda Zia.

"Ya elah lu mah peritungan amat sama temen juga. Iya besok gue ganti, tapi lu harus ke sini sama yang lain juga, temenin gue nginep di sini. Airin lagi bad mood, gue mau di makan sama dia." cetus Zia yang langsung mendapat sorotan mata membunuh oleh Airin.

"Sorry Rin, canda juga." sela Zia saat dirinya menoleh ke arah Airin dan mata Airin masih melotot ke arahnya.

"Iya gue bakal datang sama yang lain. Udah ya see you." Seseorang diseberang mengakhiri panggilan itu.

--------------

-7 Sumpah-

     -------------

Gemuruh Guntur tak lagi terdengar, namun suara samar-samar rintik hujan masih bisa di tangkap oleh indera pendengaran mereka yang tengah sibuk di depan televisi berukuran besar di hadapannya.

Mempertunjukkan film horor dilayarnya. Dengan memegang, menempel erat pada lengan Airin, Zia menutup matanya, dengan jemarinya yang lentik, namun masih ada celah untuk melihat setiap apa yang terjadi di layar besar itu.

"Ngapain nonton kalau takut? Ish ... risih tahu nggak? Geseran nggak? Gue tinggal nih!" cetus Airin yang merasa kesal dengan tingkah sahabatnya itu. Iya mencoba melepaskan pegangan tangan Zia dan menggeser duduknya sedikit menjauh. Namun Zia tetap mengikutinya.

"Rin ... tega amat sih lu sama gue. Gue itu penasaran sama filmnya, tapi gue juga takut, lu 'kan berani, jadi temenin gue nonton ya? Please?" pinta Zia pada Airin dengan wajah memelas. Mata berbinar bak seekor kucing yang menginginkan suatu mainan kesukaan.

Suara bel yang berbunyi menghentikan percekcokan antara Airin dan Zia. Airin bangkit dari duduknya, dan ingin membuka pintu namun Zia menarik kembali tangannya.

Sampai Airin kembali terduduk di tempat semula, beruntung Airin tak terjungkal, karena sandaran di sofa bisa menopang tubuhnya. Sehingga ia tak jatuh kebelakang.

"Zia! Ada yang datang, kalau begitu lu aja yang bukain pintu. Cepet." tegur Airin yang semakin kesal dengan tingkah Zia. Airin melipat kedua tangannya di depan dada dan membuang muka dari Zia.

Zia hanya tersenyum kikuk, menampakkan deretan gigi mungilnya yang rapi, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kita buka bareng ya? Gue takut Rin. Gue akan tetap memegang tangan lu seperti ini, sampai kita berhasil membuka pintu. Oke?" ujarnya. Memberikan ide yang amat tidak menguntungkan bagi Airin. Tangannya menggoyang-goyangkan lengan Airin.

Suara bel kembali berbunyi, entah sudah berapa kali. Airin berjalan santai dengan 'benalu' yang menempel di lengannya. Sesekali Airin harus tersandung-sandung saat berjalan, karena posisi berjalan dengan dua tubuh yang berdempetan sangatlah sulit.

Airin membuka pintu, nampak beberapa sosok yang amat dia kenal. Airin membuka lebih lebar daun pintu itu, dan menggeser tubuhnya menyisih ke samping. Memberikan sahabatnya jalan.

"Airin!" sapa seseorang dengan gaya tomboynya, dan langsung memeluk Airin.

"Sugeng dalu Airin." sapa salah satu dari mereka. Bergantian memeluk Airin ( Selamat malam Airin)

"Hei ... Rin." susul seseorang lagi, yang masih menyapa sang pemilik rumah.

Mereka masuk kedalam rumah, yang memberikan sedikit kehangatan untuk mereka, yang baru saja menempuh perjalanan membelah hujan di alam bebas itu.

Masing-masing mencari tempat ternyaman untuk mereka, duduk di sofa di depan televisi, berbaring di kasur lantai di depan televisi, dan duduk berdampingan, saling menyalurkan kehangatan satu sama lain, menggesek kedua tangan mereka, memberikan sensasi yang bisa meredakan dingin akibat cuaca diluar.

"Apa nih Rin? Siapa yang kasih? Kok isinya begini sih." tanya Olin yang penasaran dengan kado di atas meja itu.

Semua mata tertuju di mana kado itu berada. Mendekatkan pandangan mereka lebih jelas pada isi kotak itu.

"Kok gue datang lebih dulu enggak tahu sih ada kotak disini." Zia ikut menimbrung, menerobos masuk ke kerumunan dan memimpin ditengah mereka.

"Iki maksudte opo?" tanya Sastra khas dengan bahasa medoknya. ( Ini mksudnya apa ?)

"Daun dan bunga kering? Iseng banget yang kirim Rin, apa dari pacar obsesi mu? Maksudku matan." ucap Zen memperbarui kata-katanya. Ia menatap kado itu dan mengorek lebih dalam isi kado itu.

"Tahu lah! Gue pulang sudah ada di meja depan tadi." jelas Airin dengan asyik memainkan ponselnya, memeriksa email yang masuk dari beberapa orang yang akan memberikan tugas baru untuk Bos-nya.

"Ih serem amat sih Rin? Lu nggak takut?" imbuh Olin yang saat ini mendekat di samping Airin yang duduk agak jauh dari mereka.

"Kenapa mesti takut? Palingan juga orang iseng yang salah alamat. Dah ah yuk tidur! Gue besok ada tugas penting, bangunin gue kalau gue kesiangan geng's. Gue masuk duluan ya, dan terserah kalian mau tidur dimana." jelas Airin dan berlalu pergi meninggalkan mereka. Menghilang di balik pintu kamar Airin yang tak jauh dari ruang tengah itu.

---------------------------

Persahabatan bagai kepompong

Mengubah ulat menjadi kupu - kupu

Persahabatan bagai kepompong

Hal yang tak mudah berubah jadi indah

Persahabatan bagai kepompong

Maklumi teman hadapi perbedaa

( Sind3ntosca -- Kepompong )

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • 7 Sumpah   Flashback 6th #13

    Flashback 6th #13 - 7 Sumpah - --------------Sudah tiga hari lamanya Haidar terbaring di rumah sakit. Kini beberapa lukanya cukup membaik, dan beberapa perban juga telah lepas, gips yang terpasang di lehernya pun telah tiada. Esok ia akan diijinkan untuk pulang.Sampai saat ini Airin masih setia menemani kekasihnya itu.Sebentar lagi juga adalah hari wisuda bagi Haidar, tentu dia menantikan waktu itu tiba.Setelah ini dia bisa mencapai mimpinya, sedikit lagi, tinggal sedikit lagi."Apa kau bosan?" tanya Airin pada Haidar."Bukan aku yang bosan tapi kau Ai, ayo kita keluar dari kamar ini, ini memang memuakkan." jelasnya."Baiklah, aku akan ambilkan kursi roda untukmu Rey, aku akan membawamu berkeliling." Dengan senyum yang terukir, Airin melenggang pergi dari ruangan itu.Ia kembali dengan sebuah kursi roda. Airin membantu Haidar untuk duduk di atas kursi roda itu, dengan hati-hati dan sangat telate

  • 7 Sumpah   Flashback #12

    Flashback 6th #12 - 7 Sumpah --------------Hari ini adalah hari awal liburan dimulai, seharusnya Airin tengah meminta ijin pada sang ayah untuk pergi liburan kemana ia ingin pergi, namun rencananya batal. Ya ... memang manusia bebas merencanakan apapun namun Tuhan lah sang penentu. Rencana itu batal karena insiden yang menimpa Haidar, luka yang di dapat cukup menyakitkan sehingga ia tak bisa beranjak barang hanya ke kamar mandi.Pagi ini Airin sudah terburu-buru menyiapkan segala sesuatu yang ia perlukan untuk beberapa hari di rumah sakit. Tentu saja, kali ini bukan ijin berlibur, melainkan dia meminta ijin untuk menjaga Haidar di rumah sakit. Meskipun sekuat tenaga Haidar melarangnya, Airin tetaplah Airin yang keras kepala untuk masalah ini.Kasih sayang Airin sangat tulus dan besar, mendapat curahan cinta dari Haidar adalah hak yang paling membahagiakan sepanjang hidup Airin.Tas ransel berukuran b

  • 7 Sumpah   Flashback #11

    Flashback 6th #11 - 7 Sumpah -"Dia sudah melewati masa kritis, kita hanya menunggu dia sadar saja Nona." jelas Jay. Antony dengan wajah bantalnya hanya memperhatikan Airin. Begitu juga dengan Rama, ia heran seorang gadis SMA yang menjadi kekasih temannya itu.Airin menoleh saat mendengar suara bariton itu, wajahnya tak menyiratkan apa-apa yang bisa di baca oleh Jay, yang Jay tahu gadis di hadapannya hanya sedang bersedih. Mungkin dengan memberinya sedikit informasi yang di dapat dari Dokter ia akan tenang. Biar bagaimanapun ia yang menyebabkan ini terjadi, dan dia tak ingin sampai gadis ini semakin sedih karena perbuatannya itu.Airin menghampiri Jay, dengan wajah berubah merah padam dan juga penuh kebencian, tangannya mengepal di bawah. Dengan secepat kilat ia melayangkan bogem pada perut Jay. Jay Chou yang tak tahu bahwa dirinya akan dipukul sontak kaget dan sedikit mundur kebel

  • 7 Sumpah   Tragedi

    Flashback #10 - 7 Sumpah -Teruntuk kamu, hidup dan matikuAku tak tahu lagi harus dengan kata apa aku menuliskannyaAtau dengan kalimat apa aku mengungkapkannyaKarena untuk keberkian kalinyaKau buat aku kembali percaya akan kata cintaDan benar, bahwa cinta masih berkuasa di atas segalanyaKetika hati yang mudah rapuh iniDiuji oleh duniawi, diuji oleh materi untuk kesekian kaliLagi, lagi, dan lagiKutuliskan kenangan tentangCaraku menemukan dirimuTentang apa yang membuatku mudahBerikan hatiku padamu( Virgoun -- Surat cinta U/Starla )-------------------Suara roda brankar rumah sakit yang beradu dengan garis-garis lantai keramik, dan keadaan yang begitu mencemaskan. Beberapa perawat serta 3 orang sahabat Haidar mendorong ranjang itu menuju ke ruangan Unit Gawat Darurat. Pasca kejadian malam tadi Haidar terpaksa harus dilarikan

  • 7 Sumpah   Tragedi Haidar

    Flashback 6th #9Rumah pohon - 7 Sumpah - --------------Kau mau apa pasti 'kan ku beriKau minta apa akan aku turutiWalau harus aku terlelah dan letihIni demi kamu, sayangAku tak akan berhenti menemani dan menyayangimuHingga matahari tak terbit lagiBahkan bila aku mati, ku 'kan berdoa pada Ilahi'Tuk satukan kami di Surga nantiTahukah kamu apa yang ku pintaDi setiap doa sepanjang hariku?Tuhan, tolong aku, tolong jaga diaTuhan, aku sayang diaWali -- Doaku untukmu-----------------"Hai, Ai, ayo! Naiklah dan tutup matamu dengan kain ini." ucap Haidar.Airin menurut ia mengambil kain hitam panjang itu dari tangan Haidar, lalu memakainya untuk menutupi mata. Dalam perjalanan yang singkat. Jantung Airin bergemuruh bak ingin mencuat keluar. Airin memegang erat perut Haidar."Oke, kita sampai Ai, t

  • 7 Sumpah   Flashback enam tahun # 8

    Flashback 6th #8Rumah pohon - 7 Sumpah -Sudah satu Minggu sejak pembuatan rumah mini pohon itu, dan Airin menepati janjinya tidak datang ke sana semenjak hari itu. Liburan masih panjang sembilan hari lagi menuju kelas baru. Airin menantikan waktu itu, namun Airin juga tak ingin liburan ini segera berakhir, karena dia ingin menghabiskan banyak waktu dengan Haidar.Ah ... Mungkin yang sudah bucin si Airin ya geng's 🥰.Denting jam berbunyi berulang tiga kali, artinya saat ini jarum jam menunjukkan pukul tiga. Airin yang sedang asyik di teras belakang menyapu pemandangan dengan mata bulat hitamnya, serta gitar yang berada di tangannya. Bernyanyi lagu sendu yang sangat merdu dari Virgoun -- BuktiInt. G..D/F#..F..C..G D/F#meruntuhkan egoku F Cbukanlah satu hal yang mudah Am D

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status