Share

Deal, Kita Partner Mesra!

Tuan Aroon menikmati aroma segar rockrose mix patchouli dari tubuh yang saat ini ia dekap erat tanpa perlawanan, bahkan seakan melemah dan menikmati. Sepertinya aroma ini akan membuatnya candu selain bagian tubuh terfavorite-nya itu.

"Kenapa kau justru menggunakan parfum aroma manly Sayang, biasanya aroma vanilla dan cokelat yang kaummu sukai, hmm?" tanya Tuan Aroon dengan mata terpejam tanpa berpaling dari leher jenjang Alessandra.

"Sudah berapa wanita yang An--" suara Alessandra terdengar diselingi napas memburu.

"Sudahlah Sayang, jangan bahas yang lain, aku sangat menikmati aromamu ini. Sangat suka," bisik Tuan Aroon masih dengan mata terpejam.

Detik berikutnya sepasang manik keduanya saling bertemu hingga kemudian kedua bibir saling beradu. Tak terdengar lagi kata-kata. Satu menit kemudian pakaian Alessandra terangkat, mengekspos tubuh putih seputih kapas tanpa noda yang semakin membuat Tuan Aroon berdecak kegirangan.

Beberapa detik lalu tangannya bermain-main di wilayah itu, wilayah favorite-nya pertama kali. Kini ia tak sabar ingin menikmatinya dengan cara berbeda.

"Benar-benar mengagumkan Alessandra," decak kagum Tuan Aroon memandangi gundukan indah yang hanya sejengkal dari netra cokelatnya.

***

"Deal, kita partner mesra sekarang," ucap Tuan Aroon seraya mengulurkan tangannya.

"Sst ... jangan lupakan dan ingkari syarat yang tadi saya ajukan Tuan."

Alessandra tak menyambut uluran itu. Namun justru mengulurkan telunjuknya ke bibir sensual pria yang telah memberi banyak tanda di buah kebanggaannya itu.

Tuan Aroon meraih telunjuk itu, lantas mengecup mesra tangan Alessandra.

"Tentu! Sebisanya kuusahakan," sahut Tuan Aroon sedikit tak bersemangat.

Setelah itu Alessandra keluar dari ruangan itu setelah merapikan pakaiannya yang sangat berantakan.

Dan sebelum itu, Tuan Aroon meraih pinggang Alessandra, lalu mengecup keningnya.

"Aku pasti akan sangat rindu dengan aroma rockrose mix patchouli ini," bisik Tuan Aroon di telinga Alessandra sebelum model yang resmi menjadi wanitanya itu benar-benar melangkah pergi.

***

Mervile menatap cemas pintu di depannya. Sudah hampir satu jam nonanya itu tidak keluar. Namun kecemasan itu terhempas ketika Alessandra membuka pintu.

Tuan Aroon memanggil asistennya setelah Alessandra keluar.

"Batalkan pertemuanku dengan wanita-wanita jalang itu!" suaranya menyerukan perintah.

Morgan sang asisten terperanjat, "Maksud Tuan?"

"Aku tidak ingin bertemu mereka lagi. Blokir semua akses mereka untuk menemuiku."

Morgan semakin terperanjat. Bagaimana bisa seorang Tuan Aroon tanpa wanita.

Benar apa yang terlintas di benak sang asisten.

Tuan Aroon bukanlah pria layaknya kertas putih tanpa coretan hitam di atasnya. Meski di usianya yang berkepala lima, ia masih setia melajang. Namun, status itu tak menghalanginya merasakan belaian wanita dan menjerit nikmat di pertengahan malam. Banyak wanita yang silih berganti mengisi malamnya.

Namun, ketika sang casanova menemukan pawangnya, ia tak lagi membutuhkan wanita-wanita yang ia targetkan hanya singgah.

SINGGAH. Garis bawahi kata itu. Karena mulai detik ini, Tuan Aroon mengikrarkan hanya Alessandra tak ada yang lainnya.

Tuan Aroon hanya milik Alessandra, dan Alessandra hanya milik Tuan Aroon.

"Setelah ini kirimkan mobil keluaran terbaru pada Alessandra," perintahnya lagi ketika asistennya itu mengangguk menyanggupi perintah sebelumnya.

'Oh, telah terjadi sesuatu sebelumnya di ruangan ini,' batin Morgan.

"Baik, siap Tuan."

Setelah itu sang asisten melenggang pergi seraya menggeleng dan tersenyum mendapati bosnya telah menemukan pawangnya.

Apakah Tuan Aroon akan menjadi bucin akut ke depannya?!

Morgan bertanya di dalam hatinya.

***

Saat ini hanya ada keheningan di dalam mobil. Alessandra maupun Mervile sama-sama tak bersuara. Bukan karena Mervile tak ada bahan untuk berbicara. Hanya saja otaknya sedang fokus berpikir.

Ada satu hal yang janggal menurutnya. Ketika nonanya keluar dari ruangan itu, aura emosi yang berkobar sebelumnya padam begitu saja. Entah apa yang terjadi di dalam sana, dan akhirnya Mervile tak ingin jauh memikirkannya.

"Apa pengakuan Tuan Aroon, Nona?"

Pada Akhirnya Mervile bertanya.

Alessandra terdengar malas menjawabnya.

"Tidak ada," jawabnya seraya sibuk memainkan ponselnya.

Dahi Mervile mengerut.

'Tidak ada?' batinnya bertanya. Kini ada dua kejanggalan, dan Mervile semakin tak ingin memikirkannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status