Share

Tuan Aroon Lebih Segalanya!

Penulis: The Lucky
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-10 15:16:10

Sehari setelah acara party, Mervile menghadap Alessandra dengan map warna hijau di tangannya. Kejadian di malam party itu menggerakkan Mervile untuk mengetahui apa tujuan Tuan Aroon sebenarnya.

"Saya mendapatkan satu kejanggalan dari surat perjanjian ini, Nona. Apakah Anda tidak menyadarinya?" Mervile menyodorkan map yang sudah terbuka itu.

Alessandra yang sedang melakukan manicure pedicure itu pun menghentikan aktivitasnya. Skandal itu membuatnya harus melakukan apapun di apartemen--menjauhi keramaian yang berpotensi menghadirkan wartawan.

Alessandra menautkan alisnya, "Apa maksudmu?"

"Baca poin yang terakhir, Nona."

Alessandra meraih map itu lalu matanya menelisik, "Poin terakhir tertulis peraturan bisa berubah sesuai kehendak pihak pertama."

Alessandra menatap Mervile, "Apa yang salah dari kalimat ini?"

Alessandra meletakkan dengan malas map itu dan Mervile mendengus lemah. Nonanya itu masih saja loading lama.

"Apa? Bagaimana bisa Tuan Aroon melakukan ini?" Alessandra tersentak menyadarinya, lalu diraih lagi map yang sudah tergeletak itu.

Mervile mendengus lega. Namun itu hanya sementara karena setelah ini ia harus memikirkan bagaimana langkah menyelamatkan nonanya itu.

"Ya Tuhan ... bagaimana bisa aku ceroboh dan tak menyadarinya," seru panik Alessandra.

"Ada satu fakta lagi yang kita lewatkan Nona," kata Mervile.

Alessandra semakin panik, "Apa lagi Mervile?"

Mervile sedikit ragu mengucapkannya, "Tuan Aroon hanya menekuni usaha kosmetik. Brand lingerie itu palsu."

Alessandra terperangah. Mana mungkin ia seceroboh ini. Ini pengalaman pertamanya bekerja tanpa agensi. Seharusnya ia lebih waspada dan hati-hati.

Sejurus kemudian ia bangkit, "Antar aku ke Aroon's Company. Aku harus bertanya apa maksudnya."

Mervile sedikit malas sebenarnya. Tapi ini juga demi keselamatan nonanya sehingga ia harus menurunkan egonya.

"Baik, Nona." Mervile melenggang menyusul Alessandra yang melangkah cepat di depannya.

***

Dengan langkah tergesa Alessandra memasuki Aroon's Company. Langkahnya terhenti ketika seorang pegawai menghalanginya.

"Maaf Nona. Apakah Anda sudah membuat janji dengan atasan kami?"

"Tidak. Tapi ini sangat penting. Aku harus menemuinya," jawab Alessandra yang nampak tak sabar ingin membuka pintu di depannya.

"Tapi Nona, Tuan Aroon sedang tidak ingin diganggu saat ini."

Tubuh pegawai itu melintang di depan pintu dengan merentangkan kedua tangannya.

"Tapi ini sangat penting. Ini menyangkut pekerjaanku," suara Alessandra terdengar meninggi.

"Tapi No--"

"Biarkan Nona Alessandra masuk."

Suara nyaring seorang pria menghentikan ucapan pegawai di depan pintu. Pria itu adalah pria penunjuk jalan ketika hari pertama Alessandra ke Aroon's Company waktu itu.

Menampilkan raut malu pegawai itu menggeser tubuhnya dan mempersilakan Alessandra untuk masuk.

Alessandra masuk dengan langkah cepat. Setibanya di dalam, ia disambut dengan senyum sumringah Tuan Aroon seraya merentangkan kedua tangannya.

"Selamat datang wanitaku. Aku sudah menunggu kedatanganmu tapi tak kusangka akan secepat ini," suara renyah Tuan Aroon membuat Alessandra bergidik mengingat penawarannya di malam party itu.

"Tuan Aroon. Sa--"

Telunjuk Tuan Aroon terulur di bibirnya, menutup bibir mungil itu untuk tidak bersuara.

"Duduklah dulu. Santai-santai bersamaku di sini sebelum kita membicarakan hal yang serius," ucap Tuan Aroon seraya menarik Alessandra duduk di sofa.

Bersamaan dengan Alessandra duduk, pintu dibuka menampilkan pria penunjuk jalan yang ternyata asisten pribadi Tuan Aroon. Asisten itu membawa nampan berisi dua gelas kopi espresso.

"Silakan Tuan," ucap sopan asisten itu ketika menyuguhkan kopi di depan Tuan Aroon. "Nona ..." ucapnya lagi ketika kopi tersuguh di depan Alessandra.

Setelahnya asisten itu keluar.

Alessandra tersadar tujuannya, lantas ia tak ingin membuang waktu lama. "Apa maksud Anda menipu saya?"

Tuan Aroon nampak menyesap kopinya. Setelahnya ia tersenyum, lalu menjawab dengan alis saling bertaut, "Menipu?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu Tuan. Anda telah menipu saya dengan mengontrak saya melalui brand khayalan Anda."

Tuan Aroon nampak santai. Bahkan kini ia merentangkan tangannya di punggung sofa, lalu mengetuk-ketukkan jarinya di sana.

"Lantas, di mana letak menipunya?"

Alessandra benar-benar gusar dibuatnya. Pria yang duduk di sampingnya ini santai saja tak menampilkan wajah bersalah.

"Pengusaha terjaya sepertinya tidak pantas tersemat pada Anda. Lebih pas jika Anda menyandang gelar penipu," cibir Alessandra tanpa takut.

Tuan Aroon nampak tak terprovokasi dengan cibiran Alessandra, justru ia tersenyum dan merasa gemas dengan mimik dan tingkah wanita di di sampingnya itu.

"Jelaskan dulu prilakuku yang kau sebut penipu itu, Nona cantik."

Alessandra mendengus kesal, "Brand lingerie itu tidak pernah ada kan? Lantas, kenapa Anda mengontrak saya sebagai BA-nya. Bahkan saya sudah melakukan pemotretan."

"Dan ... kau pun sudah mendapat bayaran," sahut Tuan Aroon.

"Saya akan segera mengembalikannya, " timpal Alessandra. "Sekarang jelaskan alasan Anda kenapa menipu saya."

Lagi-lagi Tuan Aroon menampilkan senyumnya.

"Tadi kau menyebutnya sebagai brand apa?" tanya Tuan Aroon santai.

Alessandra memutar bola matanya malas, "Brand khayalan."

Tuan Aroon kembali bersuara, kali ini dengan mencondongkan tubuh, lalu berbisik, "Lantas, di mana letak menipunya? Aku memang ingin kau dipotret untuk model majalah pribadiku. Untuk konsumsi pribadi bukan umum. Sangat sayang tubuhmu yang tanpa cacat ini jika dinikmati banyak orang."

Alessandra mendengus gusar. Tidak paham dengan jalan pikiran pria di sampingnya itu.

Jika diingat, pernyataan Tuan Aroon bukan isapan jempol belaka. Karena waktu pemotretan saat itu tidak banyak anggota tim--hanya seorang fotografer. Seolah Tuan Aroon membatasi pasang mata yang memandang tubuh Alessandra, tidak ingin tubuh seksi model itu dinikmati khalayak ramai.

"Apa kau sudah mengerti sekarang?" tanya Tuan Aroon seraya menaik-turunkan satu alisnya, nampak menggoda.

Kini Alessandra nampak salah tingkah. Bahkan, ia tak tahu lagi harus berbicara apa.

Tuan Aroon menarik tubuhnya. Lalu menyesap kopi sebelum akhirnya berkata, "Alessandra, aku tidak main-main dengan tawaranku malam itu. Kau bisa menyebutku apa saja. Entah obsesi, ambisi atau kegilaan. Namun itulah kenyataannya. Aku sangat ingin dirimu!"

Alessandra masih bingung bagaimana harus bersikap. Satu yang pasti saat ini; banyak bayangan yang menari-nari di otaknya. Di antaranya masukan bodyguard-nya beberapa waktu lalu.

Alessandra berpikir, apakah ini bukan hanya kebetulan namun ini adalah solusi masalahnya. Apakah ia akan menjalani hubungan yang biasa dikenal dengan sebutan simbiosis mutualisme? Alessandra benar-benar dilema.

"Bagaimana Alessandra, apakah kau bersedia?" tanya Tuan Aroon membuyarkan Alessandra dari lamunannya, tangannya menyentuh pundak Alessandra yang terbuka.

Alessandra tetap bergeming, mencoba menimbang-nimbang hingga satu menit lamanya.

Saat ini tangan Tuan Aroon dari pundak terulur ke perut ramping Alessandra, mempertemukan tangannya yang lain sehingga membentuk sebuah pelukan. Lalu menempatkan dagunya ke pundak Alessandra, dan berbisik, "Apakah diammu ini adalah jawaban, hmm?"

Detik berikutnya tengkuk Alessandra meremang merasakan hembusan napas Tuan Aroon. Batinnya memaki 'Sial! Apakah aku menerima karma dari Sabrina. Oh, tidak! Tuan Aroon lebih segalanya dari si tua bangka itu.'

ups! Apakah itu artinya dirinya tertarik dan mengabulkan kegilaan Tuan Aroon?

Saat ini tangan Tuan Aroon telah bergerilya sampai ke puncak favorite kaum pria, dan semakin memajukan wajahnya hingga bibirnya menyentuh leher jenjang Alessandra tanpa mendapat perlawanan.

Apakah Alessandra saat ini telah terbuai dan itu artinya ... resmi menyandang sebagai wanita Tuan Aroon?!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Epilog

    Bali, Indonesia. “Hei, kau mencuri ciuman dariku, Tuan Muda,” protes Alessandra sembari mencipratkan air ke wajah Axel. Suaminya yang tampan itu justru menyeringai tanpa rasa bersalah lalu berenang ke tepi kolam. “Aku cemburu pada laut,” sahut Axel, lalu sorot matanya yang tajam tetapi teduh itu terarah pada hamparan laut biru sepanjang matanya memandang. Kolam tempat mereka berenang sekarang menjorok langsung ke laut biru yang menawarkan panorama indah memanjakan mata nan jiwa. Fasilitas dari villa yang mereka tempati selama bulan madu kedua—begitu mereka menyebutnya. “Beberapa menit yang lama pandanganmu tak teralihkan darinya, matamu memandang penuh ketakjuban seolah kau rela menukarkan jiwamu dengannya.”Alessandra mengulum senyumnya. “Kau lebih seperti mendeskripsikan perasaanku padamu, Tuan Muda.” Alessandra mendekati Axel, menciptakan riak seiring tubuhnya bergerak. Axel bersiaga menyambutnya dengan segenap partikel dalam tubuhnya yang bersorak gembira. Mengalungkan lengan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Hari Yang Bahagia

    Beberapa hari setelah insiden pembunuhan di hotel. Seorang sipir mengantarkan seorang wanita dengan mata sembab, tatapannya layu dan ia berjalan bak tanpa nyawa menuju tempat pertemuan dengan tersangka kriminal. Apa salahnya pada Revano sehingga pria itu menghukumnya? Padahal, Rheea telah banyak membantu pria itu. Rekaman kecelakaan Marchelle beberapa waktu lalu yang diterima Revano, itu salah satu bantuannya. Rekaman itu milik suami Rheea yang meninggal beberapa tahun lalu. Suami Rheea satu di antara rival Aroon. Mereka terlibat pertarungan sengit dalam bisnis. Suatu hari yang beruntung, suaminya berhasil mendapat kelemahan pria itu. Setelah beberapa saat dipersilakan menunggu, ia melihat seorang pria berambut putih dengan tangan diborgol diarahkan duduk di depannya. “Apa yang salah, Revano?” Rheea, dengan suaranya yang lemah menuntut jawaban pembunuh putranya. “Aku lepas kendali,” sahut Revano, menyesal. “Rheea, aku pantas mendapat murkamu.”Rheea tersenyum kecut. “Tahukah kau b

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tanpa Mawar Merah dan Cincin

    Cahaya matahari pagi menjadi alarm bangun dari lelapnya bagi dua insan yang kelelahan akibat aktivitas panas semalam. Mengerjapkan mata, Alessandra terkejut dengan ceruk leher yang berjarak hanya beberapa senti dari hidungnya. Lalu ia mendongak dan saat itu pula tatapannya bertemu dengan mata biru yang lebih dulu memperhatikannya dalam diam. “Selamat pagi,” ujar Axel dengan senyum tersungging di bibirnya. “Nyenyak?” Alessandra mengangguk canggung. Setelah apa yang terjadi semalam, masih pantaskah ia merasa canggung? “Alessa, aku berutang banyak penjelasan padamu. Maukah kau mendengarnya?” Axel memulai pembahasan setelah mencium kening wanita yang ia dekap posesif. Alessandra sudah akan menjawab sebelum perutnya merasakan gejolak tak nyaman. Dengan segera tangannya mendorong dada Axel dan beranjak dari kasur dengan suara khas perempuan hamil. Ia diserang mual hebat. Ia berlari melintasi ruangan menuju wastafel. Ia memuntahkan cairan bening dari dalam perutnya. Axel mengejarnya de

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tamatnya Riwayat Sabrina

    “Tidak ada pilihan lain,” ucap Alessandra saat melihat mobilnya yang merupakan hadiah dari Tuan Aroon dulu. Tak ingin membahayakan janinnya, ia mengekang sifat egoisnya yang ingin pergi tanpa dibayang-bayangi apa pun tentang Tuan Aroon. Selain mobil hadiah dari pria itu, ia tak memiliki kendaraan lain. Tak mungkin ia berjalan kaki, bukan? Alessandra sudah berada di balik kemudi, menghidupkan mesin. Lalu menjalankan kendaraan itu, meninggalkan rumah yang beberapa waktu ini telah menampungnya bak nyonya besar. Beberapa saat kemudian ia telah sampai di tempat yang membuatnya meneteskan air mata. Ia cukup tegar beberapa waktu lalu tak menangis saat mendapati fakta pahit itu. Namun, saat melihat bangunan cafe yang diwariskan ayahnya, air mata itu dengan sendirinya mengucur. “Aku sangat merindukanmu, Ayah.”Ia segera turun dan menghambur ke dalam bangunan. Malam ini ia akan bermalam di cafe. Tersedia kamar karyawan untuk istirahat dan malam ini ia akan menggunakannya. “Maafkan Mama, Sayan

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Tersingkapnya Sebuah Rahasia

    Mata Alessandra memeriksa ponselnya secara berkala. Hampir tengah malam, tetapi Tuan Aroon belum pulang. Pria yang ia panggil daddy itu berkata akan pergi bermain golf bersama beberapa rekannya. Tetapi itu sore tadi, dan sekarang? Di mana pria itu? Ia pun sudah menelepon beberapa kali, tetapi tak dapat jawaban. Untuk mengalihkan pikiran negatif dan mengusir rasa bosan karena menunggu, Alessandra memutuskan membaca buku. Hanya perlu melintasi beberapa ruangan untuk mencapai ruang perpustakaan pribadi Tuan Aroon. Tangannya mencari saklar, menyalakan lampu. Pemandangan rak-rak tinggi berbahan kayu mahoni menjulang dengan buku-buku menyambut penglihatannya. Ia bergerak ke sisi kiri lalu meraih satu bacaan buku. Ia ingin relaks, novel komedi menjadi pilihannya. Lalu ia membawa serta novel itu ke sofa, duduk dan membacanya dengan santai. “Lain waktu, kubacakan dongeng Cinderella untukmu, Sayang,” katanya, menunduk pada perutnya yang masih rata. “Kau pasti akan menyukai dongeng tentang k

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Andrew dan Sabrina

    “Mobil sialan!” Axel memukul keras setir, mengumpat kesal saat mobil yang dikemudikannya itu mati tiba-tiba. Padahal, ia harus menghadiri acara grand opening hotel rekannya. Dia mengedarkan pandangan di sekelilingnya, pepohonan lebat menjulang di kanan-kirinya. Dia masih berada di wilayah leluhurnya. Hutan ini milik keluarganya dan rumahnya berdiri megah di tengah hutan ini. Tangannya terulur membuka pintu. Saat sebelah kakinya menjejak tanah, tiba-tiba tubuhnya diseret lalu pukulan bertubi-tubi dialamatkan ke wajahnya. Tubuh Axel terjengkang ke belakang, pukulan beralih ke perutnya. Darah muncrat dari hidungnya. Aroma darah segar tercium di udara. Perutnya terasa nyeri. “Kau pikir, kau akan selamat dariku, heh?“ Tuan Aroon menjulang di depannya dengan tatapan bak serigala. Hasratnya menghabisi Axel bangkit setelah mendapat laporan dari orang-orangnya. Tak sia-sia waktu berjam-jam ia gunakan menunggu di balik pepohonan setelah memasang jebakan. Akhirnya dia menyeringai saat ban it

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Harta Tak Ternilai

    Alessandra yang masih terpejam dan dibalut selimut tebal merasakan cahaya hangat menerpa wajahnya, kemudian ia pun menghalau dengan telapak tangannya sambil bermonolog, "Apa ini sudah pagi?""Ini sudah tengah hari, Baby. Jam dua belas siang."Mendengar suara orang yang beberapa hari ini hanya dapat ia dengar dari telepon itu pun membuat Alessandra seketika membuka mata. "Daddy?"Alessandra melihat Tuan Aroon memeluknya dan tersenyum padanya. Pantas saja ia merasakan selimutnya semakin tebal dan hangat. Apa mungkin Tuan Aroon memeluknya semalaman? pikirnya. "Kapan Daddy datang?" "12 malam, Babe." Tuan Aroon kian mengeratkan pelukannya sambil menghirup aroma yang beberapa hari ini ia rindukan. "Ish. Kenapa Daddy tidak membangunkanku semalam?" "Ketika aku membuka pintu kamar ini, fokus mataku langsung tertuju padamu yang sudah terlelap. Dalam keadaan tidur pun kau terlihat cantik, Babe." Tuan Aroon kini mempertemukan wajah keduanya saling berhadapan. Tangannya membelai wajah wanita h

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Cek Kehamilan Bersama Ayah si Janin

    Alessandra sungguh tidak mengira bahwa orang yang mengantarkannya hingga sampai rumah sakit adalah sopir gadungan. Terlebih orang itu adalah Axel, orang yang paling ia hindari selama ini.'Bagaimana bisa, huh! Orang itu memang banyak akal.' Alessandra bermonolog dalam batinnya. Alessandra kini melihat Axel menghadapnya dengan memamerkan senyum sambil menaikturunkan satu alisnya. "Kau memang tak pernah berubah." Alessandra berkata dengan nada ketus. "Tepat sekali! Aku memang selalu menempatkanmu di hatiku, tak akan ada yang berubah." Alessandra membuang muka. Tak ingin mendengar yang ia anggap omong kosong itu. "Penipu," gerutunya sembari mengarahkan pandangannya pada luar jendela. Axel kemudian memakaikan topi pada kepala Alessandra dan memakaikan masker. "Hari ini sepertinya rumah sakit terlihat banyak pengunjung," ucapnya. Axel kemudian terlihat keluar dari mobil setelah menutupi sebagian wajah tampannya dengan masker, ia lalu membukakan pintu mobil untuk Alessandra, hingga se

  • A Billionaire Bodyguard For The Supermodel   Alessandra tanpa Tuan Aroon sementara

    Pagi ini sudah lebih dari sepuluh menit Alessandra mengalami mual hebat akibat kehamilannya. Di saat seperti ini biasanya ada Tuan Aroon di sisinya yang selalu siaga. Namun, pagi ini pria itu tak ada di dekatnya. Sudah semenjak dua hari ini ia sedang berada di luar kota untuk mengecek ketersediaan bahan baku kosmetik. Hal yang tak bisa ia wakilkan pada siapapun. "Ugh. Begini rasanya jadi wanita hamil," lirihnya sambil melihat perutnya yang masih datar setelah menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang. Tak terasa ia kini mengarahkan tangannya pada perut. Ia lalu mengusapnya dengan lembut. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan semenjak ia dinyatakan berbadan dua. "Kau benar hadir di sini?" ucapnya sambil terus mengelus. Matanya terlihat berkaca-kaca. Ia masih terus mengelus perutnya. "Maaf, baru menyapamu," ucapnya lagi. Kini matanya tak hanya berkaca-kaca, namun mata itu telah meneteskan airnya."Aku bahagia kau hadir. Sangat bahagia. Kau mengobati rasa kehilanganku terhadap seseor

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status