Sandra memperhatikan gerak-gerak Surie sedari tadi di meja makan. Dan ia mulai curiga.
"Surie"
Surie menaikkan pandangannya menatap ke arah Sandra. "Hm?"
"Kenapa, pastanya enak kan? Buatan lo sendiri."
"Ah.. iya, enak kok." Kata Surie sambil tersenyum.
"Terus kok cuma di aduk-aduk aja?. Lo sebenarnya udah makan, atau cuma mau buatin gue aja?"
Surie menghela nafas. "San.. jangan nefthink mulu dong sama gue. Ini gue makan sekarang ya."
Kemudian Surie mulai menyuapi pasta ke mulutnya. Dan kembali tersenyum sambil mengunyah pastanya sambil menatap ke arah Sandra.
Sandra hanya bisa pasrah. Ia menggeleng heran. Setidaknya ia melihat Surie makan, hal itu sudah cukup baginya.
Akhir-akhir ini Sandra merasa Surie selalu dilemma. Seakan banyak masalah yang membebani fikiran dan batinnya. Tapi hal itu terjadi tepat setelah ia dekat kembali dengan mantan suaminya.
Sandra tahu kalau semuanya sudah terlambat untuk mencegah. Karena Surie yang sekarang terlihat sangat mencintai, menginginkan, dan juga membutuhkan Alex. Walaupun dengan situasi Alex sudah memiliki Fey sebagai tunangannya.
"Sebelum kesini, lo habis dari mana?"Tanya Sandra.
"Hm.. ketemu sama seseorang."
"Siapa, Alex?" Tebak Sandra langsung.
Surie menggeleng pelan, "Bukan. Gue.. ketemu Fey." Jawab Surie pelan.
Sandra kaget. Ia nyaris saja bangun dari kursi, namun berhasil menahannya. Mendengar Surie baru saja bertemu dengan tunangan mantan suaminya bukanlah hal yang normal.
Dua orang wanita yang bertemu dan berbicara karena terlibat hubungan romantis dengan laki-laki yang sama, bukanlah hal yang baik dan wajar.
"Terus Fey ngapain lo?"
"Kita hanya bicara."
"Pakai ngancem gak?"
Surie menggeleng. "Eng..gak."
Sandra curiga. "Kok jawabnya ragu gitu. Iya atau enggak, Rie?"
"Ya… Fey seakan ngajak gue taruhan."
"Taruhan?" Sandra tak mengerti.
"Kita akan mempertahankan Alex dengan cara kita masing-masing. Dan lihat siapa yang akan bersama sampai akhir dengan Alex."
"Kenapa harus setuju sih Rie. Apalagi pakai cowok kayak Alex buat jaminannya. Apa lo gak bisa lepasin aja Alex dan hidup normal."
"Gue gak bisa Sandra. Gue gak bisa kehilangan Alex lagi, dan lo tahu itu."Ujar Surie dengan nada yang serius.
*****
Makan malam bersama dengan Fey bukanlah hal tidak biasa. Selepas dengan status mereka sekarang sebagai tunangan. Mereka memang sudah sering makan malam bersama sejak dulu.Di saat status mereka sebagai sahabat dekat. Dan Jerym masih hidup. Alex seakan merasa terbiasa. Hanya bedanya dulu Jerym masih ada, terkadang ada rasa ketidaknyamanan. Dan sekarang, perasaan itu muncul bisa di hitung dengan jari.
"Alex, kamu mau tahu gak aku habis ketemu siapa tadi sore?"
"Siapa?" Tanya Alex tanpa menatap Fey.
"Surie, your ex-wife." Jawab Fey.
Alex terdiam dan langsung menatap Fey datar. Berbalik dengan Fey yang menatapnya sambil tersenyum seakan penuh kemenangan.
Alex masih bersikap tenang. Ia kembali menikmati steaknya. "Buat apa." Tanyanya dengan nada datar.
"Make a bet. And you as a prize."
"Buat apa sih ngelakuin hal konyol kayak gitu." Sindir Alex.
"Untuk tahu, siapa yang paling serakah atas kamu di antara kita berdua. Aku.. atau Surie."
Deg!!!
"Kamu harusnya bangga. Karena merasa seakan di perebutkan oleh 2 orang wanita yang punya hubungan dekat sama kamu."
"Aku gak perlu ngerasa seperti itu. What a waste time." Ujar Alex cuek.
Fey diam dan Alex kembali melanjutkan ucapannya.
"Dan lagi pula, kamu gak cinta sama aku kan Fey." Kata Alex seakan menekankan ucapnnya.
Fey menunjukkan smirknya pada Alex. "Aku mungkin gak cinta sama kamu. Tapi kamu gak lupa kan, kalau Surie mencintai kamu."
*****
Mobil Alex berhenti di depan apartemen Fey. Akhirnya setelah bosan tinggal di hotel, Fey memutuskan untuk tinggal di apartemen."Gak masuk dulu?" Kata Fey seakan menawarkan.
"Next time aja."
Fey mengangguk mengerti. "Alright."
Fey beranjak keluar dari mobil Alex namun tiba-tiba Alex memegang tangannya, seraya menahannya.
"Fey."
Fey kembali menoleh dan menatap Alex. "Ya,"
"Have a nice dream." Kata Alex lembut dan membuat Fey tersenyum.
"Kamu mau aku serakah gak?. Iya.. serakah akan kamu. Walaupun aku gak cinta sama kamu, aku bisa kok serakah akan kamu. Cause you're mine Alex." Ujar Fey sambil mencium pipi kanan Alex sekilas lalu keluar dari mobil Alex.
Alex menatap Fey hingga masuk ke dalam apartemen. Namun belum juga menjalankan mobilnya. Kata-kata Fey mulai membuat perasaan Alex berkecamuk. Ia merasa terluka, tentu saja. Namun ia tak bisa berbohong jika ada kebahagian juga di dalamnya.
Sesampainya di kamar. Fey duduk di pinggir ranjang tidurnya lalu meraih bingkai photo pertunanganya dan Alex.
"Aku udah kehilangan Jerym selamanya. Dan aku gak mau kehilangan kamu selamanya, Alex." Batin Fey.
*****
"Lo yakin cuma mau sarapan pisang sebiji aja?" Tanya Sandra sambil mengoles mentega ke roti tawar panggangnya.Surie mengangguk, "Hm. Entar kalau laper lagi, gue tinggal makan aja lagi di apart."
"Mau balik sekarang?"
"Iya. Perasaan gue gak enak."
"Kok bisa, kenapa?. Lo udah bilang kan sama Alex mau nginap di sini?"
Surie menggeleng dengan polosnya. "Belum."
*****
Surie memasukan passcode pintu apartemennya dan tak lama pintu pun terbuka. Ia masuk ke dalam dan meletakkan tas selempangnya di atas meja makan.
"Darimana?"
Deg!!
Surie diam dan melihat ke sekitar. Ketika menemukan Alex yang kini berada di antara pintu kamar tidurnya.
"Al?!"
"Kenapa sih kamu selalu kaget setiap ngelihat aku di sini, hm?"
"Gimana mungkin kamu bisa masuk?"
"Tanggal pernikahan kita. Itu kan passcodenya." Ujar Alex sambil tersenyum penuh kemenangan.
Surie hanya diam. Passcode apartemennya memang tanggal pernikahannya dan Alex. Hal itu juga sekaligus membuktikan kalau Surie masih belum bisa terlepas dari Alex sama sekali.
Alex berjalan mendekat ke arah Surie. "Habis darimana?" Tanya Alex lagi.
"Nginap di tempatnya Sandra."
"Tanpa izin sama aku?"
Surie terdiam. Alex mendekatkan wajahnya ke wajah Surie.
Cuph!!
Sebuah ciuman berhasil Alex curi dari bibir mantan istrinya. Alex berusaha menahan diri dan emosinya. Kalau tidak mungkin ia sudah membuat Surie berada di bawah dekapannya saat ini.
Surie hendak mendorong pelan tubuh Alex namun tangannya di tahan. "Kamu juga gak bilang kalau Fey ngajak kamu ketemu."
Kedua mata Surie melebar. Dadanya mulai berdegup kencang. Walaupun Alex masih terlihat tenang itu tak menjamin semuanya akan berakhir baik-baik saja.
"Kamu tahu Sayang, Fey akan melakukan apa saja untuk mempertahankan miliknya. Aku tidak pernah merasa menjadi miliknya, tapi Fey menganggap diriku adalah miliknya."
Alex melepaskan genggaman pada tangan Surie. Ia kemudian memeluk tubuh Surie erat.
"Maka dari itu aku mau, kamu juga melakukan hal yang sama. Pertahankan aku dan hubungan kita bagaimana pun caranya."
Surie tak berkata apapun. Tapi dengan ia mempererat pelukannya pada Alex, membuktikan kalau Surie berkata ia.
Surie yang Alex kenal, adalah orang yang bisa bersikap egois terhadap sesuatu yang sangat ia inginkan dan cintai.
Bersambung…Hari ini adalah hari sabtu. Hari dimana Alex libur bekerja. Kemarin saat ia pulang kerja, Marissa Hilman yang tak lain adalah ibu kandung Alex meminta agar putranya makan siang bersama di rumah.Marissa tahu kalau setiap kali hari libur Alex tak pernah ada di rumah. Ia pergi seharian, bahkan tak kembali lagi karena menginap di tempat lain.Alex menatap berbagai macam makanan yang ada di atas meja. Rasa kagum dan bercampur heran. Makanan hari ini sebagian besar adalah makanan kesukaannya."Ma, ini makanan semua Mama yang masak?""Iya, khusus buat kamu. Kita kan jarang-jarang bisa makan siang bersama.""Mama tahu kan kalau Alex sibuk.""Mama tahu kamu sibuk. Kamu sibuk sama semua pekerjaan di kantor, kamu juga sibuk sama urusan wanita."Alex berdeham dan segera meminum air. Sepertinya makan siang kali ini akan berlangsung serius. Alex yakin kalau Mamanya akan menanyakan banyak hal padanya, terutama tentang hal pribadinya.
Disini sekarang, di sebuah vintage cafe. Marissa dan Surie bertemu, bertatap muka, dan berbicara secara khusus 4 mata.Sempat ada keheningan dimana keduanya hanya saling menatap satu sama lain. Sibuk dengan fikiran tentang satu sama lain. Dan berbagai macam dugaan serta pertanyaan yang muncul tanpa henti.Tapi semuanya tidak akan berakhir jika salah satunya tidak ada yang memulai. Dan mereka berdua sama-sama tidak ingin terjebak dalam situasi seperti ini lebih lama lagi.Surie tersenyum lembut. "Mama.. Apa kabar?" Sapa Surie dengan sopan."Saya bukan Mama mertua kamu lagi, Surie. Saya harap kamu bisa mengerti dan tahu harus memanggil Saya dengan sebutan yang seharusnya."Hati Surie terasa mencelos. Ia tidak memiliki hak itu lagi. Hak di mana pernah ia miliki ketika masih menjadi menantu keluarga Hilman."Maksud Saya.. Tante."Marissa menyandarkan tubuhnya dengan santai sambil menyilangkan kakinya. "Saya baik-baik saja.""
Alex masih memeluk tubuh Surie bahkan ketika mereka sudah duduk di sofa. Surie tak terlihat akan berhenti menangis.Alex hanya bisa menenangkan Surie sambil mengelus-elus lengan mantan istrinya, sambil sesekali mencium pucuk kepala Surie."Calm down Sayang.""Al aku takut.""Gak ada yang perlu kamu takutin. Aku disini, hm."Surie menatap Alex. "Aku dan Mama kamu udah ketemu. Kita bicara dan dia jelas-jelas gak mau aku dekat sama kamu lagi.""It's nonsense." Ujar Alex."Mama kamu gak mungkin bicara omong kosong, Al. Aku kenal beliau. Gimana pun juga aku pernah jadi menantu keluarga Hilman."Alex kembali memeluk Surie. "Aku tahu Sayang."Surie menyeka air matanya. "Apa mungkin… ini saatnya…""Saatnya apa?" Tanya Alex.Surie melepaskan pelukan Alex dan membuat mereka berdua duduk saling berhadapan."Ini saatnya untuk aku menyerah. Kita selesaikan semuanya sekarang disini.
Keesokan harinya…Sandra memencet bel, mengetuk pintu apartemen Surie berkali-kali. Masih tak ada respon dan ia mulai cemas."Surie…" Panggil Sandra."Surie ini gue, Sandra." Teriaknya lagi.Sandra menoleh ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada yang muncul karena komplain akan teriakan heboh Sandra layaknya seorang penagih hutang.Sandra melihat kembali untuk kesekian kali jam di tangan kirinya. Sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Namun tak ada jawaban dari dalam.Sandra tak menyerah ia kembali memencent bel, mengetuk pintu, sambil memanggil nama Surie.15 menit kemudian, akhirnya pintu apartemen Surie terbuka. Surie muncul di balik pintu dan Sandra bernafas lega. Setidaknya Surie masih hidup, fikirnya. Sandra pun masuk ke dalam dan menutup pintu kembali.Sandra mengikuti Surie yang berjalan sempoyongan menuju ruang tamu. Surie duduk di sofa sambil menekuk kedua kakinya. Dagu Surie menumpu di lututnya. S
1 Minggu berlalu….Namun keadaan antara Surie dan Alex belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan mereka masih sama seperti hari-hari sebelumnya.Alex masih sulit untuk menghubungi Surie. Karena Surie sendiri masih menutup diri dan tak ada niat sedikitpun untuk mengabari atau merespon semua pesan dan panggilan telfon dari mantan suaminya itu.Alex masuk kembali ke ruang kerjanya setelah selesai rapat penting dengan rekan bisnisnya yang baru.Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aarrgghhh!!!!!"Alex merebahkan tubuhnya di sofa. Ia menghela nafas dan menutup kedua matanya. Alex perlu ketenangan namun fikiran dan hatinya tidak bisa membantunya.Semua tentang Surie masih bergumul dan menguasai dirinya. Sebelumnya Alex tidak pernah ambil pusing kalau ia sedang bertengkar dengan Surie. Tapi kali ini Surie benar-benar menolaknya bahkan benar-benar menjaga jarak darinya. Dan Alex tidak bisa seperti ini.Alex
Fey menaburkan petal mawar di atas makam Jerym. Ia juga meletakkan buket bunga yang ia bawa. Entah mengapa saat ini ia sangat ingin mencurahkan apa yang hatinya rasakan. Mencurahkan semua kegundahan yang ia rasa. Mengerahkan semua ego di dalam dirinya.Fey menyentuh nisan Jerym, kedua matanya mulai berkaca-kaca."I miss you, Jerym.""Gak ada yang bisa mengerti dan memahami aku selain kamu."Fey merebahkan tubuhnya di samping makam Jerym. Menutup sebentar kedua matanya. Merasakan ketenangan yang ia dambakan. Setidaknya bisa mengurangi kegusaran di dalam hatinya."Selamat tinggal pangeranku. Kamu akan selalu memiliki tempat khusus di sudut hatiku yang terdalam."Fey kembali berdiri. Ia menatap kembali lekat makam sahabat laki-lakinya yang pernah ia cintai."Jerym.. I'm sorry. You're not a man that my heart wants anymore." Batin Fey.Fey pun berbalik dan meninggalkan makam Jerym. Dalam hatinya ia berjanji kali ini ia tidak a
Apartemen Surie.Surie dan Alex akhirnya tiba di Apartemen. Tanpa fikir panjang Alex langsung memeluk tubuh Surie dari belakang. Surie cukup kaget namun ia berusaha untuk terlihat biasa saja."Al.. kamu mau sesuatu?" Tanya Surie."I want you, Sayang." Jawab Alex dan langsung mengecup pipi kanan Surie.Surie kemudian berbalik namun Alex masih belum melepaskan pelukannya. Meresa saling menatap. Tatapan yang bisa di artikan ada kerinduan di dalamnya."Masih marah, hm?" Tanya Alex.Surie menggeleng. "Apa itu penting sekarang. Kamu udah jemput aku di restoran, itu artinya kamu udah nolongin aku."Alex tersenyum dan mengecup bibir Surie sekilas. "Anything for you, love."Kedua mata Surie yang masih menatap Alex perlahan menunjukkan rasa haru. Iya.. hatinya tersentuh setelah merasakan bagaimana lembutnya perlakuan Alex kali ini pada dirinya.Tetapi di sisi lain, tentu saja ada sebuah penyesalan yang menyerang."Ken
Fey makan malam bersama dengan Alex dan Marissa di rumah keluarga Hilman. Marissa banyak mengajak Fey berbicara sepanjang acara makan malam daripada Alex.Walaupun Fey merasa aneh akan Alex yang terlihat lebih pendiam, tapi Fey tak ingin mempermasalahkannya di sini. Tidak di meja makan, tidak juga di hadapan Marissa.Hingga….Marissa menyadari kalau Alex terlihat pendiam dan hanya berbicara jika di tanya membuat Marissa heran."Alex.""Ya Ma.""Kamu kenapa Sayang?" Tanya MarissaFey seketika langsung melirik ke arah Alex."I'm fine, Ma." Jawab Alex singkat dan datar.Marissa masih tidak puas dengan jawaban Alex. Tapi ia melirik kembali ke arah Fey. Jika Marissa ingin marah pada Alex, maka bukan saat ini tepatnya. Ia harus menghormati keberadaan Fey. Setidaknya harus terlihat kalau dia dan putranya baik-baik saja."Alex kenapa ya?" Batin Fey.Selama makan malam Fey yang saat itu duduk di s