Share

Tuan Aroon Lebih Segalanya!

Sehari setelah acara party, Mervile menghadap Alessandra dengan map warna hijau di tangannya. Kejadian di malam party itu menggerakkan Mervile untuk mengetahui apa tujuan Tuan Aroon sebenarnya.

"Saya mendapatkan satu kejanggalan dari surat perjanjian ini, Nona. Apakah Anda tidak menyadarinya?" Mervile menyodorkan map yang sudah terbuka itu.

Alessandra yang sedang melakukan manicure pedicure itu pun menghentikan aktivitasnya. Skandal itu membuatnya harus melakukan apapun di apartemen--menjauhi keramaian yang berpotensi menghadirkan wartawan.

Alessandra menautkan alisnya, "Apa maksudmu?"

"Baca poin yang terakhir, Nona."

Alessandra meraih map itu lalu matanya menelisik, "Poin terakhir tertulis peraturan bisa berubah sesuai kehendak pihak pertama."

Alessandra menatap Mervile, "Apa yang salah dari kalimat ini?"

Alessandra meletakkan dengan malas map itu dan Mervile mendengus lemah. Nonanya itu masih saja loading lama.

"Apa? Bagaimana bisa Tuan Aroon melakukan ini?" Alessandra tersentak menyadarinya, lalu diraih lagi map yang sudah tergeletak itu.

Mervile mendengus lega. Namun itu hanya sementara karena setelah ini ia harus memikirkan bagaimana langkah menyelamatkan nonanya itu.

"Ya Tuhan ... bagaimana bisa aku ceroboh dan tak menyadarinya," seru panik Alessandra.

"Ada satu fakta lagi yang kita lewatkan Nona," kata Mervile.

Alessandra semakin panik, "Apa lagi Mervile?"

Mervile sedikit ragu mengucapkannya, "Tuan Aroon hanya menekuni usaha kosmetik. Brand lingerie itu palsu."

Alessandra terperangah. Mana mungkin ia seceroboh ini. Ini pengalaman pertamanya bekerja tanpa agensi. Seharusnya ia lebih waspada dan hati-hati.

Sejurus kemudian ia bangkit, "Antar aku ke Aroon's Company. Aku harus bertanya apa maksudnya."

Mervile sedikit malas sebenarnya. Tapi ini juga demi keselamatan nonanya sehingga ia harus menurunkan egonya.

"Baik, Nona." Mervile melenggang menyusul Alessandra yang melangkah cepat di depannya.

***

Dengan langkah tergesa Alessandra memasuki Aroon's Company. Langkahnya terhenti ketika seorang pegawai menghalanginya.

"Maaf Nona. Apakah Anda sudah membuat janji dengan atasan kami?"

"Tidak. Tapi ini sangat penting. Aku harus menemuinya," jawab Alessandra yang nampak tak sabar ingin membuka pintu di depannya.

"Tapi Nona, Tuan Aroon sedang tidak ingin diganggu saat ini."

Tubuh pegawai itu melintang di depan pintu dengan merentangkan kedua tangannya.

"Tapi ini sangat penting. Ini menyangkut pekerjaanku," suara Alessandra terdengar meninggi.

"Tapi No--"

"Biarkan Nona Alessandra masuk."

Suara nyaring seorang pria menghentikan ucapan pegawai di depan pintu. Pria itu adalah pria penunjuk jalan ketika hari pertama Alessandra ke Aroon's Company waktu itu.

Menampilkan raut malu pegawai itu menggeser tubuhnya dan mempersilakan Alessandra untuk masuk.

Alessandra masuk dengan langkah cepat. Setibanya di dalam, ia disambut dengan senyum sumringah Tuan Aroon seraya merentangkan kedua tangannya.

"Selamat datang wanitaku. Aku sudah menunggu kedatanganmu tapi tak kusangka akan secepat ini," suara renyah Tuan Aroon membuat Alessandra bergidik mengingat penawarannya di malam party itu.

"Tuan Aroon. Sa--"

Telunjuk Tuan Aroon terulur di bibirnya, menutup bibir mungil itu untuk tidak bersuara.

"Duduklah dulu. Santai-santai bersamaku di sini sebelum kita membicarakan hal yang serius," ucap Tuan Aroon seraya menarik Alessandra duduk di sofa.

Bersamaan dengan Alessandra duduk, pintu dibuka menampilkan pria penunjuk jalan yang ternyata asisten pribadi Tuan Aroon. Asisten itu membawa nampan berisi dua gelas kopi espresso.

"Silakan Tuan," ucap sopan asisten itu ketika menyuguhkan kopi di depan Tuan Aroon. "Nona ..." ucapnya lagi ketika kopi tersuguh di depan Alessandra.

Setelahnya asisten itu keluar.

Alessandra tersadar tujuannya, lantas ia tak ingin membuang waktu lama. "Apa maksud Anda menipu saya?"

Tuan Aroon nampak menyesap kopinya. Setelahnya ia tersenyum, lalu menjawab dengan alis saling bertaut, "Menipu?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu Tuan. Anda telah menipu saya dengan mengontrak saya melalui brand khayalan Anda."

Tuan Aroon nampak santai. Bahkan kini ia merentangkan tangannya di punggung sofa, lalu mengetuk-ketukkan jarinya di sana.

"Lantas, di mana letak menipunya?"

Alessandra benar-benar gusar dibuatnya. Pria yang duduk di sampingnya ini santai saja tak menampilkan wajah bersalah.

"Pengusaha terjaya sepertinya tidak pantas tersemat pada Anda. Lebih pas jika Anda menyandang gelar penipu," cibir Alessandra tanpa takut.

Tuan Aroon nampak tak terprovokasi dengan cibiran Alessandra, justru ia tersenyum dan merasa gemas dengan mimik dan tingkah wanita di di sampingnya itu.

"Jelaskan dulu prilakuku yang kau sebut penipu itu, Nona cantik."

Alessandra mendengus kesal, "Brand lingerie itu tidak pernah ada kan? Lantas, kenapa Anda mengontrak saya sebagai BA-nya. Bahkan saya sudah melakukan pemotretan."

"Dan ... kau pun sudah mendapat bayaran," sahut Tuan Aroon.

"Saya akan segera mengembalikannya, " timpal Alessandra. "Sekarang jelaskan alasan Anda kenapa menipu saya."

Lagi-lagi Tuan Aroon menampilkan senyumnya.

"Tadi kau menyebutnya sebagai brand apa?" tanya Tuan Aroon santai.

Alessandra memutar bola matanya malas, "Brand khayalan."

Tuan Aroon kembali bersuara, kali ini dengan mencondongkan tubuh, lalu berbisik, "Lantas, di mana letak menipunya? Aku memang ingin kau dipotret untuk model majalah pribadiku. Untuk konsumsi pribadi bukan umum. Sangat sayang tubuhmu yang tanpa cacat ini jika dinikmati banyak orang."

Alessandra mendengus gusar. Tidak paham dengan jalan pikiran pria di sampingnya itu.

Jika diingat, pernyataan Tuan Aroon bukan isapan jempol belaka. Karena waktu pemotretan saat itu tidak banyak anggota tim--hanya seorang fotografer. Seolah Tuan Aroon membatasi pasang mata yang memandang tubuh Alessandra, tidak ingin tubuh seksi model itu dinikmati khalayak ramai.

"Apa kau sudah mengerti sekarang?" tanya Tuan Aroon seraya menaik-turunkan satu alisnya, nampak menggoda.

Kini Alessandra nampak salah tingkah. Bahkan, ia tak tahu lagi harus berbicara apa.

Tuan Aroon menarik tubuhnya. Lalu menyesap kopi sebelum akhirnya berkata, "Alessandra, aku tidak main-main dengan tawaranku malam itu. Kau bisa menyebutku apa saja. Entah obsesi, ambisi atau kegilaan. Namun itulah kenyataannya. Aku sangat ingin dirimu!"

Alessandra masih bingung bagaimana harus bersikap. Satu yang pasti saat ini; banyak bayangan yang menari-nari di otaknya. Di antaranya masukan bodyguard-nya beberapa waktu lalu.

Alessandra berpikir, apakah ini bukan hanya kebetulan namun ini adalah solusi masalahnya. Apakah ia akan menjalani hubungan yang biasa dikenal dengan sebutan simbiosis mutualisme? Alessandra benar-benar dilema.

"Bagaimana Alessandra, apakah kau bersedia?" tanya Tuan Aroon membuyarkan Alessandra dari lamunannya, tangannya menyentuh pundak Alessandra yang terbuka.

Alessandra tetap bergeming, mencoba menimbang-nimbang hingga satu menit lamanya.

Saat ini tangan Tuan Aroon dari pundak terulur ke perut ramping Alessandra, mempertemukan tangannya yang lain sehingga membentuk sebuah pelukan. Lalu menempatkan dagunya ke pundak Alessandra, dan berbisik, "Apakah diammu ini adalah jawaban, hmm?"

Detik berikutnya tengkuk Alessandra meremang merasakan hembusan napas Tuan Aroon. Batinnya memaki 'Sial! Apakah aku menerima karma dari Sabrina. Oh, tidak! Tuan Aroon lebih segalanya dari si tua bangka itu.'

ups! Apakah itu artinya dirinya tertarik dan mengabulkan kegilaan Tuan Aroon?

Saat ini tangan Tuan Aroon telah bergerilya sampai ke puncak favorite kaum pria, dan semakin memajukan wajahnya hingga bibirnya menyentuh leher jenjang Alessandra tanpa mendapat perlawanan.

Apakah Alessandra saat ini telah terbuai dan itu artinya ... resmi menyandang sebagai wanita Tuan Aroon?!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status