Home / Romansa / A Perfect Hollow / Birthday Party

Share

Birthday Party

Author: Honey Dee
last update Last Updated: 2021-03-31 16:21:20

Enam bulan sebelumnya

Perempuan berambut pirang itu mendesahkan rayuan provokatif saat lelaki di belakang tubuhnya menyusun bubuk kenikmatan, memanjang dari punggung ke pantatnya yang bulat. Seperti seorang OCD yang membuat barisan rapi tipis bubuk putih. Tak lama kemudian, laki-laki itu menyesap semuanya dalam sekali isap dengan lintingan uang kertas lewat hidungnya. Lelaki itu merasakan sensasi sengatan yang sangat dikenalnya; menusuk, menekan kepalanya, lalu memberikan sensasi melayang yang menyenangkan. Setelah itu, mulutnya melolong penuh kemenangan.

Semua orang di ruangan besar itu tertawa. Sebagian mengacungkan botol-botol minuman dan sebagian lagi mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi sambil berteriak keras mengalahkan dentum musik dari speaker raksasa, "Selamat ulang tahun!"

Laki-laki itu merasa dirinya seperti dewa yang diagungkan. Empat perempuan tanpa busana di kanan kirinya tertawa. Sebagian dari mereka sudah setengah sadar. Sama tak sadarnya dengan laki-laki itu.

Lihat, betapa tampannya laki-laki itu. Wajah tampannya menutupi otak yang kosong dan hati yang sakit. Laki-laki itu mayat hidup yang tidak memiliki jiwa. Dia menghabiskan malam ulang tahun ke tiga puluh dan ratusan malam lain untuk berpesta. Mengundang lusinan model majalah dewasa untuk berpesta dengan teman-teman yang tidak ia kenal.

Laki-laki itu aku, anak bungsu keluarga Rockwood yang otaknya sekecil kenari. Adam Rockwood. Dia melanggar sumpahnya untuk tidak membuat pesta di Rockwood Mansion, rumah besar ayahnya. Dengan dungunya dia ingin memamerkan kekayaan ayahnya dengan membuat pesta besar dan undangan orang-orang ternama untuk merayakan ulang tahunnya. Dia sengaja tidak mengundang saudara atau keluarganya yang lain karena sedang tidak ingin mendengar khotbah. Dia ingin menjadi raja di dunianya sendiri.

Dunia buruk tempatnya mati.

Dulunya aku tidak begini. Aku laki-laki terhormat, berpesta sewajarnya, minum sewajarnya, meskipun hidup dengan gelimang kekayaan sejak belum dilahirkan.

Hingga kemudian kekecewaan merenggut akal sehatku. Perkara simpel. Perempuan.

Dulu aku tidak pernah menyentuh perempuan lain selain tunanganku, Regina-sundal-Lewis. Tapi ternyata sundal itu tidur dengan orang yang kupikir temanku, Jahanam Morrison. Empat tahun lalu, dua pengkhianat itu menghancurkan hidup yang kukira sudah tertata rapi.

Patah hati? Tidak! Apa yang kurasakan lebih kepada kekecewaan.

Harga diriku diinjak, diludahi, lalu disiram air keras. Bagaimana mungkin sundal itu memilih jahanam yang mengawali karirnya dengan menjilati bokongku? Nilai pengkhianat itu tidak lebih dari seper sepuluhku. Akulah yang banyak membantunya dan dia berani menggigit tanganku yang memberinya makan.

Sejak saat itu juga aku tidak lagi memercayai perempuan. Perempuan adalah boneka hidup yang harus memuaskan apa mauku. Mereka tidak pernah bisa berterima kasih. Makhluk yang memanfaatkan keindahan yang dimilikinya untuk mencari keuntungan.

Aku tidak akan membiarkan perempuan mana pun mengkhianatiku lagi.

Sialan! Aku benar-benar marah jika mengingatnya.

Gelitik rasa nikmat menyadarkanku. Seorang gadis pirang mengisap kemaluanku. Aku terkejut. Kepalaku memang serasa berputar, tapi apa boleh buat. Kubiarkan dia menyelesaikan apa yang dimulainya. Sementara aku sendiri menyiapkan diri untuk benar-benar sadar.

Suasana masih ingar bingar. Beberapa orang teler di sofa atau lantai. Beberapa lagi sibuk dengan seks mereka di tempat-tempat yang agak tersembunyi. Masih banyak yang menikmati musik sambil bergerak liar mengikuti efek kokain atau ganja.

"Oh, ya, Baby! Teruskan. Sedikit lagi." Tanganku menggenggam rambut pirang panjang agar bisa melihat gerakan mulutnya. Aku suka melihat "lelaki hebatku" itu dipuaskan. Aku suka bagaimana perempuan mau melakukannya dengan segala cara.

Siapa dia tidak penting. Dia melakukannya dengan sukarela ketika aku memang membutuhkannya. Pelayanannya juga memuaskan.

"Oh, ya, Baby!"

Perempuan pirang itu mendapatkan apa yang diinginkannya. Dia membiarkanku menyembur ke dalam mulutnya. Dia menelan semuanya dengan rakus. Aku menelan ludah. Jijik.

Sumpah. Aku jijik, tapi menyukainya. Aku ingat bagaimana temanku dulu, Drey Syailendra (yang sekarang tidak lagi sudi menyebutku teman) berkata, "ini hukum alam, Saudaraku. Kau tentu tidak mau menjilati ludahmu sendiri, tapi kamu dengan senang hati menjilati mulut gadis. Mereka juga begitu, mau saja melakukan yang kita inginkan karena menurut mereka itu menyenangkan, kita menyenangkan."

Walau sebenarnya ada sanggahan yang kuat untuk pendapatnya, tapi aku setuju. Asal dia tidak membawa-bawa nama Tuhan seperti ibuku, aku setuju saja. Aku memang menyenangkan. Aku tidak perlu berbuat apa-apa. Aku memang sudah sangat menyenangkan.

Kupandangi wajahnya yang mendongak ke arahku. Aku harus mengingat wajahnya agar aku tidak salah orang nanti. Kugerakan bibir seperti akan menciumnya. Tapi, tidak. Aku tidak akan benar-benar menciumnya.

Begini, aku suka melihatnya melakukan oral seks seperti itu. Aku suka kenikmatan yang ia berikan. Tapi mencium mulut yang sudah menelan sperma adalah hal paling menjijikan yang pernah kulihat, baik di film porno atau pun di dunia nyata. Jadi, aku akan memilih cara lain untuk berterima kasih. Kuelus saja kepalanya yang pirang sebelum bangkit dari tempatku berbaring.

Aku memang suka bersenang-senang dengan gadis-gadis yang baru kutemui, semakin banyak semakin bagus menurutku. Tapi, bukan berarti aku jorok. Aku tetap lelaki yang mencintai kebersihan. Walau aku tidak sesempurna Steve Thompson, sahabatku itu, tetap saja aku memiliki standar kebersihan sendiri.

Tanganku menggapai celana panjang hitam yang kulemparkan begitu saja ke lantai. Kaki telanjangku terasa dingin ketika berjalan menuju meja bar. "Tequilla," kataku pada bartender yang tersenyum lebar, mungkin senang karena aku menyapanya.

"Ya, Sir," katanya yang lalu dengan tangkas mengambil merek tequilla kesukaanku. Aku melihat bourbon Thompson di sebelah tequilla yang diambil bartender itu. Aku ingin meminumnya juga, tapi tidak. Aku ingin sesuatu yang keras dan menyiksa sekarang.

"Sir," kata bartender itu lagi sambil meletakkan gelas kecil padaku. Dia memberikan kotak kecil berisi jeruk nipis yang telah digarami juga. Namun, sebelum meminumnya, aku merasa sudah mabuk kepayang. Rasanya seperti ada listrik yang menyetrumku tiba-tiba. Aku melihat gadis itu.

Seorang gadis dengan gaun koktail merah jambu sederhana duduk gelisah di bar. Perempuan Latin yang sangat seksi. Rambutnya hitam panjang tergerai ikal.

Orang pasti menertawakan gaunnya yang tidak cocok untuk pesta ini. Persetan. Gaun itu fantastis. Dadanya besar dan menantang terbungkus sempurna membuatku tergoda untuk membukanya. Aku benar-benar penasaran.

Aku ingin sekali menemukan kata yang tepat untuk mendeskripsikan kecantikannya. Percayalah, kata apapun tidak akan cukup. Dia seperti bidadari bermata besar dan hitam. Bibirnya penuh berkilauan. Ya, ampun, aku benar-benar ingin memakan bibir itu sekarang juga!

Apa tadi aku baru saja mendapat pelayanan oral seks kelas atas? Sekarang lelakiku sudah bereaksi terhadap keanggunan yang indah ini.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Cemas, kurasa. Ia seperti ingin lari dari tempat ini. Kedua tangannya saling meremas dengan gelisah. Orang paling tolol di dunia pun tahu, dia membutuhkanku.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • A Perfect Hollow   Spy

    Tentu saja Venus tidak mengizinkanku menyentuh Cattleya sama sekali. Menurutnya, Cattleya masih termasuk tamunya dan aku tidak boleh sama sekali menyentuh tamunya yang dalam keadaan mabuk. Dia meminta Daniel menggendong gadis itu ke kamar tamu. Kuharap Daniel keparat itu ingat pacarnya yang sedang mengandung anak mereka. Dari kilatan pada matanya itu terlihat betapa bejatnya pikirannya. Sebelum berbalik membawa Cattleya ke kamar saja dia masih sempat tersenyum licik padaku, memamerkan keberhasilannya. Aku sama sekali tidak memperhatikan Holy yang dengan bersemangat menceritakan betapa tololnya anak magang yang bernama Wales itu. Dia mencampur beberapa data dalam kotak kertas-kertas yang akan dihancurkan. Untung Saja Cattleya datang dan membaca lagi kertas-kertas itu. Dia langsung mencabut mesin penghancur kertas dan mulai memunguti bagian kertas yang sudah berada di dalam mesin. Holy mengatakan sesuatu tentang musibah dan kesengajaan, tapi aku tidak bisa menyim

  • A Perfect Hollow   Cute Kiss

    Aku melepaskan bibirnya setelah sadar kalau kelakuanku ini bisa menyeret kemaluanku ke pengadilan keluarga Volkov. "Maaf," kataku pelan, benar-benar minta maaf dan berharap dia tidak membuat hal ini menjadi masalah panjang di antara kami. Dia tidak melihatku. Dia sibuk mengelap bibir dan wajahnya sendiri. Sepertinya dia memang menghindari bertatapan denganku. Melihat gelagatnya yang seperti itu, aku curiga ini ciuman pertamanya. Dia memang tidak terlalu banyak membalasku tadi. Dia hanya membiarkan aku melakukan yang bisa kulakukan atas bibirnya. Dia tidak mencengkeram pakaianku atau menyentuh bagian tubuhku seperti gadis-gadis lain yang berciuman denganku. Dia juga memejam dengan erat sampai matanya berkerut, seolah dia menahan sesuatu di dalam dirinya. "Teleponnya?" tanyanya dengan suara parau, sama sekali tidak menatapku. "Di sana. Silakan," kataku menunjuk telepon di atas meja kerja yang memang sering digunakan oleh para tamu sebagai jalur am

  • A Perfect Hollow   Two Girls

    "Aku ... pulang saja. Maafkan aku." "Siapa bilang?" Abe yang pertama berdiri, kemudian Daniel. Dia menghampiri Cattleya dan mengulurkan tangan padanya. "Aku sudah mengatakan pada istriku akan memperkenalkanmu padanya. Istriku melihatmu di TV dan langsung menyukaimu. Kuharap kalian bisa menjadi teman. Ayolah, Miss Aguilar. Kami sudah menyiapkan tempat untukmu." Abe menunjuk meja makan yang sedang ditata untuk satu orang lagi di samping Venus, pada kursi kosong yang tadi ditempati Isabelle. Sebenarnya, tidak sopan memberikan kursi orang lain pada tamu yang baru datang. Namun, akan lebih tidak menyenangkan lagi kalau Cattleya harus duduk di bagian paling ujung dengan jarak dua bangku kosong antara dia dan Venus. Aku tidak menyapanya. Bukannya aku sengaja ingin berbuat jahat padanya. Aku hanya merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Aku datang ke tempat ini untuk melupakannya. Aku ingin melupakan obsesiku tentangnya. Bisa-bisanya sekarang aku mal

  • A Perfect Hollow   Russian Girl

    "Kami bertemu pada malam amal penggalangan dana untuk Rockwood Foundation. Venus dengan baik hati mengundang kedua orang tuaku untuk menghadiri malam amal itu. Kalian tahu, selama ini orang berpikir keluarga Volkov adalah keluarga yang buruk. Kami memiliki jaringan kejahatan yang dianggap kalangan atas New York sebagai biang keladi berbagai permasalahan di kota ini. Beberapa kali kulihat Mama ingin melihat kami berada dalam acara sosial atau acara lain seperti keluarga normal di New York ini. Tapi, yang mengundang kami hanyalah orang-orang dari kalangan kami sendiri. Mama sempat merasa rendah diri dan stres karena ini." Dia melihat Venus dengan mata berkaca-kaca, ekspresif sekali. "Aku tidak merasa melakukan hal yang istimewa. Aku mengundang orang tuamu karena mereka memang keluarga yang baik. Sekalipun pamanmu memiliki ... uhm ... jaringan apa kau bilang tadi? Yah, pokoknya itu. Aku tidak merasa kalian musuh kami. Jadi ... uhm ... kenapa tidak?" Venus tersenyum cang

  • A Perfect Hollow   Virgin Mary

    "Terima kasih, Mr. Black. Aku tidak minum." Nova tersenyum dan mengangguk pada Abe yang menawarkan anggur pada tamu-tamunya. "Tidak minum atau tidak bisa minum untuk saat ini, Miss Volkova?" Steve bertanya dengan suara yang lembut seperti yang sering digunakannya untuk menggaet perempuan. "Aku memang tidak pernah minum, Mr. Thompson. Aku ini peminum yang payah. Aku hanya minum seteguk anggur atau sampanye pada acara tertentu dan itu sudah membuat kepalaku sakit." "Biasanya keluarga Rusia sangat suka minum dalam berbagai acara," ucap Steve lagi setelah mengucapkan terima kasih pada Abe. "Sejak kecil ibuku melarangku minum. Katanya, aku harus belajar untuk tetap sadar. Minuman itu bisa membuatku ketagihan dan kehilangan kesadaran. Aku baru boleh minum saat berumur dua puluh satu. Ternyata, aku memang tidak bisa minum. Saat natal tahun kemarin, aku hanya minum satu teguk sampanye dan harus ke dokter untuk meminta obat penahan sakit." "Andai semua

  • A Perfect Hollow   Volkov

    "Aku tidak akan memilihkan gadis sembarangan, Adikku. Kamu harus tahu itu. Miss Volkova bukan gadis yang bisa kau lihat di diskotek atau tempat hiburan lainnya. Dia gadis baik dan memiliki dua gelar di belakang namanya. Penampilan dan catatan kriminalnya sama bagusnya. Dia tidak pernah melanggar aturan lalu lintas atau melakukan pencurian." "Tentu tidak, Ven," kata Steve tanpa melihatnya. Dengan senyum tipis mengembang, Steve berkata lagi, "Miss Volkova adalah anak dari pengusaha perkapalan dan senjata. Dia anak pertama dari dua bersaudara dengan selisih usia lima belas tahun. Kekayaannya tanpa perlu bekerja saja sudah mencapai dua pulu juta dolar yang didapat dari pembagian saham dan investasi yang dia lakukan sejak kecil pada beberapa perusahaan milik keluarganya yang lain. Dia tidak akan pernah punya catatan kriminal lalu lintas karena dia tidak pernah menyetir. Dia juga tidak akan mungkin mencuri sesuatu karena dia hanya perlu menyebutkan barang yang dia mau dan mendapat

  • A Perfect Hollow   Matchmaking

    Steve terbahak. Dia tertawa sampai matanya berair. Sebagai turunan keluarga tua yang menjunjung tinggi keningratan, dia tidak sering tertawa. Jika memang tawanya serius begini, berarti memang kondisiku menggelikan sekali. "Ayolah, Steve! Jangan jadi keparat begini. Tolong jangan rusak hari ulang tahunku, Pal." Tawanya yang sudah agak reda jadi makin keras lagi. Dia sampai memegangi perutnya. Begitu selesai tertawa, dia memberikan tanda dengan tangan seperti memintaku berhenti. Apa memangnya yang kulakukan? Aku hanya bertanya. Dia saja yang sinting. "Aku akan ke dalam," katanya bertepatan dengan datangnya Venus ke ruangan kami lagi. Steve menggeleng pada Venus. "Venny Sayang, sepertinya kau perlu menyadarkan adikmu kalau dia lucu sekali. Dia pantas menjadi komika." Venus melihatku dengan bingung setelah Steve melewatinya. "Ada apa? Kenapa dia pikir kau bisa melakukan stand up comedy? "Dia menertawakanku." Aku melotot

  • A Perfect Hollow   Heredity

    Makan malam di rumah keluarga Black memang merupakan makan malam rutin. Sebagai saudara yang telah ditinggalkan kedua orangtua yang ingin hidup tenang di pedesaan, kami harus benar-benar akrab dan saling menjaga. Ini alasan Venus menginisiasi makan malam rutin sebulan sekali ini. Namun, acara yang seharusnya sakral ini jadi lebih seperti perkumpulan orang-orang yang ingin merisakku. Saudara-saudaraku yang jahat itu meledekku habis-habisan sampai rasanya aku ingin sekali membakar mereka. Bahan utama ledekan selalu saja tentang masa kecilku yang mereka anggap terlalu manja untuk ukuran Rockwood. Memangnya harusnya bagaimana? Apa aku harus dilempar ke hutan? Apa aku salah kalau masih menyusu pada ibuku hingga usia lima tahun? Aku masih kecil dan tidak punya pilihan selain menurut pada perempuan yang melahirkan dan mengasuhku itu. Tentu s

  • A Perfect Hollow   Invitation

    Oke. Baiklah. Kuakui kalau ini fase paling aneh di dalam hidupku. Sebenarnya, aku malu mengakuinya. Sungguh. Namun, fase ini penting sekali untuk kuceritakan, seharusnya malah harus kuulang-ulang sampai hafal benar setiap detailnya. Siapa tahu anak cucuku nanti bisa mendapatkan sesuatu dari pengalaman ini. Fase ini adalah awal dalam kejadian besar di dalam hidupku. Tidak. Aku tidak bohong atau membual. Aku juga tidak sedang mabuk. Lihat wajahku? Ya, aku tahu aku memang tampan. Maksudku, lihat wajahku yang normal ini. Tidak ada tanda-tanda kalau aku sedang teler, kan? Aku tidak menggunakan obat jenis apa pun seharian ini dan hanya minum sedikit martini pada makan siang tadi. Hanya sedikit, sumpah. Kuawali fase ini dengan mondar-mandir seperti vacum cleaner ke penjuru ruangan di penthouse-ku. Aku tidak bisa menceritakan dengan detail kepadamu tentang kegelisahan yang kurasakan, hanya saja, seperti ada beban berat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status