Share

Deal, Kita Partner Mesra!

Author: The Lucky
last update Last Updated: 2022-10-11 08:48:57

Tuan Aroon menikmati aroma segar rockrose mix patchouli dari tubuh yang saat ini ia dekap erat tanpa perlawanan, bahkan seakan melemah dan menikmati. Sepertinya aroma ini akan membuatnya candu selain bagian tubuh terfavorite-nya itu.

"Kenapa kau justru menggunakan parfum aroma manly Sayang, biasanya aroma vanilla dan cokelat yang kaummu sukai, hmm?" tanya Tuan Aroon dengan mata terpejam tanpa berpaling dari leher jenjang Alessandra.

"Sudah berapa wanita yang An--" suara Alessandra terdengar diselingi napas memburu.

"Sudahlah Sayang, jangan bahas yang lain, aku sangat menikmati aromamu ini. Sangat suka," bisik Tuan Aroon masih dengan mata terpejam.

Detik berikutnya sepasang manik keduanya saling bertemu hingga kemudian kedua bibir saling beradu. Tak terdengar lagi kata-kata. Satu menit kemudian pakaian Alessandra terangkat, mengekspos tubuh putih seputih kapas tanpa noda yang semakin membuat Tuan Aroon berdecak kegirangan.

Beberapa detik lalu tangannya bermain-main di wilayah itu, wilayah favorite-nya pertama kali. Kini ia tak sabar ingin menikmatinya dengan cara berbeda.

"Benar-benar mengagumkan Alessandra," decak kagum Tuan Aroon memandangi gundukan indah yang hanya sejengkal dari netra cokelatnya.

***

"Deal, kita partner mesra sekarang," ucap Tuan Aroon seraya mengulurkan tangannya.

"Sst ... jangan lupakan dan ingkari syarat yang tadi saya ajukan Tuan."

Alessandra tak menyambut uluran itu. Namun justru mengulurkan telunjuknya ke bibir sensual pria yang telah memberi banyak tanda di buah kebanggaannya itu.

Tuan Aroon meraih telunjuk itu, lantas mengecup mesra tangan Alessandra.

"Tentu! Sebisanya kuusahakan," sahut Tuan Aroon sedikit tak bersemangat.

Setelah itu Alessandra keluar dari ruangan itu setelah merapikan pakaiannya yang sangat berantakan.

Dan sebelum itu, Tuan Aroon meraih pinggang Alessandra, lalu mengecup keningnya.

"Aku pasti akan sangat rindu dengan aroma rockrose mix patchouli ini," bisik Tuan Aroon di telinga Alessandra sebelum model yang resmi menjadi wanitanya itu benar-benar melangkah pergi.

***

Mervile menatap cemas pintu di depannya. Sudah hampir satu jam nonanya itu tidak keluar. Namun kecemasan itu terhempas ketika Alessandra membuka pintu.

Tuan Aroon memanggil asistennya setelah Alessandra keluar.

"Batalkan pertemuanku dengan wanita-wanita jalang itu!" suaranya menyerukan perintah.

Morgan sang asisten terperanjat, "Maksud Tuan?"

"Aku tidak ingin bertemu mereka lagi. Blokir semua akses mereka untuk menemuiku."

Morgan semakin terperanjat. Bagaimana bisa seorang Tuan Aroon tanpa wanita.

Benar apa yang terlintas di benak sang asisten.

Tuan Aroon bukanlah pria layaknya kertas putih tanpa coretan hitam di atasnya. Meski di usianya yang berkepala lima, ia masih setia melajang. Namun, status itu tak menghalanginya merasakan belaian wanita dan menjerit nikmat di pertengahan malam. Banyak wanita yang silih berganti mengisi malamnya.

Namun, ketika sang casanova menemukan pawangnya, ia tak lagi membutuhkan wanita-wanita yang ia targetkan hanya singgah.

SINGGAH. Garis bawahi kata itu. Karena mulai detik ini, Tuan Aroon mengikrarkan hanya Alessandra tak ada yang lainnya.

Tuan Aroon hanya milik Alessandra, dan Alessandra hanya milik Tuan Aroon.

"Setelah ini kirimkan mobil keluaran terbaru pada Alessandra," perintahnya lagi ketika asistennya itu mengangguk menyanggupi perintah sebelumnya.

'Oh, telah terjadi sesuatu sebelumnya di ruangan ini,' batin Morgan.

"Baik, siap Tuan."

Setelah itu sang asisten melenggang pergi seraya menggeleng dan tersenyum mendapati bosnya telah menemukan pawangnya.

Apakah Tuan Aroon akan menjadi bucin akut ke depannya?!

Morgan bertanya di dalam hatinya.

***

Saat ini hanya ada keheningan di dalam mobil. Alessandra maupun Mervile sama-sama tak bersuara. Bukan karena Mervile tak ada bahan untuk berbicara. Hanya saja otaknya sedang fokus berpikir.

Ada satu hal yang janggal menurutnya. Ketika nonanya keluar dari ruangan itu, aura emosi yang berkobar sebelumnya padam begitu saja. Entah apa yang terjadi di dalam sana, dan akhirnya Mervile tak ingin jauh memikirkannya.

"Apa pengakuan Tuan Aroon, Nona?"

Pada Akhirnya Mervile bertanya.

Alessandra terdengar malas menjawabnya.

"Tidak ada," jawabnya seraya sibuk memainkan ponselnya.

Dahi Mervile mengerut.

'Tidak ada?' batinnya bertanya. Kini ada dua kejanggalan, dan Mervile semakin tak ingin memikirkannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Epilog

    Bali, Indonesia. “Hei, kau mencuri ciuman dariku, Tuan Muda,” protes Alessandra sembari mencipratkan air ke wajah Axel. Suaminya yang tampan itu justru menyeringai tanpa rasa bersalah lalu berenang ke tepi kolam. “Aku cemburu pada laut,” sahut Axel, lalu sorot matanya yang tajam tetapi teduh itu terarah pada hamparan laut biru sepanjang matanya memandang. Kolam tempat mereka berenang sekarang menjorok langsung ke laut biru yang menawarkan panorama indah memanjakan mata nan jiwa. Fasilitas dari villa yang mereka tempati selama bulan madu kedua—begitu mereka menyebutnya. “Beberapa menit yang lama pandanganmu tak teralihkan darinya, matamu memandang penuh ketakjuban seolah kau rela menukarkan jiwamu dengannya.”Alessandra mengulum senyumnya. “Kau lebih seperti mendeskripsikan perasaanku padamu, Tuan Muda.” Alessandra mendekati Axel, menciptakan riak seiring tubuhnya bergerak. Axel bersiaga menyambutnya dengan segenap partikel dalam tubuhnya yang bersorak gembira. Mengalungkan lengan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Hari Yang Bahagia

    Beberapa hari setelah insiden pembunuhan di hotel. Seorang sipir mengantarkan seorang wanita dengan mata sembab, tatapannya layu dan ia berjalan bak tanpa nyawa menuju tempat pertemuan dengan tersangka kriminal. Apa salahnya pada Revano sehingga pria itu menghukumnya? Padahal, Rheea telah banyak membantu pria itu. Rekaman kecelakaan Marchelle beberapa waktu lalu yang diterima Revano, itu salah satu bantuannya. Rekaman itu milik suami Rheea yang meninggal beberapa tahun lalu. Suami Rheea satu di antara rival Aroon. Mereka terlibat pertarungan sengit dalam bisnis. Suatu hari yang beruntung, suaminya berhasil mendapat kelemahan pria itu. Setelah beberapa saat dipersilakan menunggu, ia melihat seorang pria berambut putih dengan tangan diborgol diarahkan duduk di depannya. “Apa yang salah, Revano?” Rheea, dengan suaranya yang lemah menuntut jawaban pembunuh putranya. “Aku lepas kendali,” sahut Revano, menyesal. “Rheea, aku pantas mendapat murkamu.”Rheea tersenyum kecut. “Tahukah kau b

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tanpa Mawar Merah dan Cincin

    Cahaya matahari pagi menjadi alarm bangun dari lelapnya bagi dua insan yang kelelahan akibat aktivitas panas semalam. Mengerjapkan mata, Alessandra terkejut dengan ceruk leher yang berjarak hanya beberapa senti dari hidungnya. Lalu ia mendongak dan saat itu pula tatapannya bertemu dengan mata biru yang lebih dulu memperhatikannya dalam diam. “Selamat pagi,” ujar Axel dengan senyum tersungging di bibirnya. “Nyenyak?” Alessandra mengangguk canggung. Setelah apa yang terjadi semalam, masih pantaskah ia merasa canggung? “Alessa, aku berutang banyak penjelasan padamu. Maukah kau mendengarnya?” Axel memulai pembahasan setelah mencium kening wanita yang ia dekap posesif. Alessandra sudah akan menjawab sebelum perutnya merasakan gejolak tak nyaman. Dengan segera tangannya mendorong dada Axel dan beranjak dari kasur dengan suara khas perempuan hamil. Ia diserang mual hebat. Ia berlari melintasi ruangan menuju wastafel. Ia memuntahkan cairan bening dari dalam perutnya. Axel mengejarnya de

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tamatnya Riwayat Sabrina

    “Tidak ada pilihan lain,” ucap Alessandra saat melihat mobilnya yang merupakan hadiah dari Tuan Aroon dulu. Tak ingin membahayakan janinnya, ia mengekang sifat egoisnya yang ingin pergi tanpa dibayang-bayangi apa pun tentang Tuan Aroon. Selain mobil hadiah dari pria itu, ia tak memiliki kendaraan lain. Tak mungkin ia berjalan kaki, bukan? Alessandra sudah berada di balik kemudi, menghidupkan mesin. Lalu menjalankan kendaraan itu, meninggalkan rumah yang beberapa waktu ini telah menampungnya bak nyonya besar. Beberapa saat kemudian ia telah sampai di tempat yang membuatnya meneteskan air mata. Ia cukup tegar beberapa waktu lalu tak menangis saat mendapati fakta pahit itu. Namun, saat melihat bangunan cafe yang diwariskan ayahnya, air mata itu dengan sendirinya mengucur. “Aku sangat merindukanmu, Ayah.”Ia segera turun dan menghambur ke dalam bangunan. Malam ini ia akan bermalam di cafe. Tersedia kamar karyawan untuk istirahat dan malam ini ia akan menggunakannya. “Maafkan Mama, Sayan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tersingkapnya Sebuah Rahasia

    Mata Alessandra memeriksa ponselnya secara berkala. Hampir tengah malam, tetapi Tuan Aroon belum pulang. Pria yang ia panggil daddy itu berkata akan pergi bermain golf bersama beberapa rekannya. Tetapi itu sore tadi, dan sekarang? Di mana pria itu? Ia pun sudah menelepon beberapa kali, tetapi tak dapat jawaban. Untuk mengalihkan pikiran negatif dan mengusir rasa bosan karena menunggu, Alessandra memutuskan membaca buku. Hanya perlu melintasi beberapa ruangan untuk mencapai ruang perpustakaan pribadi Tuan Aroon. Tangannya mencari saklar, menyalakan lampu. Pemandangan rak-rak tinggi berbahan kayu mahoni menjulang dengan buku-buku menyambut penglihatannya. Ia bergerak ke sisi kiri lalu meraih satu bacaan buku. Ia ingin relaks, novel komedi menjadi pilihannya. Lalu ia membawa serta novel itu ke sofa, duduk dan membacanya dengan santai. “Lain waktu, kubacakan dongeng Cinderella untukmu, Sayang,” katanya, menunduk pada perutnya yang masih rata. “Kau pasti akan menyukai dongeng tentang k

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Andrew dan Sabrina

    “Mobil sialan!” Axel memukul keras setir, mengumpat kesal saat mobil yang dikemudikannya itu mati tiba-tiba. Padahal, ia harus menghadiri acara grand opening hotel rekannya. Dia mengedarkan pandangan di sekelilingnya, pepohonan lebat menjulang di kanan-kirinya. Dia masih berada di wilayah leluhurnya. Hutan ini milik keluarganya dan rumahnya berdiri megah di tengah hutan ini. Tangannya terulur membuka pintu. Saat sebelah kakinya menjejak tanah, tiba-tiba tubuhnya diseret lalu pukulan bertubi-tubi dialamatkan ke wajahnya. Tubuh Axel terjengkang ke belakang, pukulan beralih ke perutnya. Darah muncrat dari hidungnya. Aroma darah segar tercium di udara. Perutnya terasa nyeri. “Kau pikir, kau akan selamat dariku, heh?“ Tuan Aroon menjulang di depannya dengan tatapan bak serigala. Hasratnya menghabisi Axel bangkit setelah mendapat laporan dari orang-orangnya. Tak sia-sia waktu berjam-jam ia gunakan menunggu di balik pepohonan setelah memasang jebakan. Akhirnya dia menyeringai saat ban it

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status