Author Pov
“RASEN IHHHHHH! KENAPA SIH LO DEMEN BANGET CARI MASALAH SAMA GUE?!?!”
“LO TUH BISA GAK SIH SEKALI AJA GAK BIKIN GUE KESELLLLLL???”
Rasen yang tengah meneguk segelas susu malah hampir terbatuk-batuk. “Gue ngapain dah? Cuman diem,” ujar Rasen.
Terhitung sudah hampir seminggu, Raveena dan Rasen selalu menghabiskan waktu bersama. Mengurus dan mengasuh Nayara. Jangan pikir kalau dalam waktu seminggu itu mereka akur. Tolong sekali lagi, jangan pernah memikirkan hal itu. Nyatanya, meski dalam situasi yang menuntut mereka berkerja sama. Raveena dan Rasen tidak pernah dari lepas adu bacot.
Raveena mendapat kabar kalau Bibinya—Maudy, akan segera pulang ke Indonesia. Antara besok dan lusa. Itu adalah kabar yang cukup gembira untuknya. Tapi khusus malam ini, Raveena sedang naik pitam.
“GUE KAN UDAH BILANG JANGAN HABISIN SUSU FORMULA NAYA!!” Pekik Raveena menatap kesal. Keduanya kini sedang berada di dapur. Raveena kelewat je
Tbc ❤
Author PovOlahraga. Adalah mata pelajaran yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian siswa/sisiwi. Tapi untuk para kaum mager yang hobinya dirumah adalah rebahan, mata pelajaran ini sangat paling dihindari dengan asalan; malas, capek, panas, dan sebagainya.Hari ini, para murid kelas 12 IPA 2 tengah berkumpul di lapang. Di bawah teriknya sinar matahari. Mereka berbaris rapi lengkap menggunakan seragam olahraga serempak. Di barisan paling depan putri, telah di pimpin oleh Raveena. Raveena mengedarkan pandangannya. Mengamati secara inci dan detail perbarisan di belakang juga di sampingnya. Ternyata benar, ada yang kurang. Rasen dan kedua sahabatnya itu hilang ntah kemana. Bagai terlelan bumi.“Bentar, Wil, jangan dimulai dulu pemanasan nya,” ucap Raveena kepada Wildan selaku pimpinan barisan putra.“Kenapa?”“Nyari Rasen sama dua kecebongnya dulu,” kata Raveena lekas pergi menjauh meninggalkan barisan. Lista dan Merin saling pandang satu
Pagi-pagi, Raveena belum sepenuhnya sadar dari bangun tidurnya mengernyit heran menatap Rasen yang sudah berdiri sambil memegang keresek yang ia bawa. Tidak ada angin dan hujan, tiba-tiba saja Rasen jinak. Cowok itu masih anteung dengan wajah watados meski Raveena menatapnya penuh pertanyaan."Terus, di sini ngapain?" tanya Raveena heran. Gadis itu masih terbaring lemas di atas kasur."Nganterin sarapan buat lo, biar lo bisa makan obatnya langsung." Rasen mengeluarkan bubur dan roti di dalam keresek yang berbeda."Lo ke sini cuma nganterin gue sarapan? Nggak perlu, gue masih ada nasi, elah," ucap Raveena menyipitkan matanya menahan pusing."Gue juga pernah ngerasain sakit, Vee. Kalau lagi sakit makan nasi tuh rasanya berubah nggak enak, makanya gue bawain ini." Rasen menyahut santai. "Eh, ntar kalau gue berangkat, anak kita jangan lupa dikasih susu ya.""Iya bawel."Rasen meletakkan bubur dan roti itu secara bersamaan diatas naka
Author Pov“Nggak gue nggak selingkuh, Tha, kenapa dia nuduh gue kayak gitu?”“Gue bukan cewek murahan..Tha. Bukan.”“Kenapa harus ngebentak Veena, kalau Veena salah omongin baik-baik....”“Veena kangen Papa....”Suara parau diiringi isakan kecil itu masih terdengar samar dalam keheningannya. Juga bagaimana pandangan sendu gadis itu ketika menatapnya penuh cerita. Berbagi luka yang tak seharusnya dilakukan. Bahu yang terguncang hebat dengan tangan gemetar, ia masih ingat itu dengan jelas.Rasen mengerang, men-dribble bola basket itu semakin tak karuan. Di bawah langit yang tak menunjukkan wajah cerahnya, Rasen berusaha meredam amarah sedalam-dalamnya. Peluh yang mengucur di pelipis kirinya begitu deras. Rasa dilema tak henti menggerayang di hatinya.Rasen melakukan 1001 cara agar Raveena jauh dari kata rapuh. Dan si brengsek itu dengan sekali ucapan sampahnya malah mengacaukan semuanya.Prok ... prok... prok....
Author PovHari ini Bi Maudy pulang gengs,Dari Singapore,Bawa oleh-oleh, sih, tapi...Raveena menghela napas. Manik matanya tak henti memandang lurus ke depan pada seseorang yang lima belas menit yang lalu menginjakan kakinya di rumah bewarna putih ini. Seminggu tak bertemu, membuatnya berada dalam situasi konyol seperti ini.Ekspektasi Raveena ketika Maudy pulang adalah memeluk Bibinya itu penuh rindu. Menanyakan kabar satu sama lain seraya saling menukar cerita penuh canda. Tapi yang dilakukan Maudy malah melempar Raveena pada realita yang jauh dari yang dibayangkan.Baiklah, Raveena sedang disidang."Bibi pernah bilang kan kalau nggak ada rahasia diantara kita?" tanya Maudy yang masih berdiam diri di tempat. "Sekarang jujur, Vee. Jujur sejujur-jujurnya.""Veena harus ngomong apalagi? Ini tuh udah jujur.""Nggak, pasti kamu bohong sama Bibi." Maudy menggerak-gerakan jari telunjuknya. Wajahnya terlihat resah. "N
“Kalau gue masih sama kayak dulu, lo mau cari Papa baru buat Yara?”Atmosfir yang terasa saat ini mendadak aneh. Kedua tangannya semakin meremas kuat sisi rok saat beberapa detik lalu ia dilontarkan pertanyaan yang mengejutkan. Tubuhnya masih berdiri tegak walau kini punggungnya malah semakin tersudut pada dinding.Raveena mengigit bagian dalam pipinya, bingung. Semakin dalam tatapan Rasen malah semakin membuat hawa tubuhnya terasa panas. Mungkin, pertanyaan Raveena terlalu menyinggung Rasen sampai cowok itu nampak menyeramkan sekarang—bagi Raveena.“Gue cuman nanya aja, Sen. Kenapa harus bawa-bawa Nayara?” tanya Raveena. Ia tak berani mendongak pada Rasen.“Gue tahu.” Rasen masih menyahut dingin. “Sekarang gue nanya balik sama lo. Tinggal jawab aja, bisa kan?”“Enggak!” Raveena menggeleng tegas. “Gu-gue nggak akan pernah ngelakuin itu. Nggak akan cari Naya Papa baru. Nggak aka
Author PovWaktu menunjukan pukul 06.55, Raveena berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor setelah melirik sekilas jam tangan kecil yang melingkar pada tangan kirinya. Lima menit lagi bel berbunyi.Langkah gadis itu memelan dengan sendirinya, ketika telinganya menangkap percakapan yang begitu menarik pendengarannya. Ucapan-ucapan yang dilontarkan oleh siswi maupun siswa disana berhasil membuat Raveena tercenung sejenak.“Gila gak sih? Umur segitu prestasi udah bejibun di mana-mana?”“Beneran mantul tuh cowok! Udah ganteng sama pinter. Sekarang malah jadi pengusaha!”“YA ALLAH! GUE NGGAK PA-PA GAK DI JODOHIN SAMA NA JAEMIN JUGA. YANG PENTING GANTINYA HARUS RASEN!”“Ish! Jadi beneran gebetan gue si Rasen jadi penerus Adystha Company? Saoloh kok keren banget yaaaaaa? Makin sayang....”Raveena menoleh pada kumpulan siswi yang heboh sambil menatap layar ponsel mereka masing-masing. Kemudi
Author PovRaveena membuka gerbang rumahnya secara terburu-buru. Setelah sepulang sekolah, Raveena langsung pulang. Padahal hari ini harusnya dia bersama Wildan dan Merin untuk mengerjakan tugas kelompok.Mendapat kabar dari Mba Lala—baby sitternya—bahwa bayi kecil itu tidak berhenti menangis sejak tadi pagi membuat Raveena mengurungkan acara kerkomnya. Raveena cemas. Akhir-akhir ini Nayara sering rewel, tidak tau apa penyebabnya.“Naya belum berhenti nangis juga, ya, Mba?” tanya Raveena saat menghampiri Mba Lala. Gadis itu melempar tasnya ke sembarang arah.“Iya, Non. Tadi dikasih susu malah nggak mau,” ujar Mba Lala yang tengah menggendong Nayara di tengah rumah. Raveena menatap cemas Nayara. “Udah digendong biar tidur, tapi malah rewel terus.”“Yaudah sini, Veena aja yang gendong,” ucap Raveena seraya mengangkat kedua tangannya. Mba Lala mengangguk, lalu menyerahkan Nayara p
Author PovKadang, Rasen selalu berharap bahwa apa yang terjadi pada dirinya adalah sebuah mimpi. Mimpi tidur yang suatu saat nanti akan berakhir dengan bangunnya dia pada dunia nyata. Tapi itu mustahil. Karena pada dasarnya hidupnya sekarang adalah fakta.Semesta memang lucu. Di balik mewahnya kehidupan yang ia jalani. Di balik harta, gelar maupun jabatan yang ia terima, tidak ada yang tau jika itu semua hanya topeng. Ketika takdir membawanya jauh lebih dalam keterpurukan. Begitu dalam tak tergapai.Sudah cukup, Rasen terlalu banyak menyembunyikan hal yang ia telan sendiri, yang ia hadapi sendiri. Dunia tau dirinya bahagia dengan segala ia punya, namun realita membalikan kedaan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja selama ini.Lelaki itu berdiri dengan kokoh dan tegap seraya menghadap ke arah taman luas dibawah sana. Kedua tangannya dimasukan kedalam saku celana kain hitamnya. Matanya menerawang menembus kaca lalu terbang ke arah langit biru y